Labels
Wednesday, March 31, 2021
Friday, March 26, 2021
Penyesalan Masa Tua
Hari ini ... aku ingin berbagi kisah.
Bukan untuk mengharapkan rasa iba atau kasihan dari kalian.
Tapi ... karena aku ingin tulisanku ini bisa menjadikan pelajaran hidup bagi kita.
Siapa sih sosok yang ada di foto ini?
Sosok ini bukanlah orang lain bagiku. Dia adalah seorang kakek
yang begitu baik. Tidak pernah marah, tidak pernah menghakimi cucu-cucunya saat
bersalah.
Aku ingin ... kisah dia abadi. Kelak, mungkin anak-anakku akan
membaca tulisan ini.
Dia adalah sosok yang baik. Sayangnya, ia bernasib malang.
Tidak sebaik seperti yang lainnya. Di usianya yang senja, dia hidup dalam
sebuah penyesalan besar. Sebuah penyesalan di masa lalu karena dia tidak pernah
bersekolah. Sehingga, ia kerap dimanfaatkan oleh orang lain. Semua harta yang
ia miliki sudah habis karena ia tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk
menjaganya.
Penyesalan terbesarnya bukan karena kehilangan harta. Tapi
karena dia tidak pernah merasakan apa itu “Belajar”. Saat masih kecil, kedua
orang tuanya sudah tiada. Sementara, adiknya pun masih kecil. Demi merawat dan
menjaga adiknya, dia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Ada banyak pilihan dalam hidup, tapi juga ada orang yang tidak
memiliki pilihan. Harus tetap menjalani kesulitan tanpa harus dihadapkan pada
pilihan. Sebab itu, bersyukurlah jika kalian masih memiliki pilihan dalam hidup
kalian. Sebab, sebagian orang tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih.
Hanya dihadapkan pada satu hal yang harus mereka terima meski itu sangat pahit.
Sejak tahun 2004, kakekku sudah mengalami gangguan psikis
karena penyesalan yang ia alami. Hingga saat ini, fisiknya masih sehat. Hanya
saja, pemikirannya tidak lagi sehat. Dia setres dan kondisi telinganya sudah
tunarungu karena usianya memang sudah tua.
Setiap hari ... dia selalu merasa sedih karena penyesalan
dalam hidupnya. Setiap hari dia akan mengomel karena keadaan keluarganya yang
tidak layak seperti lainnya.
Terkadang, menjadi pendengarnya setiap hari cukup setres.
Kenapa? Karena aku juga tidak bisa melakukan sesuatu. Aku hanya seorang ibu
rumah tangga biasa. Tidak bisa mengubah hidupku dengan mudah.
Penyesalan di masa tuanya ... menusuk hatiku dan memberikan
aku pelajaran berharga. Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan ilmu, sementara
aku hanya tinggal di pelosok desa. Minim pendidikan, minim akses transportasi
dan informasi.
Mungkin, yang membuat kakekku menyesal adalah ... dia melihat
dengan nyata bagaimana zaman itu berubah. Sementara, dia tidak pernah bisa
berubah. Menyakitkan ketika orang lain bisa mendapatkan sesuatu yang lebih. Sementara
ia hanya duduk saja. Tak memiliki kemampuan apa pun. Ingin belajar pun, sudah
terlambat.
Salah satu alasanku membuka rumah baca adalah ini ... aku
tidak ingin, generasi muda merasakan hidup dalam penyesalan. Penyesalan bukan
karena tidak memiliki harta, tapi karena tidak memiliki ilmu yang bermanfaat.
Aku khawatir, ini akan terjadi pada anak-anakku di masa yang
akan datang. Oleh sebab itu, aku ingin mengabadikan kisah ini. Supaya bisa
dijadikan pelajaran bahwa usia muda seharusnya digunakan untuk belajar. Belajar
apa pun itu. Bisa dimulai dari buku. Buku apa pun itu.
Sebab, semua buku adalah ilmu.
Ilmu bisa kita dapatkan dari mana saja dan di mana saja. Jika
tidak bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. Cukup hanya bisa bergelar SM
(Sarjana Masyarakat), maka kita harus banyak belajar dari buku. Ada milyaran
buku di dunia ini. Ada bilyunan tulisan di dunia ini. Jika kamu tidak bisa
memanfaatkan waktumu dengan baik. Maka, kamu akan merasakan bagaimana dunia
begitu kejam terhadapmu. Tidak ada kompromi, tidak ada toleransi. Hukum alam
akan menyeleksi manusia-manusia yang bisa bertahan hidup dengan baik atau
tidak.
Siapa yang tidak ingin hidup dengan baik? Semua orang ingin merasakan
hidup layak. Punya pekerjaan yang baik. Punya masa depan yang baik. Hidup bahagia
dengan keluarga, bisa menikmati liburan.
Semua orang ingin hidupnya lebih baik. Sama denganku. Aku juga
ingin merasakan itu semua.
Aku tidak minta banyak. Aku hanya tidak ingin kakek-nenek dan
kedua orang tuaku tidak merasakan bekerja di usia senjanya. Aku bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga. Walau sampai saat ini, aku belum bisa membuat
orang tuaku benar-benar bersantai. Mereka masih pergi ke sawah setiap hari.
Itulah sebabnya, aku ingin sekali bisa bekerja keras agar kedua
orang tua dan kakekku bisa bersantai.
Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kakekku. Membuktikan
bahwa aku bisa membawa keluarga dari kemiskinan. Membuatnya bangga dan menghilangkan
rasa penyesalan dalam hidupnya.
Tapi sampai saat ini, dia masih tidak bisa menghapus rasa penyesalan
dalam hatinya meski aku sudah berusaha keras membuatkan sebuah rumah yang layak
dari hasil menulis novel.
Meski sudah berusaha keras untuk melegakan hatinya agar tidak
hidup dalam penyesalan, pad akhirnya, tetap menyisakan penyesalan dalam
hatinya.
Oleh sebab itu ...
Perbanyaklah belajar di usia mudamu. Agar usia tuamu tidak diselimuti
rasa penyesalan. Nasehat yang pernah ada di buku sekolah, itu sungguh ada di
dunia nyata. Penyesalan di msa tua, benar-benar akhir hidup yang menyakitkan.
Sebab, kamu akan menyaksikan bagaimana zaman berubah. Kamu akan merasakan bagaimana
waktumu begitu singkat dan tidak ada satu hal pun yang kamu bis tinggalkan
untuk anak cucumu di masa depan.
Semoga tulisan ini ... membuat kita belajar, belajar dan
belajar.
Salam hangat,
@rin.muna
Thursday, March 25, 2021
My Hope
Hai hai...!
Apa kabarnya nih teman-teman? Semoga semuanya baik-baik aja
ya. Hari ini aku ingin bercerita tentang perjalanan aku bersama dengan sosok
Mungil yang ada di foto ini. Dia adalah gadis kecil yang hadir dalam hidupku.
Dia selalu jadi semangat dalam hidupku.
Di tengah kesibukan ku, aku mengajak dia pergi ke salah satu
pantai karena kebetulan di sana ada kegiatan Camp yang diselenggarakan oleh
Yayasan teman kita untuk pelatihan anak-anak remaja di desa beringin Agung.
Aku selalu bahagia mengajak dia pergi ke tempat-tempat wisata
yang edukatif. Karena di sana, anakku tidak hanya bahagia menikmati wisata
saja. Dia juga bisa belajar banyak hal tentang kehidupan sehari-hari dan
tentang kehidupan masa depan yang akan dihadapi nanti.
Bagiku dia adalah sebuah harapan. Harapan tentang masa depan
dan cita-cita yang tidak pernah terwujud selama hidupku. Ada harapan besar yang
aku inginkan untuk dia. Tidak sulit, Tidak harus menjadi pengusaha sukses atau
menjadi pegawai negeri yang punya gaji tetap. Aku hanya ingin anakku bisa
menghadapi masa depan kelak dengan baik. Mampu bersaing dengan zaman yang
semakin canggih dan dituntut serba cepat.
10 atau 20 tahun lagi, Mungkin semuanya tidak akan seperti
ini. Zaman akan berubah, pola pikir manusia akan berubah, cara bekerja pun akan
berubah banyak. Yang harus aku lakukan adalah mempersiapkan Dia sedini mungkin.
Mempersiapkan mentalnya sejak kecil supaya dia menjadi anak yang tangguh meski
diterpa badai, meski harus menjalani banyak ujian dan tantangan dalam hidupnya.
Aku selalu ingin anak-anakku bisa keluar melihat dunia. Dunia
yang begitu luas, dunia yang tidak pernah dilihat oleh ibunya sebelumnya.
Supaya dia tahu tahu bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya. Supaya dia
tahu bagaimana membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Supaya dia tahu
jalan mana yang akan dipilih untuk masa depannya.
Terkadang kita sebagai orang tua selalu memiliki rasa ingin
menguasai anak-anak kita. Tidak perlu mendengarkan apa yang mereka inginkan,
yang kita mau anak-anak kita selalu menuruti apa yang kita inginkan. Padahal belum tentu mana kita bahagia dengan
pilihan orang tuanya.
Oleh karenanya bagi anak-anak adalah harapan. They are my
Hope. Mereka adalah harapan-harapan ku. Harapanku yang aku inginkan untuk
mereka, bukan untukku. Karena merekalah yang akan menghadapi masa depan, bukan
aku lagi.
Sebab ada rasa takut yang begitu besar menyelimutiku. Aku
takut mereka tidak bisa menghadapi masa depan. Masa sekarang saja rasanya sudah
sangat sulit. Bersaing dengan begitu banyak orang, bukan jutaan lagi tapi
miliaran.
Zaman sekarang, kita sulit membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. 20 tahun lagi, Mungkin dunia akan lebih kejam dari ini. Itulah
mengapa harapan terbesarku adalah membuat anak-anak Mengerti bagaimana dunia di
luar sana. Membuat mereka tangguh yang tetap kuat menghadapi masalah hidup sebesar apapun.
Saturday, March 20, 2021
Rela Menempuh Jarak Jauh dalam Keadaan Hamil Demi Menjadi Relawan Pengajar di Rulika
Hai ... hai ...!
Kali ini aku mau cerita tentang hari bersejarah dalam hidupku. Hari di mana aku mengenal sosok wanita yang begitu istimewa. Aku mengenal Miss Fida yang merupakan guru aktif di sekolah menengah atas yang ada di Kecamatan Samboja dari salah satu keluargaku.
Hari itu ... Miss Fida datang berkunjung ke Rumah Literasi Kreatif. Kami berdiskusi banyak hal hingga akhirnya aku mengetahui kalau beliau adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta.
Selain mengajar, beliau juga sangat senang berkegiatan sosial. Sama seperti yang kerap aku lakukan di Rumah Literasi Kreatif. Ada banyak kegiatan sosial yang aku lakukan di desa. Meski tidak menghasilkan uang, tapi membuat hidup kami diselimuti banyak keberkahan dari Tuhan.
Karena jiwa sosial dan kepedulian beliau. Beliau rela menjadi relawan guru Bahasa Inggris di Rumah Literasi Kreatif. Aku sangat bahagia dan terkesan dengan perjuangan beliau. Beliau rela menempuh jarak yang cukup jauh untuk bisa mengajar secara sukarela di Rulika (Rumah Literasi Kreatif).
Ada banyak guru di desa ini, tapi tidak ada satu pun yang berminat menjadi tenaga pengajar sukarelawan. Aku sedikit kesulitan mencari tenaga sukarela yang mau mengajar di Rulika. Kenapa? Karena Rumah Literasi Kreatif murni bergerak di bidang sosial pendidikan. Kami tidak memungut biaya dari peserta bimbingan atau pelatihan. Sehingga, aku tidak bisa menjanjikan apa pun pada relawan pengajar yang mengajar di Rulika. Kalau nggak dibayar, siapa sih yang mau meluangkan waktunya berlelah-lelah? Nggak semua orang bisa melakukannya.
Oleh karenanya, aku meminta bantuan dari beliau. Beruntungnya, Miss Fida justru sudah menawarkan diri untuk menjadi relawan pengajar sebelum aku memintanya untuk membantu mengajar di Rulika. Aku tidak bisa mengajar semuanya, hanya menjadi fasilitator saja. Sebab, ada 6 pola literasi dasar yang aku terapkan di Rulika. Jadi, banyak kegiatan yang harus aku urus di samping pekerjaan utamaku. Aku juga tidak bisa mengabaikan pekerjaanku begitu saja, hehehe.
Aku membutuhkan relawan-relawan yang mau membantu mengajar di Rulika. Namun, aku juga tidak bisa mengintervensi atau menuntut mereka untuk selalu aktif mengajar karena aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Hanya mengharapkan mereka yang dengan sukarela memberikan tenaga dan pikirannya untuk menjadi bagian dari perubahan masa depan.
Kami sudah sama-sama tua. Tidak mungkin bisa terus bergerak seperti anak-anak muda. Oleh karenanya, kami juga hadir dalam acara Youth Camp untuk melihat bagaimana anak-anak muda bersemangat dalam memajukan desanya. Sebab, apa yang aku lakukan saat ini ... aku tetap membutuhkan regenerasi. Orang yang sejalan dengan visi-misi, peduli dengan pendidikan dan lingkungan sekitarnya tanpa menuntut apa-apa.
Terima kasih untuk Miss Fida yang begitu menginspirasi. Meski dalam keadaan hamil, dia tetap semangat untuk belajar hal baru. Belajar bersama anak-anak muda yang kelak akan membawa perubahan untuk masa depan.
Sampai di sini tulisan kecil dari aku ...
Semoga bisa menginspirasi dan menjadikan hidup kita bermanfaat!
Much Love,
@rin.muna
Tuesday, March 16, 2021
7 Permainan Tradisional Indonesia yang Hampir Punah
Permainan Tradisional Indonesia yang Hampir Punah
Hai ... hai ...! Kali ini aku mau bahas tentang permainan tradisional asli Indonesia yang hampir punah. Mungkin,buat anak era 4.0 ... permainan kayak gini adalah sesuatu yang asing. Bahkan, mungkin belum pernah merasakan sensasi permainan ini secara langsung. Secara, hampir semua permainan sudah ada di gawai dan dimainkan hanya dengan mengusap jari. Tidak akan merasakan bagaimana sensasi memukul sungguhan atau jatuh sungguhan. Hihihi ... pokoknya, permainan tradisional itu seru banget. Nyesel, deh kalo kamu nggak pernah ikut permainan ini.
1. Perang Bantal
gpswisataindonesia.info |
Permainan Perang Bantal dulu pernah populer dan sering
dimainkan masyarakat Indonesia . Aturan
mainnya, dua pemain duduk di atas sebuah batang pohon yang diletakkan di atas
air. Permainan ini biasanya dilakukan di atas sungai atau kolam. Pemain
tersebut duduk berhadapan dengan senjata dua buah bantal yang digunakan untuk
saling memukul.
Permainan ini tidak dibatasi waktu. Pemenangnya
ditentukan dari siapa yang bisa menjatuhkan ke dalam air terlebih dahulu.
2. Patok Lele
https://mainantradisionalindonesia.wordpress.com/ |
Patok lele adalah permainan dengan menggunakan dua
bilah kayu, satu berukuran 10 cm dan yang lain berukuran 40 cm. biasanya
permainan dilakukan dua peserta atau dua grup, dengan membuat lubang untuk
meletakkan satu bilah yang pendek. Bilah yang panjang digunakan untuk memukul
bilah yang di atas lubang agar melenting jauh. Yang lebih jauh yang menang.
Patok lele merupakan permainan masyarakat yang bisa dilakukan oleh semua umur,
dari anak-anak, remaja, hingga dewasa, baik laki-laki maupun perempuan.
3. Ingkling
https://www.dictio.id |
Ingkling adalah permainan lompat-lompat katak yang
dilakukan dengan satu kaki dan berhenti dengan dua kaki pada kotak-kotak
tertentu. Permainan ingkling umumnya dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini
paling sedikit dimainkan oleh dua orang. Alat yang digunakan adalah kapur dan gacuh (pecahan genting berbentuk bulat
atau persegi, kadang juga batu) untuk menentukan posisi main.
Saat mulai bermain ingkling, harus menentukan siapa
pemain pertama. Setelah itu semua gacuh disimpan
di kotak pertama. Pemain pertama menuju kotak berikutnya dengan sebelah kaki.
Lalu pada bagian setengah lingkaran, kedua kaki boleh menginjak tanah. Kemudian
pemain menginjak kotak-kotak berikutnya dengan sebelah kaki. Setelah berhasil
melewati satu putaran, diteruskan ke kotak berikutnya sampai habis. Setiap ada gacuh, tidak boleh diinjak dan harus
dilangkahi.
4. Sabung
Ayam
https://radarlampung.co.id |
Sabung ayam pada awalnya adalah permainan yang populer
di masyarakat. Namun karena aroma perjudian yang kental dalam permainan ini,
sabung ayam kemudian dilarang. Selain itu permainan ini juga dianggap tidak
manusiawi, karena melakukan penyiksaan binatang sampai luka parah atau mati.
Cara main sabung ayam adalah menyiapkan dua ayam dalam
satu arena, biasanya ayam jantan atau ayam jago. Permainan ini tidak terbatas
waktu. Aturannya hanya salah satu ayam kabur atau mati. Ayam jago yang
bertahan, itulah pemenangnya.
5. Permainan Bahempas
@tawakborneo |
Permainan ini asli dari Kalimantan Timur, tepatnya di
Kutai Kartanegara. Permainan ini dilakukan oleh dua orang pemuda yang sama
besar dan kuat fisiknya. Alat yang digunakan adalah tongkat dan tameng anyaman
yang terbuat dari rotan untuk masing-masing pemainnya.
Permainan dimulai dengan dua pemain berhadapan lengkap
dengan atributnya. Permainan ini biasanya dilakukan dalam 2-3 menit. Setelah permainan
dimulai, pemain akan saling memukul lawan dengan mengayunkan dan menangkis
pukulan dengan alat mereka. Pemenangnya adalah siapa yang menjatuhkan lawan
dengan cepat.
6. Bola Bekel
https://www.ibudanbalita.com |
Permainan ini populer di kalangan anak-anak perempuan.
Cara bermain bola bekel adalah dengan menggenggam seluruh biji bekel dan
menebarkan seluruh biji itu ke lantai sambil melempar bola ke atas dan
menangkapnya. Biji diambil satu persatu sampai habis. Ulangi lagi sampai pada
peraturan berikutnya hingga permainan berakhir.
Bila pemain tidak bisa melakukan aturan permainan
yaitu secara bersamaan dengan saat melempar dan menangkap bola, berarti ia
kalah dan permainan diganti oleh lawan main. Lama permainan tidak terbatas dan
sesuai kesepakatan.
7. Egrang
https://indonesia.go.id |
Permainan egrang sudah sulit ditemukan, baik di desa
maupun di kota. Selain karena permainan ini cukup sulit, juga diperlukan
alat-alat yang tidak mudah lagi ditemukan. Egrang adalah permainan dengan
berjalan menggunakan alat dari bambu, kayu, atau batok kelapa. Tentu saja untuk
memainkan alat ini diperlukan keterampilan dan keseimbangan tubuh yang baik.
Selain butuh keterampilan, permainan ini juga membutuhkan
keberanian. Permainan egrang umumnya muncul secara sporadis di Indonesia untuk
perlombaan hari kemerdekaan. Selain itu, jarang sekali orang melakukan
permainan ini.
__________________________
Ditulis oleh : Avalynn Seanjaya
Sumber : Kisah 1001 Game/Permainan Paling Seru di Dunia
Monday, March 15, 2021
5 Manfaat Menjadi Penulis
Banyak orang yang menganggap bahwa menulis adalah sesuatu yang membosankan. Sehingga, tidak banyak orang yang berkecimpung di dunia kepenulisan. Padahal, menulis adalah bagian dari hidup kita. Kita tidak bisa terlepas dari tulisan atau teks dalam kehidupan sehari-hari.
Buat kamu yang selalu bertanya, apa sih manfaatnya jadi penulis? Hanya buang-buang waktu dan tidak mendapatkan apa-apa.
Eits ...! Menulis itu hobi. Buatku saat ini, menulis bukan sekadar hobi saja, tapi juga habbit dan passion. Karena banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan menjadi penulis.
Apa aja sih manfaatnya jadi penulis?
Yuk, simak tulisan di bawah ini!
Wawasan Luas
Orang yang suka menulis, pastinya akan mencari banyak referensi atau bahan bacaan yang akan dijadikan tulisan. Semakin banyak menulis, orang itu pasti akan semakin banyak membaca. Dengan banyak membaca, wawasan yang dimiliki seorang penulis akan menjadi semakin luas. Terlebih ketika kalian menjadi penulis novel sepertiku. Kalian harus bisa mencipatakan karakter/tokoh dengan berbagai profesi. Untuk membuat tokoh itu hidup, penulis harus bisa menjadi seorang pengusaha, dokter, tentara, ibu rumah tangga, anak-anak dll. dengan sudut pandang dan pemikiran mereka masing-masing. Oleh karenanya, menjadi penulis bisa menambah wawasan kalian semua untuk terus berkarya.
Bisa Menjadi Influencer dalam Kebaikan
Penulis bisa menjadi seorang influencer juga, loh. Kenapa? Karena penulis bisa membuat tulisan persuasi. Mengajak para pembacanya untuk melakukan sesuatu. Terutama dalam mengajak ke dalam kebaikan. Ada banyak sekali situs penulis yang mengajak dan mempengaruhi orang-orang untuk ikut serta dalam melakukan aksi kemanusiaan lewat tulisan. Terlebih, saat tulisan-tulisan sudah dikenal banyak orang. Tentunya, kita akan lebih baik dan lebih mudah dalam menebarkan kebaikan.
Menambah Income
Melatih Skill Berkomunikasi
Memperluas Relasi / Jaringan Pertemanan
[DONGENG] Moss Penyu, Singgah di Papua
Moss Penyu, Singgah di Papua
“Hoaaeem … hmm, aku terdampar
lagi! Di manakah ini?” Moss si penyu hijau mengejapkan matanya. Diamatinya sekeliling,
pantai putih bersih, hutan mangrove yang rimbun,indah sekali. Moss berdecak
kagum, lalu berjalan perlahan menuju sebuah pohon kelapa yang menjulang tinggi.
“Ehem … ehem, ada tamu ya?”
terdengar suara dari balik pohon kelapa. Moss terkejut, dicarinya sumber suara
itu.
“Halooo! Aku Birgus, si ketam
kelapa!” seekor ketam tampak menyapa Moss dengan riang, wajahnya tampak ramah.
“Aku, Moss si penyu hijau. Maaf aku
singgah di pantaimu, di manakah ini?” tanya Moss ingin tahu.
“Ow, selamat datang di Taman
Nasional Teluk Cendrawasih, Papua! Taman nasional perairan terluas di
Indonesia!” Birgus mengulurkan tangannya.
Birgus mengajak Moss menyusuri
pantai, melihat-lihat hutan mangrove yang padat, mengenalkan Moss pada semua
penghuni pantai, para keong yang ramah, keong Cowries, keong Strombidae dan
keong Kerucut. Melihat goa alam dalam air yang memiliki sumber air panas yang
mengandung belerang tanpa kadar garam, lalu mengintip kehidupan sahabat Birgus
di dasar laut, ikan-ikan yang cantic, Butterflyfish, Angelfish, Damselfish,
Rabbitfish dan Anemonefish.
“Ada dua ratus Sembilan jenis ikan
di sini, Moss!” tutur Birgus bangga. Moss terbelalak kagum.
“Birgus! Tempat tinggalmu luar
biasa cantik. Pantas saja teman-temanku sering singgah ke sini, mereka si penyu
sisik, penyu lekang dan penyu belimbing. Sekarang aku tak kalah cerita dengan
mereka, karena aku sudah singgah ke pantai yang luar biasa, terima kasih
banyak, sahabat baruku!” Moss tampak senang sekali.
“Ya, sampai jumpa Moss! Lain kali,
singgahlah lagi ke sini ya! Aku tunggu!” ucap Birgus. Moss tersenyum dan berlari
menuju laut biru, sekelompok penyu hijau sudah menantinya. Persinggahan Moss
kali ini begitu mengesankan. Singgah di Pantai Papua.
Sunday, March 14, 2021
Membangun Negeri dari Youth Camp Desa Beringin Agung
Samboja, 13-14 Maret 2021
Pertamina Hulu Sanga-Sanga dan Yayasan Teman Kita berkolaborasi mengadakan "YOUTH CAMP" untuk pemuda/pemudi Desa Beringin Agung.
Camping yang berlangsung selama 2 hari 1 malam ini diikuti oleh 21 peserta dan diisi oleh pemateri-pemateri yang kece banget. Ada Kak Rio, seorang psikolog yang membawakan materi "Self Awareness". Ada Kak Andin Destian (Founder Serumpun Lima Studio) yang membawakan materi "Seni Budaya dan Kearifan Lokal. Ada Kak Dion Agustian Pratama Putra (Founder Editorest.id) yang membawakan materi tentang "Konten Kreator" dan ada Kak Iswahyudi (Manager Riset & Inovasi HBICS, Yayasan Tunas Cahaya Bangsa) yang membawakan materi tentang Kepemimpinan dan Organisasi.
Wah, pematerinya keren-keren banget, ya!? Mereka semua adalah orang-orang yang aku kagumi.
Meski aku nggak ikut jadi peserta, tapi aku juga nggak mau ketinggalan dapetin ilmunya, dong. Oleh karenanya, aku juga hadir di sana hanya untuk belajar. Mengikuti materi dan diskusi dengan orang-orang hebat seperti mereka.
Selain materi-materi yang keren banget. Mereka juga mengadakan outbond dan pementasan untuk membangun kebersamaan, percaya diri, kepedulian, saling menyayangi dan bekerja sama.
Dari materi awal yang dibawakan sama Kak Rio, udah keren banget. Gimana pemuda/pemudi ini bisa nyusun puzzle dengan mengandalkan kepekaan timnya. Kalau temennya nggak peka, itu puzzle nggak bisa jadi. Iih ... pokoknya keren banget! Waktu aku masih muda, aku nggak pernah dapetin pelatihan seru seperti mereka. Rasanya, pengen kembali muda lagi.
Materi selanjutnya, tentunya lebih seru lagi. Aku juga nggak mau ketinggalan untuk melihat mereka sedang membuat program apa untuk desa mereka.
Di akhir materi, aku kagum dengan pemikiran anak-anak muda yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan desa mereka. Karena ada banyak orang pintar, tapi mereka belum tentu peduli. Ada banyak orang kaya, mereka juga belum tentu peduli.
Hari ini aku belajar banyak dari
mereka. Belajar tentang semangat muda untuk membangun negeri. Belajar tentang
bagaimana menjadi generasi yang peduli pada daerah sendiri.
Jika bodoh, kita masih bisa
belajar. Tapi jika di hati sudah memiliki rasa tak peduli, maka masa depan akan
hancur.
Kenapa aku peduli pada masa
depan? Kadang, orang lain kerap bertanya. Untuk apa aku berlelah-lelah
memberikan begitu banyak ilmu dan inspirasi tanpa dibayar? Awalnya, aku memang
tidak memiliki jawaban karena aku ini orang bodoh. Aku hanya merasa, ini adalah
panggilan Tuhan. Karena hatiku merasa bahwa sedih jika melihat generasi masa
depanku tak punya harapan. Sampai akhirnya ... hari ini aku sadar bahwa aku
haruslah peduli pada masa depan. Sebab, di sana ada anak-anakku yang akan
hidup.
Dunia bisa benar-benar berubah
karena segelintir orang yang ingin melakukan perubahan. Jika hidup hanya memenuhi
kebutuhan sandang dan pangan saja, tentulah aku tidak akan bisa menulis di blog
seperti ini. Tulisanku bisa ada di sini karena ilmu pengetahuan yang terus maju
dan berkembang.
Sekarang, kita bisa menikmati
mudahnya naik kendaraan bermotor karena ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kita
haruslah peduli pada generasi masa depan kita. Peduli pada kemajuan daerah
kita. Jika sumber daya manusianya maju, daerah itu pasti akan maju.
Aku merangkul mereka, anak-anak
muda untuk berkarya dan menginspirasi. Menjadikan garda terdepan dalam kemajuan
desa dan terwujudnya “Kampung Literasi” di Desa Beringin Agung.
Karena ...
Yang muda yang berkarya.
Yang muda yang menginspirasi.
Yang muda yang membuat perubahan.
Terima kasih untuk semua stakeholder
yang telah terlibat dalam kegiatan ini!
Semoga “Kampung Literasi” di Desa
Beringin Agung akan benar-benar terwujud dalam dua tahun ke depan. Aamiin.
Much Love,
@rin.muna
Artikel lain yang sama :
Mamuja Tak Henti Berkarya, Kini Berhasil Meluncurkan Produk Mamuja Food
Sepanjang tahun, Mamuja tak henti berkarya. Dibentuk pada 03 Februari 2019 karena keisengan belaka. Awalnya, hanya ingin kumpul-kumpul untuk memanfaatkan waktu luang agar lebih berisi dan bermanfaat. Tak disangka jika Mamuja mampu bergerak terus-menerus dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi masyarakat.
Meski hingga saat ini hanya beranggotakan 7 orang saja, tidak membuat semangat ibu-ibu ini tumbang. Mereka justru bersemangat setiap harinya untuk melahirkan karya, bukan melahirkan anak saja.
Setelah mendapatkan pelatihan bisnis yang diadakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga pada Januari 2020. Ibu-ibu Mamuja terinspirasi untuk membuat sebuah produk UMKM yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, terutama oleh generasi milenial.
Kali ini, Mamuja bersama Rumah Literasi Kreatif berusaha untuk mengemas produk-produk UMKM hasil binaan agar bisa dipasarkan ke luar desa Beringin Agung. Mengingat bahwa produk-produk desa sulit untuk bersaing di pasar karena banyak kendala dan hambatan yang menjadi pokok persoalan. Salah satunya adalah masalah pengemasan dan pemasaran produk. Jarak tempuh dari pedesaan ke kota lumayan jauh. Akses transportasi ini cukup menjadi pengaruh besar dan menjadikan harga produk tidak lagi kompetitif.
Meski banyak hambatan, ibu-ibu tetap tidak menyerah untuk terus berkarya. Mencoba banyak hal. Belajar dari kegagalan dan tidak berhenti bergerak. Sampai akhirnya, ibu-ibu Mamuja berhasil membuat salah satu cemilan dari buah-buahan yang juga kekinian. Yakni, aneka keripik dan stick buah.
Karena aku tidak pandai urusan marketing. Hanya punya basic menulis, maka aku hanya bisa membantu ibu-ibu ini mempromosikan produk-produk mereka agar laku terjual dan bisa membantu perekonomian keluarga.
Selai itu, aku juga meminta tolong pada adik bungsuku yang kebetulan bekerja sebagai marketing untuk membantu memasarkan produk dan karya ibu-ibu Desa Beringin Agung. Harapan ke depannya, produk-produk Mamuja yang menaungi beberapa produk ibu-ibu di desa ini mampu menjadi produk yang layak untuk bersaing di pasar. Bersanding dengan produk-produk lain yang juga ada di pasaran.
Ada beberapa produk stick buah yang diproduksi oleh ibu-ibu desa. Salah satunya adalah Stick Nanas yang menjadi produk unggulan di Desa Beringin Agung.
Stick Nanas ala Mamuja ini memiliki daya tarik sendiri karena bahannya berasal dari Nanas khas Samboja. Kalian tidak hanya bisa membawa Nanas Samboja sebagai oleh-oleh, tapi juga bisa membawa stick nanas ala Mamuja.
Mudah dibawa ke mana saja, bisa dimakan kapan saja dan cocok dengan berbagai suasana.
Buat kalian yang ingin order Stick Nanas khas Mamuja, bisa langsung DM di Instagram @nanas.samboja atau WA di 0821-4949-9566 (Chat Only).
Dengan membeli produk-produk Mamuja, kalian sudah membantu berdonasi untuk kegiatan Sosial Pendidikan dan Kemanusiaan yang ada di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas di Desa Beringin Agung.
Terima kasih sudah bersedia membaca tulisan ini!
Semoga menginspirasi dan membuat kalian tersentuh untuk ikut memajukan desanya.
Much Love,
@rin.muna
Sunday, February 21, 2021
PERAN SERTA PEMUDA/PEMUDI DALAM PENDIDIKAN ANAK-ANAK DI DESA BERINGIN AGUNG
Hai, buat semua teman-teman yang sudah sering baca blog aku, salam sayang semuanya!
Sudah lama sekali aku tidak menulis di blog aku sendiri.
Bukan berarti, aku nggak ada kegiatan apa-apa atau lagi mager. Jujur, kerjaan aku di dunia nyata lumayan menguras keringat. Terlebih, aku juga harus survive dengan hidupku sendiri dan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di Rumah Literasi Kreatif.
Sejak aku membuka rumah baca pada 18 Februari 2018 lalu. Aku selalu melakukan kegiatan sosial sendirian. Dengan tenaga sendiri dan biaya sendiri pula. So, aku juga tidak bisa mengabaikan pekerjaan atau usahaku supaya bisa tetap bisa menghidupi rumah baca. Karena tidak setiap bulan aku mendapatkan donatur, jadi harus punya biaya sendiri untuk menghidupi kegiatan yang ada di rumah literasi kreatif. Memang cukup berat untuk aku yang tidak punya pekerjaan tetap alias freelance, hehehe.
Meski begitu, aku selalu bahagia menjalaninya. Setiap kali ada banyak masalah hidup yang harus dihadapi ... aku selalu melampiaskan dengan menulis atau berkegiatan sosial. Karena aku tipe orang yang suka foya-foya. Daripada menghamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat, lebih baik aku gunakan sedikit uangku untuk kegiatan sosial.
Tahun ini ... Rumah Literasi Kreatif kembali membuka kelas belajar Bahasa Inggris untuk anak-anak di Desa Beringin Agung. Kelas Bahasa Inggris kali ini disponsori oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga, sama seperti kelas Bahasa Inggris di tahun sebelumnya.
Bedanya apa?
Tentu ada perbedaannya, dong.
Kalau dulu ... aku masih mengajar sendiri karena belum ada relawan yang mau membantu mengajar anak-anak di Desa Beringin Agung. Tapi tahun ini ... aku mendapat kejutan yang bisa dibilang sangat membahagiakan. Kenapa? Karena kali ini ... kelas Bahasa Inggris di Rulika sudah dibantu oleh 3 orang relawan / volunteer yang bersedia menjadi pengajar untuk anak-anak SD (Basic English).
Aku merasa sangat senang karena relawan/volunteer adalah mahasiswa dan juga penduduk lokal yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengajar tanpa dibayar. Kalau dulu, guru adalah pahlawan tanpa tanda saja. Kalau sekarang, aku bilang ... relawan adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka mau berlelah-lelah, meluangkan waktu dan membagi ilmu yang mereka miliki untuk anak-anak yang punya semangat untuk belajar.
Tiga orang remaja itu adalah Rifkal Artha Yudha (Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur), M. Ade Surya Husaini (Mahasiswa Teknologi Industri & Proses, Institut Teknologi Kalimantan) dan Aisyah Nurul Hidayah (Alumni Madrasah Aliyah Nuruddin Samboja).
Mereka bertiga adalah pemuda/pemudi yang menginspirasi. Sebab, tak banyak anak-anak muda yang mau meluangkan waktunya untuk berkegiatan sosial. Mereka lebih suka bermain game atau sibuk dengan gadget masing-masing di rumahnya. Tapi ... segelintir anak muda ini telah rela menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berbagi. Hal ini, membuat saya sangat terkesan. Saya tidak menyangka kalau masih ada pemuda di desa ini yang ikut peduli dengan pendidikan dan ikut mencerdaskan generasi penerus bangsa tanpa mengharapkan imbalan. Insya Allah ... imbalannya akan dibalas oleh Allah dengan kesuksesan mereka di masa depan. Aamiin...
Di balik semangat mereka memberikan inspirasi, tentunya ada rasa lelah yang harus dikorbankan. Saya tahu, sebab saya pernah mengalaminya.
Berapa banyak pengorbanan mereka, mereka tidak pernah mengeluh dan tetap tersenyum, penuh semangat memberikan pengajaran untuk anak-anak.
Aku lihat sendiri bagaimana Ade Surya baru datang dari Balikpapan untuk mengajar Bahasa Inggris karena pagi harinya, dia masih ada mata kuliah dan harus kembali lagi untuk belajar secara daring/tatap muka di kampusnya. Kebayang, gimana heroiknya dia yang harus bolak-balik Balikpapan-Samboja.
Begitu juga dengan Rifkal. Di tengah-tengah kesibukannya kuliah, dia meluangkan waktu untuk menjadi pengajar di Rumah Literasi Kreatif setiap hari Sabtu dan Minggu.
Kalau untuk Kak Aisyah ... mmh, nggak perlu aku sebut lagi, deh. Dia setiap hari memang menjadi relawan di Rumah Literasi. Dia yang kerap bantu beres-beres di Rumah Literasi Kreatif. Kalau bukunya sudah dihambur sama anak-anak yang berkunjung, dia yang akan mengomel panjang lebar karena dia yang sering membereskan buku-bukunya. Ke depannya, semoga bisa di-manage dengan baik dengan menjadi pustakawan di Rumah Literasi Kreatif.
Terima kasih untuk semua relawan yang sudah berperan aktif menjadi bagian dari inspirasi ...
Suatu hari ... Tuhan akan mengangkat kalian ke tempat yang lebih tinggi. Karena ada banyak hati yang berharap, kalian akan terus memberi manfaat untuk mereka...
Cukup sampai di sini tulisan dari saya...
Much Love,
Rin Muna,
Founder Rumah Literasi Kreatif