Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Monday, February 10, 2025

Perfect Hero Bab 97: Kesedihan Chandra || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Gimana keadaan Chandra? Udah sadar atau belum?” tanya Lutfi saat masuk ke dalam ruang rawat Chandra.

 

Yeriko menggelengkan kepala sambil menatap Chandra yang masih terbaring lemah.

 

Lutfi langsung duduk di sofa. Sesekali ia menatap Chandra yang masih belum sadarkan diri. “Yer ...!” panggil Lutfi.

 

“Hmm ...” sahut Yeriko sambil merogoh ponselnya yang tiba-tiba berdering. Ia menatap layar ponsel dan langsung menjawab panggilan telepon dari Yuna.

 

“Halo ...! Kenapa tadi buru-buru matikan telepon?” tanya Yuna begitu panggilan teleponnya tersambung.

 

“Tadi masih ngurusin Chandra pindah ruangan.”

 

“Aku ke sana sekarang, ya! Di rumah sakit mana ya?” tanya Yuna.

 

“Di Siloam. Kamu nggak usah ke sini!” pinta Yeriko.

 

“Why?”

 

“Chandra baik-baik aja.”

 

“Tapi ...”

 

“Aku bilang, nggak usah ke sini!” pinta Yeriko dengan nada lebih tinggi.

 

Yuna terdiam beberapa saat. “Oke,” sahutnya lirih.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam. “Hari ini, kamu pergi kerja seperti biasa. Aku suruh Riyan antar jemput kamu.”

 

“Nggak usah. Aku naik taksi aja. Aku juga mau ke rumah Jheni ntar sore kalau udah pulang kerja.”

 

“Oh. Oke. Hati-hati ya!”

 

“He-em.”

 

Yeriko langsung mematikan sambungan teleponnya.

 

“Istri kamu?” tanya Lutfi.

 

Yeriko menganggukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah karena telah berbicara dengan nada tinggi kepada Yuna.

 

“Yer, kamu baru sebulan nikah sama Yuna. Jangan terlalu memberatkan dia! Apalagi sampai cinta mati kayak Chandra. Aku nggak mau, apa yang dialami Chandra terjadi juga sama kamu.”

 

Yeriko diam, dia tidak menanggapi ucapan Lutfi. Ia hanya berharap, Yuna terus mencintainya dengan tulus. Tidak akan pernah meninggalkannya walau banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Ia selalu melihat ketulusan hati Yuna dan tidak bisa melepaskannya begitu saja.

 

“Yer ...!” panggil Lutfi. Ia merasa kalau Yeriko tidak mendengarkan nasehatnya sedikitpun.

 

“Hmm ...”

 

“Kamu serius sama Yuna?”

 

“Lut, dia itu wanita yang aku nikahi. Apa aku masih bisa bermain-main dengan pernikahan?”

 

Lutfi menghela napas. “Yah, aku harap kalian bisa menjadi pasangan yang sejati. Aku cuma takut kalau suatu saat Yuna menghianati kamu. Kamu sendiri yang bilang kalau banyak laki-laki yang mengejar Yuna walau status dia sudah bersuami. Bisa aja, suatu hari nanti hati Yuna goyah dan lebih memilih bersama pria lain.”

 

“Aku nggak akan ngelepasin dia gitu aja,” sahut Yeriko.

 

“Huft, kalau emang itu mau kamu. Jangan pernah menyesali keputusan kamu!” pinta Lutfi. “Sekalipun terjadi hal paling buruk di antara kalian.”

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menatap Lutfi. “Kamu akan mengerti setelah ketemu sama wanita yang tulus memberikan seluruh hidupnya buat kamu.”

 

“Maksud kamu?”

 

Yeriko hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Lutfi. Mereka langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka.

 

“Pagi ...!” sapa Bibi War. “Ini, Bibi bawakan sarapan untuk kalian.”

 

“Wah ...! Bibi War memang yang paling cantik dan pengertian di dunia ini,” sahut Lutfi. Ia melihat kotak makanan yang dibawa oleh Bibi War.

 

“Kalau ada maunya aja baru muji-muji Bibi,” tutur Bibi War. “Kalian sarapan dulu!” pintanya sambil melangkah mendekati ranjang Chandra.

 

“Mmh ... masakan bibi pasti enak banget nih,” tutur Lutfi sambil mencicipi makanan yang dibawakan Bibi War.

 

“Bibi siapa dulu? Dia yang paling jago soal rasa,” sahut Yeriko ikut memakan makanan yang dibawakan bibi War.

 

“Mmh ... kok, kedengarannya kayak iklan ya?” tanya Lutfi sambil melirik ke langit-langit ruangan.

 

Yeriko tertawa kecil sambil menyenggol lengan Lutfi. Mereka tertawa bersama sambil menikmati sarapan bersama.

 

“Mas, Bibi pulang dulu ya! Salam buat Mas Chandra kalau dia sudah sadar,” pamit Bibi War.

 

“Oke,” sahut Lutfi dengan mulut penuh makanan.

 

“Oh ya, Bi. Yuna ...”

 

“Mbak Yuna sudah pergi kerja. Tadinya, dia yang mau antarkan sarapan. Tapi nggak jadi. Katanya, tiba-tiba ada telepon penting banget dari kantor.”

 

Yeriko dan Lutfi saling pandang mendengar ucapan Bibi War.

 

Bibi War tersenyum dan berpamitan untuk pergi sekali lagi.

 

“Yer, bukannya kamu yang ngelarang dia buat dateng ke sini?”

 

“He-em.” Yeriko mengangguk santai sambil mengunyah makanannya.

 

“Santai banget? Kenapa dia bohong sama Bibi?”

 

“Karena dia nggak mau bikin aku susah.”

 

“Maksud kamu?”

 

“Kalau Bibi War tahu, aku bikin Yuna sedih lagi. Dia bisa ceramahin aku dari pagi sampai pagi. Belum lagi Mamaku yang cerewet banget itu! Dua orang itu, bakalan ngomel terus setiap kali aku bikin Yuna sedih sedikit aja.”

 

Lutfi tergelak mendengar ucapan Yeriko. “Hmm ... ternyata, bukan cuma laki-laki yang sayang sama Kakak Ipar. Bahkan, Bibi War dan Tante Rully juga sayang banget sama dia? Kalau kamu sampai menindas Yuna, pasti banyak musuh yang akan kamu hadapi.”

 

Yeriko tersenyum kecil menanggapi ucapan Lutfi. “Apa aku kelihatan seperti laki-laki yang mau menindas istrinya sendiri?” dengusnya.

 

Lutfi terkekeh. “Ya, nggak kelihatan sih. Eh, kamu belajar dari mana jadi suami yang romantis? Aku perhatiin, Kakak Ipar makin lengket aja sama kamu.”

 

Yeriko mengedikkan bahu sambil menghabiskan sup udang buatan Bibi War.

 

“Pelit banget!” celetuk Lutfi.

 

Yeriko bangkit dari sofa saat melihat tubuh Chandra mulai bergerak perlahan. Ia langsung menghampiri Chandra.

 

“Amara ...!” panggil Chandra lirih. Ia membuka matanya perlahan. Perasaannya sangat sakit saat tidak menemukan tunangannya di dalam ruangan itu.

 

“Kamu sudah sadar?” tanya Lutfi dengan wajah sumringah.

 

“Amara mana?” tanya Chandra lirih.

 

“Jangan cari dia lagi! Dia aja nggak peduli sama kamu. Buat apa kamu masih mikirin dia!” sahut Lutfi kesal.

 

Chandra memejamkan mata sembari menahan rasa sakit yang bersarang di otaknya.

 

Lutfi membuka mulut ketika melihat Chandra terlihat sangat menderita. Namun, Yeriko menahan lengannya dan mengisyaratkan agar Lutfi tidak mengatakan hal buruk yang membuat kondisi Chandra menjadi tidak stabil.

 

“Chan, nggak usah memikirkan dia dulu!” pinta Yeriko. “Lebih baik, kamu pikirkan kesehatan kamu dulu!”

 

“Aku baik-baik aja,” sahut Chandra sambil meringis menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur.

 

“Chan, jangan banyak gerak dulu!” pinta Yeriko. “Lut, panggilin suster!”

 

“Oh iya. Sampai lupa laporan kalau dia sudah sadar. Saking senengnya,” sahut Lutfi. Ia bergegas mengambil telepon dan memanggil suster khusus untuk pasien VVIP.

 

“Yer, apa Amara sama sekali nggak ada datang ke sini?” tanya Chandra.

 

Yeriko menggelengkan kepalanya.

 

 Chandra mendesah kecewa. “Sekarang, dia terang-terangan selingkuh sama Harry. Aku sudah nggak bisa mempertahankan hubungan kami lagi,” tutur Chandra tak bersemangat.

 

Yeriko mengernyitkan dahinya. “Harry?”

 

Chandra mengangguk pelan. “Yang punya PT. Cahaya Gemilang itu.”

 

“Real Estate itu?”

 

Chandra mengangguk pelan.

 

Wajah Yeriko berubah masam. Ia merasa tidak terima dengan apa yang telah dilakukan Harry. Merebut tunangan orang lain secara terang-terangan, membuat jiwanya memberontak. “Biar aku yang urus masalah ini sendiri!”

 

“Kamu mau ngapain?” tanya Chandra sambil menatap iba ke arah Yeriko. Yeriko sangat menyayangi orang-orang terdekatnya. Tapi juga bisa menghancurkan kehidupan orang lain tanpa ampun. Ia tetap tidak ingin kalau Yeriko melakukan hal buruk pada Amara.

 

Yeriko bergeming. Wajahnya sangat dingin dan menimbulkan kekhawatiran di benak Chandra. Ia langsung berbalik dan melangkah keluar dari ruangan.

 

“Yer ...!” panggil Chandra lirih. Ia berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya terlalu lemah dan tidak bisa mencegah Yeriko.

 

“Chan ...!” Lutfi langsung menahan tubuh Chandra agar tidak terjatuh dari ranjangnya.

 

“Lut, tolong cegah Yeriko!” pinta Chandra. “Dia bisa melukai Amara.”

 

“Dia tahu batasan. Dia nggak akan berbuat kejam sama Amara.”

 

“Kamu tahu sifat Yeriko seperti apa. Aku nggak yakin kalau ...”

 

“Percaya sama dia! Kamu nggak usah mikirin Amara lagi!” sentak Lutfi. “Dia nggak baik buat kamu. Ngapain sih masih aja kamu belain!?” Lutfi makin kesal dengan sikap Chandra yang terlihat sangat lemah.

 

Chandra menatap pilu ke arah Lutfi. Ia tidak bisa berkata-kata. Hatinya sangat sakit saat mengetahui kalau Amara akan benar-benar meninggalkan dirinya.

 

“Masih ada banyak cewek di luar sana! Tuhan nunjukkin ini semua, karena Dia tahu kalau Amara bukan perempuan yang baik buat kamu. Sadar, Chan!”

 

Chandra menjatuhkan kembali kepalanya ke bantal. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan kalau hubungannya dengan Amara akan segera berakhir.

 

Hampir semua orang telah mengetahui statusnya dengan Amara. Bagaimana bisa membiarkan dirinya dipandang gagal oleh semua orang. Gagal dalam membina hubungan dengan tunangannya sendiri. Bukannya segera menikah, mereka justru malah berpisah.

 

Lutfi juga tak bisa berbuat apa pun untuk mencegah Yeriko.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

Perfect Hero Bab 96 : Kecelakaan dan Masa Lalu || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yeriko langsung menghampiri Lutfi begitu ia sampai ke rumah sakit.

 

“Chandra kenapa?” tanya Yeriko.

 

Lutfi langsung menengadahkan kepalanya menatap Yeriko. “Dia … kecelakaan.”

 

“Gimana keadaannya sekarang?” tanya Yeriko.

 

“Masih koma,” jawab Lutfi lirih.

 

Yeriko langsung terduduk lemas di samping Lutfi. Ia tidak menyangka kalau Chandra akan mengalami hal buruk.

 

“Kecelakaan di mana?”

 

“Di jalan tol. Dia nabrak mobil lain.”

 

Yeriko langsung menoleh ke arah Lutfi. “Jadi, ada korban lain?”

 

Lutfi menganggukkan kepala. “Dia juga orang yang kita kenal.”

 

“Maksud kamu?”

 

Lutfi memijat keningnya yang berdenyut. Ia menatap pilu ke arah Yeriko. Ia tidak sanggup memberitahukan kepada Yeriko siapa orang yang telah mengalami kecelakaan bersama Chandra.

 

“Salah satu temen kita dulu,” tutur Lutfi lirih.

 

“Oh.” Yeriko tak banyak bertanya. Pikirannya penuh dengan keadaan Chandra yang masih berada di ruang ICU dan belum sadarkan diri.

 

Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruang ICU.

 

Yeriko dan Lutfi langsung bangkit dan menghampiri dokter yang menangani keadaan Chandra.

 

“Gimana keadaan temen saya, Dok?” tanya Yeriko.

 

“Dia sudah melewati masa kritisnya. Tidak ada luka yang sangat serius. Hanya luka luar saja. Dia akan segera membaik setelah sadar.”

 

Yeriko dan Lutfi menghela napas lega. “Terima kasih informasinya, Dok. Apa sudah bisa dijenguk?”

 

“Bisa. Maksimal dua orang yang bisa masuk.”

 

Yeriko dan Lutfi mengangguk. Mereka bergegas masuk ke dalam ruang ICU untuk melihat keadaan Chandra.

 

“Beberapa hari ini, dia memang sangat tertekan karena kelakuan Amara,” tutur Lutfi sambil menatap Chandra yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

 

“Gara-gara Amara lagi?” Yeriko  sangat kesal setiap kali mendengar nama Amara.

 

Lutfi menganggukkan kepala. “Kamu tahu sendiri, Chandra itu setia dan cinta banget sama Amara. Dia rela ngelakuin banyak hal untuk Amara. Tapi, cewek satu itu bener-bener nggak punya perasaan!”

 

“Aku masih nggak ngerti kenapa ada cewek yang kayak gitu. Kali ini dia udah keterlaluan. Kayaknya, emang harus dikasih pelajaran!” tutur Yeriko dengan mata berapi-api.

 

Lutfi menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Chandra ini kurang apa ya? Sampe-sampe si Amara masih aja selingkuhin dia. Dia nggak pernah macem-macem. Nggak pernah main-main sama perempuan. Tapi, malah dipermainkan.”

 

“Sudahlah, yang terpenting dia baik-baik aja sekarang. Soal Amara, biar aku yang nyelesaikan.”

 

Lutfi mengangguk tanda mengerti.

 

“Biarlah dia istirahat dulu!” tutur Yeriko. “Kita tengok orang yang ditabrak sama Chandra,” ajak Yeriko.

 

Lutfi bergeming di tempatnya.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko saat melihat Lutfi tak bereaksi sedikitpun.

 

“Mmh … nggak papa.” Lutfi langsung melangkah mengikuti Yeriko. Mereka bergegas ke ruangan yang ada di sebelah ruangan Chandra.

 

Yeriko tertegun saat melihat wajah wanita yang masih terbaring koma di atas ranjang pasien. Ia tidak bisa melanjutkan langkah kakinya. Tubuhnya membeku, hatinya seperti tertusuk belati melihat wanita yang pernah masuk ke dalam masa lalunya itu.

 

“Ehem …! Kamu nggak papa?” tanya Lutfi sambil menyentuh bahu Yeriko.

 

“Eh!? Nggak papa. Apa dia beneran …?”

 

Lutfi tersenyum kecil sambil menatap Yeriko. “Aku juga nggak nyangka kalau mobil yang ditabrak Chandra adalah mobil dia. Sejak tiga tahun lalu, dia nggak pernah kelihatan lagi. Aku bahkan nggak tahu kalau dia udah kembali ke Indonesia. Bukannya, dia ke Paris buat ngejar impian dia sebagai Ballerina?”

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Ia tidak bisa berkata-kata. Yeriko melangkah perlahan sambil membaca tulisan nama pasien.

 

“Refina Tata Widuri …” Nama itu terus terngiang di telinga Yeriko. Tak hanya namanya, tapi juga semua hal yang pernah ia lalui bersama wanita itu. “Kenapa kamu kembali di saat seperti ini?” batin Yeriko.

 

Lutfi memahami kegelisahan yang ada di dalam hati Yeriko. Ia menyentuh pundak Yeriko untuk menunjukkan rasa empatinya.

 

“Sudah nggak ketemu selama tiga tahun. Aku ngerti perasaan kamu. Nggak mudah buat ngelupain dia. Tapi … saat ini kamu sudah menikah. Apa kamu bakal balik ke dia dan meninggalkan Yuna?”

 

Yeriko menundukkan kepala. Ia berbalik dan melangkah keluar dari ruang rawat. Ia terlihat sangat putus asa begitu melihat Refina kembali muncul dalam kehidupannya. Ia langsung terduduk lemas di kursi tunggu dan tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

 

“Ninggalin Yuna? Ini nggak mungkin,” bisiknya dalam hati. Walau ia baru mengenal Yuna, namun gadis itu telah membuatnya mengerti banyak hal. Hanya dengan Yuna, ia bisa merasa benar-benar bahagia.

 

Lutfi tidak tega melihat Yeriko yang hanya tertunduk lesu sambil menatap lantai yang kosong. Kepalanya semakin berdenyut. Masalah Chandra belum selesai, kini ia harus menyaksikan Yeriko dihinggapi masalah baru yang pastinya akan mengganggu kehidupan rumah tangga yang baru saja terbina.

 

“Yer, kamu menikahi Yuna … karena mencintai dia atau hanya pelarian dari Refina?”

 

“Kamu pikir pernikahan itu sesuatu yang main-main?” sahut Yeriko sambil menatap Lutfi.

 

Lutfi mengangguk tanda mengerti. “Gimana kalau Refina ngajak kamu balik lagi?”

 

“Dia yang ninggalin aku. Kenapa harus ngajak balik?” tanya Yeriko kesal. Matanya memerah, hatinya diselimuti rasa amarah dan kekecewaan. Ia teringat bagaimana Refina mencampakkannya tiga tahun lalu.  Seumur hidupnya, ia tak akan pernah melupakan bagaimana cara Refina menyakitinya.

 

“Sudah bertahun-tahun dia nggak pernah kelihatan. Sekarang, dia tiba-tiba muncul di sini bukan tanpa alasan. Aku tahu, Refina sangat ambisius. Kalau bukan karena kamu, apalagi alasan yang bisa bikin dia kembali?”

 

Yeriko menghela napas sambil menatap Lutfi. “Jangan ungkit soal Refina lagi!” pinta Yeriko. “Jangan sampai Yuna tahu masalah ini!”

 

“Maksudnya? Kamu mau ngerahasiain ini di depan Kakak Ipar? Apa dia nggak akan tersakiti kalau suatu saat tahu kenyataan yang terjadi antara kamu dan Refina?”

 

“Aku yang akan cerita langsung ke dia. Selama dia nggak nanya apa pun, jangan mengatakan apa pun ke dia!”

 

“Tapi …”

 

“Aku nggak bisa lihat Yuna sedih. Banyak penderitaan yang sudah dia hadapi. Aku takut, kondisi psikisnya dia bisa makin terganggu. Biar aku yang selesaikan dengan caraku sendiri.”

 

Lutfi menganggukkan kepala. “Kita lihat Chandra lagi, yuk!” ajak Lutfi.

 

Yeriko mengangguk. Ia bangkit dan perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat Chandra.

 

“Apa rencana kita selanjutnya?” tanya Lutfi begitu ia masuk ke dalam ruang rawat Chandra.

 

“Biar aku yang selesaikan.”

 

“Perlu bantuanku!”

 

“Kita lihat nanti!”

 

Lutfi menganggukkan kepala.

 

“Permisi, kami mau memindahkan pasien ke ruang rawat. Silakan diurus administrasi pemindahan ruangannya!” tutur perawat yang baru saja masuk.

 

Yeriko menganggukkan kepala. Ia mengisyaratkan pada Lutfi untuk bergegas pergi ke bagian administrasi.

 

“Oke.” Lutfi langsung keluar dari ruangan dan bergegas menuju ke bagian administrasi.

 

Yeriko menghela napas. Ia memerhatikan para perawat yang sedang menyiapkan pemindahan Chandra. Ia langsung mengikuti Chandra untuk pindah ke ruang perawatan VVIP.

 

Yeriko melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. Ia teringat pada Yuna yang menunggunya di rumah. Ia langsung merogoh ponsel dan menelepon istrinya untuk memberi kabar.

 

“Halo …!” sapa Yuna dengan suara yang masih sayu.

 

“Halo … masih tidur?”

 

“Udah melek, tapi masih baring di kasur. Gimana keadaan Chandra?” tanya Yuna.

 

“Tidur kamu nggak nyenyak?”

 

“Kok tahu?”

 

Yeriko tersenyum kecil dan tidak menjawab pertanyaan Yuna. “Chandra kecelakaan. Sekarang, dia masih koma.”

 

“Hah!? Separah itu?” Yuna langsung melompat dari tempat tidurnya.

 

“Kata dokter nggak parah. Cuma luka luar aja. Tinggal nunggu dia sadar aja.”

 

“Huft, syukur deh kalo nggak parah.” Yuna mengelus dadanya. Tapi, ia tetap khawatir dengan keadaan Chandra.

 

“Oh ya, suruh Bibi War antar makanan ke sini ya!”

 

“Ada siapa aja di situ?”

 

“Aku sama Lutfi aja.”

 

“Oke.”

 

Yeriko langsung mematikan teleponnya.

 

“Eh!? Kenapa dimatiin? Aku belum kelar ngomong,” tutur Yuna sambil menatap layar ponselnya. Ia bergegas turun ke dapur.

 

“Bi …!” panggil Yuna.

 

“Ya.”

 

“Tolong masakin untuk Yeriko dan Lutfi ya! Mereka lagi di rumah sakit. Minta dianterin makanan.”

 

Bibi War menganggukkan kepala. “Siapa yang sakit?”

 

“Chandra kecelakaan?”

 

“Innalillahi … Mas Chandra? Gimana keadaannya sekarang?”

 

“Kata Yeriko, nggak terlalu parah. Tapi, dia masih belum sadar.”

 

“Semoga nggak terjadi hal buruk dan cepet sadar.”

 

“Aamiin,” sahut Yuna. “Aku mau mandi dulu ya, Bi!

 

Bibi War menganggukkan kepala.

 

Yuna berlari ke kamarnya dan bergegas mandi.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas