Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Monday, February 10, 2025

Perfect Hero Bab 93: SENIOR (Senang Istri Orang) || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yuna merasa sangat bahagia karena Rullyta menyiapkan pesta pernikahan yang mewah untuknya menggunakan Wedding Organizer terbaik. Ia merasa sangat beruntung karena bisa masuk ke dalam keluarga Hadikusuma dan diterima dengan sangat baik.

 

“Hei, kenapa senyum-senyum sendiri? Kayaknya, lagi bahagia banget?” tanya Icha sambil menyenggol lengan Yuna.

 

Yuna tersenyum kecil. “Ada, deh!”

 

“Mmh ... hawa-hawanya, ada yang baru dapet hadiah spesial dari suami nih?”

 

“Hehehe. Sok tahu!” dengus Yuna. “Aku dapet hadiah spesial dari Mama Mertua.”

 

“Wah ...! Serius? Beruntung banget sih punya mama mertua yang sayang sama menantu,” tutur Icha.

 

Yuna tersenyum bahagia. Ia merasa harinya semakin lebih baik. Ia memutuskan untuk pergi makan siang di luar sembari menikmati suasana kota yang sangat indah.

 

Yuna masuk ke salah satu rumah makan tradisional. Kali ini, ia ingin makan bebek goreng dengan sambal yang super pedas. Yuna memotret foto rumah makan tersebut dan langsung mengirimkannya kepada Yeriko.

 

Yuna menghentikan langkahnya saat melihat Andre tiba-tiba sudah ada di depannya.

 

Andre terus menatap Yuna tanpa berkedip. Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Membuat Yuna semakin canggung.

 

Yuna berusaha menghindari, namun langkahnya ditahan oleh Andre.

 

“Sorry ...! Aku mau makan,” tutur Yuna sambil menundukkan kepala.

 

“Kenapa ngindarin aku?” tanya Andre tanpa menatap Yuna.

 

“Aku bukan menghindar. Aku cuma ... laper banget!” tutur Yuna sambil memegangi perutnya. Ia berusaha menghindari Andre dan bergegas mencari meja yang masih kosong.

 

Andre terus mengikuti langkah Yuna dan ikut duduk di hadapan Yuna.

 

Yuna memaksa bibirnya untuk tersenyum manis ke arah Andre. Ia berusaha untuk bersikap normal walau perasaannya tak karuan sejak acara pelelangan yang terjadi malam itu.

 

“Selamat siang, Mbak! Mau makan apa?” tanya pelayan dengan ramah.

 

Yuna menghela napas lega karena sapaan pelayan tersebut telah menyelamatkan dirinya dari Andre yang tak berhenti menatapnya.

 

“Saya pesen bebek goreng satu porsi, nggak pakai nasi dan sambalnya dibanyakin ya!”

 

Pelayan tersebut menganggukkan kepala. “Minumnya apa, Mbak?”

 

“Mmh ... es jeruk ada?”

 

“Ada.”

 

“Oke. Es jeruk aja!”

 

Pelayan tersebut mengangguk. “Masnya, mau makan lagi?” tanyanya sambil menatap Andre.

 

Andre menggelengkan kepala.

 

Pelayan langsung bergegas ke belakang untuk memproses pesanan para pelanggan.

 

“Yun ...!” panggil Andre sambil menatap Yuna.

 

“Hmm ...”

 

“Kamu ... sudah tahu sendiri kan sifat suami kamu yang sebenarnya kayak gimana?”

 

Yuna mengangguk santai.

 

“Dia itu kejam banget. Dia bahkan menggunakan kamu untuk kepentingan bisnis. Jangan-jangan ... dia nikahin kamu karena ada maksud tertentu,” tutur Andre.

 

“Maksud kamu?”

 

“Bisa aja kan dia sengaja manfaatin kamu untuk menghancurkan perusahaan aku dan Lian.”

 

“Nggak usah berprasangka buruk terus sama suamiku!” sentak Yuna. “Aku menikah sama dia, nggak ada hubungannya sama sekali sama perusahaan kalian.”

 

“Tapi ... kamu lihat sendiri! Malam itu ... dia sengaja menggunakan kamu untuk menjatuhkan Lian.”

 

Yuna tersenyum kecil. “Lian pantas buat dapetin itu semua.”

 

“Yun, aku nggak nyangka kamu sekarang berubah jadi sejahat ini semenjak kamu nikah sama Yeriko. Pasti dia yang udah bikin kamu kayak gini. Kamu ... bener-bener berubah, Yun.”

 

“Semua hal di dunia ini akan berubah. Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan!” sahut Yuna dingin.

 

“Yun, aku pengen kamu seperti dulu lagi. Ayuna yang baik hati, ceria, apa adanya dan selalu peduli sama orang lain. Yeriko cuma mau manfaatin kamu doang, Yun.”

 

“Apa yang mau dia manfaatin dari aku? Aku nggak punya apa-apa.”

 

“Dia bisa aja memperalat kamu untuk kepentingan pribadi dia. Aku nggak yakin kalau dia bener-bener cinta sama kamu.”

 

“Hmm ...” Yuna menanggapi ucapan Andre dengan sikap cuek. Ia langsung menoleh ke arah pelayan yang sedang menghidangkan makanan ke atas mejanya. “Makasih, Mbak!” tutur Yuna kepada pelayan. Ia mulai melahap makanannya tanpa menghiraukan Andre yang masih terus menatapnya.

 

“Yun, sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu secepatnya pisah sama Yeriko!” pinta Andre.

 

Yuna tersenyum sinis menatap Andre. “Kenapa harus pisah? Aku hidup bahagia sama dia.”

 

“Dia cuma pura-pura sayang sama kamu. Dia itu ... nggak sebaik yang kamu pikirkan. Dia punya julukan Si Raja Iblis Berdarah Dingin bukan tanpa alasan.”

 

“Hubungan dia dengan orang lain, itu bukan hal yang harus aku pikirkan. Selama ini, dia selalu menyayangi dan menjaga aku dengan baik. Apa aku harus disamakan dengan orang lain?”

 

“Yun, kamu udah bener-bener dibikin buta ya sama dia?”

 

“Kalau buta, aku nggak duduk di sini sekarang!” sahut Yuna kesal.

 

“Bukan mata kamu yang buta, tapi hati kamu yang buta. Kamu udah bener-bener berubah jadi seperti dia. Jadi orang yang nggak punya hati dan dingin.”

 

Yuna tersenyum ke arah Andre. “Terus, kamu mau aku bersikap seperti apa setelah semua hal buruk yang terjadi sama aku beberapa tahun belakangan ini? Aku sudah sangat bahagia sekarang. Kenapa harus balik jadi Yuna yang dulu? Yuna yang selalu ditindas dan menderita.”

 

“Tapi ... Yuna yang aku kenal dulu adalah gadis yang sangat baik, tidak pernah menyimpan dendam sama orang lain apalagi sampai membuat orang lain terluka.”

 

“Kamu bisa nggak pergi dari sini? Aku mau makan!” sentak Yuna makin kesal.

 

“Aku nggak nyangka kalau kamu sekarang sekeji ini, Yun.”

 

Yuna menghela napas sambil menatap tajam ke arah Andre. “Ndre, aku ini lagi makan. Bisa nggak sih kamu nggak ngoceh terus di depan aku!?”

 

Andre tersenyum kecil. “Biasanya, kamu juga selalu banyak omong waktu makan.”

 

Yuna menggigit daging bebek dengan kesal dan penuh amarah. “Kamu tahu kan kalau orang yang lagi kelaparan bisa makan orang juga!” tutur Yuna geram sambil membelalakkan matanya ke arah Andre.

 

“Kamu tuh malah kelihatan lucu kalau lagi marah kayak gini.” Andre tersenyum ke arah Yuna yang sedang melahap makanannya.

 

Yuna melirik sinis ke arah Andre. Ia makin kesal dengan sikap andre yang terus mengejarnya. “Beruang, kamu lagi sibuk ya? Kenapa nggak muncul juga sih? Aku makin gerah sama cowok ini,” batin Yuna dalam hatinya.

 

“Yun, kita udah berteman sejak kecil. Kenapa kamu selalu menghindar dan dingin sama aku?”

 

“Karena sekarang kamu beda.”

 

“Apa bedanya? Bukannya kamu yang udah berubah?”

 

“Aku sudah nikah, Ndre. Harusnya kamu bisa ngerti keadaanku. Sebagai seorang teman baik, apa baiknya kalau menyuruh temannya bercerai dengan suaminya sendiri tanpa sebab yang jelas?”

 

Andre menelan ludah mendengar pertanyaan Yuna. “Aku cuma mau yang terbaik buat kamu. Sebagai teman baik, aku selalu khawatir sama kamu.”

 

“Kamu mengkhawatirkan aku yang sudah bersuami? Suamiku bisa menjaga dan menyayangi aku dengan baik. Kenapa kamu tiba-tiba nongol dan nyuruh kami pisah?”

 

“Yun, aku cuma ...”

 

“Udah, deh. Nggak usah ungkit lagi soal hubungan aku sama Yeriko!” pinta Yuna. “Aku sekarang makin pusing sama sikap kamu yang kayak gini. Di luar sana, masih ada banyak perempuan cantik. Kenapa kamu harus ngejar aku yang jelas-jelas udah bersuami?”

 

“Karena di mataku, cuma kamu wanita yang paling cantik dan bisa bikin aku nyaman,” jawab Andre.

 

“Walaupun aku sudah bersuami?” tanya Yuna.

 

Andre menganggukkan kepala. “Aku nggak peduli soal status kamu. Sekalipun kamu udah jadi janda sepuluh kali, aku tetep cinta sama kamu.”

 

Yuna mengerutkan hidungnya dan bersiap melemparkan sambal ke wajah Andre. “Kamu mau doain aku jadi janda!?”

 

“Ampun, Yun! Ini sambel pedes loh.” Andre langsung meraih mangkuk sambal yang ada di tangan Yuna.

 

“Siapa bilang ini manis!?” sentak Yuna.

 

“Iya, iya. Sorry!”

 

Yuna menghela napas dan langsung membersihkan tangannya.

 

“Yun, apa kamu beneran bahagia sama dia? Kalau iya, aku nggak akan ganggu kamu lagi!”

 

Yuna tersenyum ke arah Andre. “Sangat, sangat, sangat bahagia!” seru Yuna sambil beranjak dari tempat duduknya.

 

“Udah selesai makannya?” tanya Yeriko yang tiba-tiba sudah ada di samping Yuna.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Kamu ... datengnya lama banget? Aku pikir, kamu sibuk banget di kantor.

 

“Tadi ketemu klien di jalan, ngobrol sebentar. Maaf kalau bikin kamu nunggu lama.”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Mau makan apa?”

 

“Mmh ... bukannya kamu sudah makan? Gimana aku bisa makan sendirian?”

 

“Aku masih bisa pesen makanan lagi, kok. Kita pindah meja!” ajak Yuna.

 

Yeriko tersenyum dan langsung merangkul pinggang Yuna dengan mesra. Ia tersenyum sinis ke arah Andre yang masih bergeming di tempatnya.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

Perfect Hero Bab 92: Rencana Pesta Pernikahan || a Romance Novel by Vella Nine

 


Hangatnya mentari pagi telah menyapa. Namun, Yeriko dan Yuna masih enggan untuk membuka mata.

 

Sinar mentari yang jatuh tepat di mata Yuna, membuatnya membuka mata perlahan. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam tujuh pagi.

 

“Astaga! Udah siang banget!?” Yuna langsung bangkit dari tidurnya.

 

“Hmm … mau ke mana?” Yeriko memicingkan mata sambil meraih pergelangan tangan Yuna.

 

“Udah siang banget, aku mau …”

 

“Ini hari libur. Tidur lagi! Aku masih ngantuk.” Yeriko langsung menarik Yuna kembali ke dalam pelukannya.

 

Yuna tersenyum menatap wajah suaminya. “Kamu tuh sering nyebelin. Tapi kenapa malah bikin aku makin sayang?” batin Yuna sembari menyentuh dahi Yeriko dengan jari telunjuknya dan merambat perlahan sampai ke bibir Yeriko.

 

Yeriko tersenyum. Ia membuka mata sejenak sambil menatap Yuna dan langsung mengecup bibir Yuna. “Tidur lagi!” perintahnya.

 

“Aku udah nggak ngantuk,” sahut Yuna sambil tersenyum. Ia membenamkan kepalanya ke dada Yeriko. Di kepalanya tiba-tiba muncul ide jahil. Ia langsung mengendus dan menjilati dada Yeriko yang kekar dan mulus.

 

Yeriko langsung membuka mata begitu merasakan lidah Yuna menyentuh lembut dadanya. Ia langsung menatap kepala Yuna yang ada di bawahnya. “Jangan mancing!” pintanya.

 

Yuna menatap Yeriko sambil meringis.

 

Yeriko langsung memutar tubuh Yuna dan menekan di bawahnya. “Kamu tahu kan gimana caranya bertanggung jawab kalau sudah membangunkan Singa yang lagi tidur?”

 

“Mmh ….” Yuna memutar bola mata, pura-pura berpikir serius.

 

“Kamu harus ngasih dia makan daging mentah!” bisik Yeriko. Ia langsung mengulum lembut bibir Yuna dan membawanya larut untuk bercinta.

 

Tok … Tok … Tok …!

 

Yuna dan Yeriko langsung menoleh ke arah pintu bersamaan.

 

“Ada apa, Bi?” teriak Yuna.

 

“Ada Nyonya Besar datang,” jawab Bibi War.

 

“Iya. Suruh tunggu sebentar, Bi! Kami mandi dulu!” seru Yeriko.

 

Yuna tersenyum saat mendengar langkah kaki Bibi War yang sudah pergi meninggalkan kamarnya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari tubuh Yeriko.

 

“Belum kelar,” tutur Yeriko sambil menekan tubuh Yuna.

 

“Mama sudah nunggu di bawah. Nggak enak kalo kelamaan. Aku mau mandi.”

 

“Nanggung. Sebentar lagi.”

 

Yuna menghela napas dan menyerah. Ia mengikuti keinginan Yeriko untuk melayaninya hingga akhir.

 

Usai bercinta, mereka langsung pergi mandi bersama. Berganti pakaian dan bergegas turun dari kamarnya.

 

“Pagi, Ma!” sapa Yeriko sambil menghampiri mamanya yang duduk di sofa.

 

“Pagi, Ma!” sapa Yuna malu-malu. Ia merasa dirinya sangat payah karena baru bangun tidur sesiang ini.

 

Rullyta tersenyum menatap Yuna dan Yeriko. “Pagi …!” balasnya.

 

“Mama, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?” tanya Yeriko.

 

“Kenapa Mama harus bilang dulu?”

 

“Yah, kalau tahu Mama mau ke sini. Kami bisa bangun lebih pagi,” jawab Yuna.

 

“Bukannya kita sudah bangun pagi?” sahut Yeriko.

 

Yuna langsung melotot ke arah Yeriko sambil menyenggol lengannya.

 

Rullyta tersenyum manis sambil menatap anak dan menantu kesayangannya. “Kalau gitu, kita sarapan bareng!” ajaknya sambil bangkit dari sofa dan melangkah menuju meja makan.

 

Yeriko dan Yuna menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rullyta.

 

“Yun, hari ini kamu ada agenda?” tanya Rullyta di sela-sela sarapannya.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Nggak ada, Ma. Ini kan hari minggu,” jawab Yuna dengan mulut penuh makanan.

 

“Telan dulu makanannya!” pinta Yeriko yang duduk di sebelah Yuna.

 

Yuna meringis dan menelan makanannya perlahan.

 

Rullyta tersenyum kecil melihat tingkah Yuna yang lucu dan apa adanya.

 

“Kenapa, Ma?” tanya Yuna setelah berhasil mengosongkan mulutnya.

 

“Abis ini ikut Mama ya!”

 

“Ke mana?”

 

“Ketemu WO?”

 

“Hah!? Secepat ini?” tanya Yuna.

 

“Nyiapin pernikahan itu nggak sebentar. Oh ya, kalian maunya nikah tanggal berapa?” tanya Rullyta.

 

“Mmh …”Yuna menoleh ke arah Yeriko. Rullyta juga ikut menatap wajah putranya.

 

“Eh!? Terserah kalian aja!” tutur Yeriko yang menyadari tatapan istri dan mamanya.

 

Rullyta menghela napas sejenak. “Gimana kalau kita bikin resepsinya tanggal 07 Juli?”

 

“Boleh,” jawab Yuna sambil menganggukkan kepala.

 

“Kenapa tanggal tujuh Juli? Lama banget?” tanya Yeriko. “Ini masih bulan April.”

 

Rullyta menghela napas menatap Yeriko. “Kamu pikir, nyiapin pernikahan itu gampang? Banyak yang harus diurus. Tiga bulan ini termasuk kecepatan. Biasanya, orang nyiapin resepsi pernikahan sampai setahun.”

 

“Ya udah. Tahun depan aja sekalian,” celetuk Yeriko.

 

Yuna dan Rullyta langsung menatap tajam Yeriko.

 

Yeriko meringis. “Hehehe. Terserah kalian aja dah!”

 

“Keterlaluan!” sentak Rullyta. “Sebenarnya kamu berminat bikin pesta atau nggak?”

 

Yeriko langsung membulatkan matanya menatap Rullyta. Ia melirik Yuna yang menundukkan kepala sambil menikmati makanan di depannya. Ia merasa bersalah karena celetukannya telah membuat Yuna salah paham dan mengira kalau Yeriko tidak akan memberikan pesta pernikahan untuknya.

 

“Yun, nggak usah diambil hati! Yeriko memang begitu. Pria selalu nggak peka sama keinginan wanita!”

 

Yuna tersenyum sambil menatap Rullyta. “Nggak papa, Ma. Kalau emang dia nggak mau bikin pesta, aku nggak masalah kok.”

 

“Yun, aku bukan nggak mau bikin pesta. Cuma bercanda doang. Kita bikin pesta pernikahan secepatnya. Oke?” Yeriko langsung menatap wajah Yuna lekat.

 

Yuna tersenyum kecil. “Tapi … kalau kamu keberatan …”

 

“Aku nggak keberatan!” sahut Yeriko. “Kamu boleh bikin pesta semewah mungkin sesuai keinginan kamu. Aku bakal turuti semuanya!” Yeriko langsung menggenggam tangan Yuna agar istrinya tidak murung lagi.

 

Rullyta tersenyum menatap Yeriko yang terlihat tunduk di hadapan Yuna. Ia merasa, Yuna bisa mengendalikan Yeriko dengan mudah. “So, kita ambil tanggal tujuh Juli ya?”

 

Yuna dan Yeriko mengangguk bersamaan.

 

“Good!” Rullyta tersenyum puas. “Nanti, Mama kasih jadwal ke kamu!”

 

“Jadwal apa, Ma?”

 

“Jadwal buat ngurus semuanya. Hari ini kita ketemu sama Wedding Organizer. Besok, kita ke butik untuk gaun pernikahan kamu.”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Rullyta.

 

“Kamu nggak usah ikut ya!” pinta Rullyta sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko langsung mengernyitkan dahinya. “Why?”

 

“Ntar malah bikin ribet. Cukup Mama sama Yuna aja yang ngurus pernikahan. Kamu terima beres aja!”

 

Yeriko mengangguk-anggukkan kepala. “Baguslah.”

 

“Tapi ... kalau hari ini aku pergi sama mama. Kamu di rumah sendirian, dong?” tutur Yuna sambil menatap Yeriko.

 

“Yah, mau gimana lagi. Aku kan dilarang pergi,” sahut Yeriko sambil memasang wajah murung.

 

“Ma, gimana kalau dia ikut aja hari ini?” tanya Yuna sambil menoleh ke arah Rullyta. “Setidaknya, kita punya supir sekaligus bodyguard.”

 

Rullyta tersenyum kecil. “Nggak boleh! Mama udah bawa supir sendiri. Lagian, Mama pengen punya lebih banyak waktu berdua sama kamu.”

 

Yuna langsung menatap iba ke arah Yeriko.

 

Yeriko tersenyum sambil mengusap rambut Yuna. “Pergi aja sama Mama! Aku mau pergi ke arena panahan hari ini.”

 

“Sama siapa?”

 

“Biasa. Sama Lutfi, sama Chandra.”

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Jadi, nggak papa kalau aku pergi berdua sama mama?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Memangnya ada yang bisa ngelawan perintah Nyonya Besar?”

 

Rullyta tertawa kecil menanggapi ucapan Yeriko.

 

“Mmh ... Ma, aku ganti baju dulu ya!” pamit Yuna saat mereka sudah selesai sarapan.

 

Rullyta mengangguk.

 

Yuna tersenyum riang dan melenggang menaiki anak tangga menuju kamarnya.

 

“Mama yakin nggak mau ajak aku?” tanya Yeriko.

 

Rullyta tersenyum menatap Yeriko. “Kamu ikut pun nggak akan berguna.”

 

“Ma, ini kan pesta pernikahan aku. Kenapa aku nggak boleh ikut campur?”

 

“Kamu tuh laki-laki, nggak akan paham selera perempuan!” dengus Rullyta.

 

Yeriko mengerutkan dahinya. “Selera perempuan hampir semua sama. Mereka suka sesuatu yang cantik dan mewah.”

 

“Yer, apa kamu nggak mau ngasih Mama ruang untuk lebih dekat sama Yuna?”

 

“Hmm ... ya, udah kalo gitu.”

 

“Oh ya, kamu mau foto prewedding di dalam atau di luar negeri?”

 

“Pre-wedding? Kita udah nikah, nggak usah foto-foto pre-wedding segala.”

 

“Pasca-wedding?” Rullyta menatap serius ke arah Yeriko.

 

“Terserah, Mama! Aku ikut aja!”

 

“Hmm ... ujung-ujungnya tetep ngikut aja, kan?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Asal jangan bikin yang ribet-ribet!” pinta Yeriko.

 

“Mmh ... kita lihat nanti!” tutur Rullyta sembari bangkit dari tempat duduk saat melihat Yuna sudah menuruni anak tangga.

 

Mereka bergegas menuju salah satu kantor Wedding Organizer yang telah dipilih oleh Rullyta.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

Perfect Hero Bab 91: Commercial Love War

 


“Yun, kamu sengaja ngebocorin rahasia perusahaanku ke Yeriko?” tanya Lian sambil menatap kesal ke arah Yuna.

 

“Ngebocorin apaan? Rahasia perusahaan aja aku nggak ngerti,” sahut Yuna ketus.

 

“Kamu jangan pura-pura deh! Kamu sengaja masuk perusahaanku buat ngambil rahasia perusahaan dan kasih ke suami kamu ini kan?” bisik Lian geram.

 

Yuna tersenyum sinis ke arah Lian. “Bukannya kamu yang maksa aku buat masuk ke perusahaan kamu? Lagian, kamu nuduh aku tanpa bukti.”

 

Lian menatap kesal ke arah Yuna. “Kalau sampe aku tahu kamu cuma manfaatin aku, aku nggak akan pernah ngelepasin kamu!” bisiknya geram.

 

Yuna tidak menghiraukan ucapan Lian.

 

“Untuk Pak Wilian Wijaya, silakan naik ke atas panggung!” pinta pembawa acara.

 

Lian bangkit dari tempat duduk sambil merapikan posisi jasnya. Ia tersenyum dan melangkah ke atas panggung untuk menerima hasil karya senilai dua ratus juta yang telah ia menangkan.

 

Yeriko dan Andre tersenyum melihat Lian berdiri di atas panggung. Terlebih Yeriko yang merasa sangat puas bisa menjebak Lian masuk ke dalam perangkapnya.

 

Semua orang mulai keluar dari gedung satu persatu setelah pembawa acara mengumumkan bahwa rangkaian acara telah usai.

 

Lian menatap tajam ke arah Yuna. Ia bergegas menghampiri gadis itu saat ia menyadari ada yang tidak beres dari proses pelelangan yang terjadi.

 

“Kamu sengaja mau mempermainkan aku?” tanya Lian kesal.

 

Yuna mengernyitkan dahinya menatap Lian. “Maksud kamu?”

 

“Yun, aku minta kamu datang buat mendukung perusahaan kita. Kenapa kamu malah milih suami kamu ini?”

 

“Why? Dia suamiku, apa salahnya aku milih jalan sama dia?”

 

“Kamu ...!?” Lian menunjuk wajah Yuna geram.

 

Yeriko langsung bangkit dan menghadap ke arah Lian. “Kenapa?” tanyanya sambil tersenyum sinis. “Baru sadar kalau kamu sangat bodoh?”

 

Lian mengerutkan bibirnya dan menatap tajam ke arah Yeriko. “Kalian bertiga sengaja mau jebak aku?”

 

Yuna hanya duduk sambil menatap tiga pria yang sedang bersamanya. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya dan motif yang ada di baliknya. Ia hanya menatap ketiga cowok itu bergantian.

 

“Aku sama Andre emang sengaja beradu buat mancing kamu,” tutur Yeriko tanpa basa-basi. “Nggak nyangka kalau kamu gampang banget masuk ke dalam perangkap. Ckckck.” Yeriko menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

Lian menarik napas dalam-dalam sambil menatap tajam ke arah Yeriko dan Andre yang ada di belakangnya.

 

“Kamu pikir, bisa ngalahin Galaxy dan Amora dengan mudah?” sahut Andre sambil menatap angkuh ke arah Lian.

 

Yeriko tersenyum sinis sambil melirik Andre yang ada di balakangnya. “Kamu jangan senang dulu, aku di sini bukan untuk bekerjasama dengan Amora,” sahut Yeriko.

 

Andre terkejut mendengar ucapan Yeriko. Ia pikir, Yeriko akan mengajaknya berdamai dan bisa mengembalikan beberapa kliennya yang sudah berpindah ke Galaxy.

 

“Aku tahu, kalian berdua sangat menginginkan Yuna. Itulah salah satu alasan aku bawa dia. Seharusnya, kalian menyadari kalau Yuna sudah bersuami. Tapi, kalian berdua masih aja ngejar istriku.”

 

Yuna terkejut mendengar pernyataan Yeriko. Ia tidak menyangka kalau Yeriko sedang memanfaatkan kehadirannya untuk kepentingan bisnis, lebih tepatnya untuk menjatuhkan pesaing bisnisnya.

 

“Aku sudah menduga, kehadiran Yuna bisa memancing emosi kalian.” Yeriko tertawa kecil. “Karya seni itu cuma berharga seratus juta dan kami bisa memenangkannya dengan harga dua ratus juta.” Yeriko bertepuk tangan di hadapan Lian. “Selamat!” ucapnya sambil tersenyum sinis. “Kehadiran Yuna bisa memancing emosi kamu dengan mudah. Sebanyak apa pun uang yang kamu punya, nggak akan bikin Yuna berpaling dari aku!” tegas Yeriko.

 

“Aku nggak nyangka kalau kamu bisa jadikan istri kamu sebagai alat untuk kepentingan bisnis,” sahut Andre.

 

Yeriko langsung berbalik menatap Andre dan tersenyum sinis. “Milikku milik Yuna juga. Aku melakukannya bukan karena sepihak. Kalian berdua nggak akan bisa ambil Yuna dari aku!” tegasnya. Ia langsung menggenggam tangan Yuna dan membawa istrinya keluar dari gedung.

 

Yuna ikut melangkah mengiringi langkah Yeriko. Namun, ia masih terus menoleh ke belakang. Menatap Lian dan Andre yang masih berdiri di sana. Seperti apa pun mereka kini, mereka adalah orang yang pernah ada di masa lalu Yuna. Wilian, pernah menjadi teman berbagi cerita semasa SMA. Andre, pernah menjadi teman berbagi suka-duka sejak ia masih kanak-kanak.

 

“Maafin aku!” bisik Yuna dalam hati. Ia sedikit merasa bersalah dengan sikap kejam suaminya.

 

Yeriko ikut menoleh ke belakang. Ia langsung merangkul pinggang Yuna dengan mesra. “Ayo ...!” bisiknya di telinga Yuna.

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. Mereka bergegas keluar dari gedung. Kemudian menuju mobilnya yang sudah menunggu di pintu depan.

 

Yeriko membukakan pintu untuk Yuna. Mereka berdua duduk berdampingan dan memerintahkan Riyan untuk membawa mereka pulang secepatnya.

 

“Yer, aku boleh tanya sesuatu?” tanya Yuna sambil menatap suaminya.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Apa?”

 

“Kamu sengaja manfaatin aku buat kepentingan komersial kamu?”

 

“Kamu ngomong apa sih?” sahut Yeriko sambil menangkup kepala Yuna. “Kamu jauh lebih penting dari kepentingan komersial bisnis ini,” tuturnya sambil mencubit kedua pipi Yuna.

 

Yuna mengerutkan bibirnya. Ia baru saja menyaksikan perang komersial yang sangat kejam. “Kamu tulus sayang sama aku atau cuma mau manfaatin aku doang demi bisnis kamu?” tanya Yuna lagi.

 

Yeriko tertawa kecil sambil mengetuk dahi Yuna. “Kamu ini lagi mikirin apaan sih!?”

 

Yuna mengelus dahinya. “Aku nggak buta. Aku bisa lihat kalau kamu bahagia banget ngelawan mereka berdua. Aku sama sekali nggak paham sama kalian bertiga. Kenapa saingan bisnis harus bawa-bawa aku?”

 

“Yun, aku bawa kamu sebagai istri aku. Aku tahu, mereka berdua masih suka sama kamu kan?” tanya Yeriko.

 

Yuna menelan ludah mendengar pertanyaan dari Yeriko. “Kamu tahu dari mana?”

 

“Dari gerak-gerik mereka aja aku udah tahu. Aku bener-bener nggak suka sama cara mereka lihat kamu. Apa mereka nggak tahu kalau kamu sudah jadi istri orang lain?”

 

“Apa masalah perasaan harus dicampur adukkan dengan kepentingan bisnis?”

 

“Kepentingan bisnis cuma punya dua cara. Menggunakan perasaan atau tidak berperasaan sama sekali!” tegas Yeriko.

 

“Kamu nggak bermaksud bikin mereka kayak Direktur Lukman kan? Walau bagaimanapun, mereka adalah orang yang baik di masa-masa sulitku.”

 

Yeriko tersenyum sinis. “Tergantung mereka. Mau sampai kapan mereka mengusik hubungan kita?”

 

“Yer, Andre itu nggak seperti yang kamu pikirkan! Dia deket sama aku dari kecil. Jangan bikin mereka dalam kesulitan!” pinta Yuna.

 

Yeriko tersenyum sinis. “Iya. Aku nggak akan mempersulit mereka. Asalkan mereka sadar posisi mereka sekarang!”

 

“Serius?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Makasih sudah banyak membantu aku!” ucap Yeriko sambil mengecup pelipis Yuna.

 

Yuna tersenyum ke arah Yeriko. Kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Yeriko.

 

Entahlah ... ada begitu banyak hal yang masih tidak ia mengerti. Namun, selama Yeriko masih berada di sisinya. Ia merasa sangat nyaman.

 

Yeriko terus tersenyum sepanjang perjalanan pulang. Suasana hatinya sangat bahagia setelah berhasil mempermainkan Lian di depan semua rekan bisnis mereka.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 


Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas