Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 72: Pembelaan | a Romance Novel by Vella Nine

 


Yeriko berbisik ke telinga Yuna dan membuat Yuna tersenyum ke arah Bellina yang ada di hadapannya.

 

Lian merasakan hatinya sangat sakit saat melihat Yeriko yang memperlakukan Yuna begitu mesra.

 

“Bel, kamu tahu kan kalau aku sudah menikah dan hidup bahagia. Jadi, bilang sama calon suami kamu ini supaya nggak ganggu aku lagi! Bisa kan?” pinta Yuna sambil tersenyum.

 

Lian membelalakkan matanya mendengar pernyataan Yuna. Ia tidak menyangka kalau Yuna akan membocorkan keinginannya untuk kembali bersamanya.

 

Yuna tersenyum manis ke arah Lian.

 

“Kamu jangan fitnah aku ya!” sentak Lian.

 

“Fitnah? Kamu nggak ingat sama apa yang udah kamu lakuin ke aku kemarin? Bukannya kamu yang mohon-mohon buat balik sama aku lagi? Bahkan kamu sendiri yang janji kalau mau menceraikan Bellina setelah anak kamu lahir.”

 

Lian langsung menoleh ke arah Bellina. “Bohong, Bel! Aku nggak pernah bilang begitu. Dia udah fitnah aku. Kamu tahu kan, dia masih sayang sama aku dan pengen misahin kita. Makanya, dia ngarang cerita buat ngerusak hubungan kita.”

 

“Kamu ini bener-bener nggak tahu diri ya, Yun!” sentak Bellina.

 

Yuna hanya tersenyum sinis mendengar ucapan Bellina.

 

“Apa masih kurang puas sama apa yang kamu dapetin? Kamu pikir, aku nggak tahu kalau kamu udah jual diri demi pengobatan ayah kamu? Kamu nikah sama Yeriko, pasti karena ayah kamu yang udah tua dan lumpuh itu kan?”

 

PLAK ...!

 

Yuna langsung menampar pipi Bellina. “Jangan bawa-bawa ayahku!” sentak Yuna. “Aku emang nggak punya apa-apa. Tapi aku masih punya harga diri. Nggak kayak kamu yang rela ngasih semua tubuh kamu demi harta.”

 

“Kamu jangan ngomong sembarangan ya!”

 

“Aku nggak ngomong sembarangan! Mama kamu ... rela ngebiarin anaknya hamil di luar nikah demi harta. Kamu juga harus ingat kalau dia juga yang mau jual aku sama laki-laki tua yang cabul itu!” seru Yuna. “Kalau bukan karena Yeriko yang menyelamatkan aku, mungkin sampai hari ini mama kamu masih jual aku sama lelaki hidung belang cuma karena uang.”

 

“Kamu ...!?” Bellina menunjuk wajah Yuna.

 

“Kenapa? Mau ngelak? Kenyataannya emang kayak gitu, kan?” Yuna semakin membusungkan dada di hadapan Bellina.

 

Yeriko tersenyum sinis. “Kamu juga harus tahu kalau sudah mengambil alih perusahaan Lukmantoro. Laki-laki tua yang ingin menikahi Yuna dengan paksa. Kamu ngerti kan maksud aku?” tanya Yeriko sambil menaikkan salah satu alisnya.

 

Bellina terdiam mendapati tatapan Yeriko yang dingin dan berbahaya. Jika ia masih terus melawan Yuna dan Yeriko, bisa jadi Yeriko akan mengambil alih seluruh perusahaannya dan membuat keluarganya bangkrut.

 

Tapi, setiap kali melihat wajah Yuna, kebencian di dalam dirinya sangat besar dan tidak bisa berpikir jernih.

 

“Sudahlah. Lebih baik kita kembali ke aula dan menemui tamu. Nggak enak kalau terlalu lama meninggalkan mereka,” pinta Mega sambil menggenggam tangan Bellina.

 

Bellina masih terus menatap Yuna penuh kebencian. Mega juga ingin sekali memaki Yuna, namun ia sudah menyadari ancaman dari Yeriko yang tidak pernah main-main soal bisnis. Ia sudah membaca banyak berita, banyak perusahaan yang diakuisisi oleh Yeriko.

 

Yeriko adalah anak muda berbakat dan terkenal sangat kejam. Ia bisa dengan mudah membuat Wijaya Group jatuh ke tangannya.

 

KREEK ...!

 

Suara pintu kamar mandi terbuka, dari balik pintu keluar seorang gadis cantik yang sudah tidak asing lagi di mata Yeriko.

 

“Cantika?” Yeriko mengernyitkan dahi menatap Cantika yang baru saja keluar dari toilet.

 

Cantika tersenyum kecil sambil menyandarkan tubuhnya di dinding. Ia sengaja menyalakan rokok dan menghisapnya perlahan. Ia menikmati setiap hisapan rokoknya sambil menonton pertengkaran yang terjadi antara Yuna dan Bellina.

 

“Istri kamu sangat hebat dan mengagumkan,” tuturnya tanpa mengalihkan pandangannya dari lantai yang ada di hadapannya.

 

Yuna langsung menoleh ke arah gadis cantik yang memujinya. Ia tidak menyangka kalau wanita yang ia duga selingkuhan Yeriko, justru mengetahui dirinya adalah istri Yeriko, bahkan melontarkan pujian kepadanya.

 

Bellina mengernyitkan dahi menatap Cantika yang terlihat sangat elegan dan angkuh. “Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan orang lain!” sentaknya.

 

Cantika tersenyum sinis, ia melangkah perlahan menghampiri Bellina. “Kamu sudah lupa aku ini siapa?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Bellina.

 

Bellina terdiam. Ia menelan ludah saat Cantika menghampiri dan mengitari tubuhnya. Belum selesai urusannya dengan Yuna dan Yeriko, ia harus berhadapan dengan Cantika yang membuatnya sangat ketakutan.

 

Cantika tersenyum kecil menatap Bellina. Ia mengangkat dagu Bellina dengan jari telunjuk agar Bellina menatap wajahnya. “Sekarang takut?” tanyanya angkuh.

 

Bellina tidak menyahut. Bibirnya bergetar dan ia tidak berani melakukan apa pun. Ia hanya berusaha membuang pandangannya dan tidak ingin menatap Cantika.

 

Yuna heran melihat Cantika dan Bellina, sepertinya mereka memiliki rahasia yang tidak ia ketahui. Melihat reaksi Bellina, sudah bisa dipastikan kalau mereka pernah berseteru sebelumnya.

 

“Dia siapa? Kenapa Bellina ketakutan gitu?” bisik Yuna di telinga Yeriko.

 

Yeriko mengedikkan bahunya. “Nggak tahu. Aku cuma kenal dia sebagai klienku aja.”

 

“Apa dia klien yang penting dan berpengaruh di perusahaan?” tanya Yuna lagi.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

Yuna menahan tawa, ia merasa sangat senang karena akhirnya ada seseorang yang membantunya melawan Bellina.

 

“Kenapa malah ketawa?” tanya Yeriko lirih.

 

“Nggak papa. Lucu aja.”

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna yang berdiri di sampingnya.

 

Cantika tersenyum sinis ke arah Bellina. Ia menghisap rokok yang ada di tangannya dan menghembuskan asap rokok tersebut ke wajah Bellina.

 

Lian langsung mendorong tubuh Cantika. “Kamu jangan sembarangan sama istriku! Dia lagi hamil dan nggak boleh kena asap rokok.”

 

Cantika tertawa kecil menanggapi ucapan Lian. “Aku nggak lihat dia lagi hamil,” sahutnya. “Lagian, aku lihat beberapa hari lalu dia masih minum alkohol. Bukannya wanita hamil nggak boleh konsumsi alkohol?”

 

Lian langsung menoleh ke arah Bellina. Sementara Bellina langsung menggelengkan kepala untuk mengelak ucapan Cantika.

 

“Huft, kalau emang beneran kamu hamil, kamu harus benar-benar mengerti caranya menjaga janin kamu ini,” tutur Cantika sambil menatap perut Bellina.

 

Yuna tersenyum kecil menanggapi ucapan Cantika. “Oh ya, aku juga baru ingat. Beberapa waktu lalu, Lian ngajak Yeriko makan malam bareng. Dia juga minum anggur merah.”

 

Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna. Ia juga mengingat hal itu.

 

“Oh ... jangan-jangan, kamu emang nggak sayang sama janin kamu itu dan pengen bikin dia rusak?” tanya Yuna.

 

“Bukan dia yang nggak sayang, tapi ayah dari calon bayi itu,” sahut Yeriko. “Dia ada di sana dan nggak mencegah Bellina untuk minum alkohol.”

 

Yuna langsung tersenyum kecil. “Aha ... bener juga. Jangan-jangan, kamu emang pengen bikin Bellina keguguran dan ngajak aku balikan sama kamu kan?” dengus Yuna ke arah Lian.

 

“Kamu ini cocoknya jadi pengarang cerita!” sentak Lian. “Nggak usah mengada-ngada.”

 

“Iya. Lagian, aku cuma pura-pura minum anggur untuk menghormati kalian aja,” sahut Bellina.

 

Yuna tersenyum sinis. “Kami nggak perlu sandiwara cuma untuk dapetin hormat dari kalian!”

 

“Gimana dengan ini?” tanya Cantika sambil memutar video Bellina yang sedang berada di bar bersama dua orang sahabatnya dan asyik menikmati alkohol.

 

Bellina membelalakkan matanya dan berusaha merebut ponsel Cantika.

 

Cantika tersenyum sinis sambil menjauhkan ponselnya dari Bellina. “Orang yang berbohong sekali, akan membuat kebohongan berikutnya untuk menutupi kebohongan yang sudah ia buat.”

 

“Lain kali jangan seperti itu lagi dan sayangi kehadiran anak kita!” pinta Lian pada Bellina.

 

Bellina menganggukkan kepala. “Maaf, aku sama sekali nggak kepikiran soal itu. Tapi, aku sudah periksa ke dokter dan kandunganku baik-baik aja.”

 

Lian tersenyum menatap Bellina. “Syukurlah.”

 

Bellina balas tersenyum. Ia merasa sangat senang karena Lian telah mempercayai dirinya. Lian tidak boleh mengetahui kalau ia hanya pura-pura hamil agar Lian segera menikahinya. “Sorry ...! Cuma dengan cara ini, kamu mau mempercepat pernikahan kita,” bisik Bellina dalam hatinya.

 

Lian langsung merengkuh kepala Bellina dan mengecup keningnya. Walau bagaimanapun, Bellina adalah calon ibu dari anaknya dan ia tidak akan membiarkannya berada dalam kesulitan.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

Perfect Hero Bab 71: Make a Trouble | a Romance Novel by Vella Nine

 


Yeriko mengernyitkan dahi saat melihat empat gadis cantik berjalan menghampirinya.

 

“Hai ...!” sapa keempat gadis cantik itu sambil tersenyum manis ke arah Yeriko.

 

Yeriko melangkah mundur perlahan dan langsung berbalik meninggalkan empat gadis cantik yang berusaha mendekatinya. “Perempuan zaman sekarang, sudah tahu aku beristri, masih aja digodain,” celetuk Yeriko kesal.

 

Keempat gadis itu menghentakkan kaki dan menatap kesal ke arah Yeriko. “Sombong banget!” celetuk salah satu wanita itu.

 

“Ganteng, tapi kejam!” sahut wanita lainnya.

 

“Aku bisa mati berdiri kalau punya suami kayak gitu.”

 

“Tapi ... dia ganteng dan kaya raya. Nggak papa, deh meski harus jadi istrinya yang ke tujuh.”

 

“Gila! Nggak segitunya juga kali.”

 

“Beruntung banget sih perempuan itu bisa dapetin hatinya Pak Yeri.”

 

“Rasanya, dia biasa aja. Kok, bisa Pak Yeri suka sama dia ya?”

 

“Jangan-jangan, itu cewek pake pelet buat dapetin Pak Yeri?”

 

“Emangnya masih zaman pake begituan?”

 

“Kayaknya sih, masih ada beberapa orang yang percaya begituan.”

 

“Sst ...! Jangan berpikir macem-macem! Kita nggak bisa sembarangan gosipin istrinya Pak Yeri. Kalau sampai dia dengar, bisa habis kita semua!”

 

Semuanya terdiam dan memilih untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

 

Saat keluar dari toilet, Yuna berpapasan dengan Bellina yang sedang terbakar cemburu dan iri karena kehadiran Yuna telah mencuri perhatian semua orang. Keduanya saling pandang dan bersitegang.

 

“Yun, bukannya kamu bilang kalau nggak mau dateng ke pesta pertunanganku? Kenapa tiba-tiba muncul dan mengalihkan perhatian semua orang? Kamu pikir, kamu sudah hebat?”

 

Yuna tersenyum kecil menanggapi ucapan Bellina. “Kenapa? Kamu ngerasa tersaingi?”

 

“Kamu bener-bener nggak tahu diri ya!? Ini pesta pertunangan aku dan kamu bikin seolah-olah ini pesta punya kamu dan Yeriko. Mentang-mentang punya suami kaya, kamu bisa mengambil semuanya dari aku?”

 

Yuna tersenyum sinis ke arah Bellina. “Enak kan kalau apa yang kamu punya direbut sama orang lain?”

 

Bellina mengerutkan hidungnya dan bersiap menyerang Yuna dengan tangannya.

 

“Kamu harus ingat gimana kamu memperlakukan aku!” sentak Yuna. “Kamu udah ngerebut Lian dari aku. Udah menyulitkan hidupku. Ini belum seberapa kalau dibandingkan sama apa yang sudah kamu lakuin ke aku.”

 

“Kamu ...!?” Bellina mengangkat tangan dan bersiap memukul Yuna.

 

Dengan cepat, Yuna menangkap lengan Bellina. “Aku ke sini memang sengaja mau ngancurin pesta pertunangan ini. Aku sengaja mencuri perhatian semua orang dan mengambil alih pesta ini. Kamu tahu, kami bisa melakukannya dengan sangat mudah.”

 

Bellina terus menggerakkan lengannya yang digenggam erat oleh Yuna. Ia makin geram dengan ucapan Yuna yang sengaja mengacaukan hari pertunangannya. “Aku nggak akan ngebiarin kamu menang gitu aja!”

 

Yuna tersenyum sinis menatap Bellina. “Aku sudah menang dengan mudah. Mengambil alih perhatian semua orang bisa dilakuin sama suamiku dengan mudah. Dia juga bisa dengan mudah mengambil alih saham perusahaan kalian!” sentak Yuna sambil menepis kasar tangan Bellina.

 

Napas Bellina semakin kencang mendengar ucapan Yuna. Pundaknya naik turun dengan cepat karena emosinya yang hampir meledak. “Aku nggak akan ngebiarin kamu mengambil semuanya dari aku!”

 

Yuna tersenyum sinis. “Asal kamu tahu, Lian masih cinta dan tergila-gila sama aku. Sayangnya, aku sudah nggak berminat sama cowok murahan kayak dia,” ucap Yuna, ia berusaha membuat hati Bellina semakin panas.

 

“Nggak mungkin! Lian cuma cinta sama aku. Dia sudah mencampakkan kamu demi aku. Cuma aku, satu-satunya wanita yang bisa bikin dia bahagia!” tegas Bellina.

 

“Oh ya?” Yuna menatap tajam ke arah Bellina. “Aku kasih tahu ya,” bisik Yuna di telinga Bellina. “Kemarin ... Lian datang ke aku. Dia minta aku bercerai sama Yeriko dan kembali sama dia. Dia bahkan menjanjikan untuk menceraikan kamu setelah anak kamu lahir. Aku ... bisa dengan mudah ngerebut Lian dari kamu.”

 

Bellina tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia langsung menjambak rambut Yuna dengan keras. “Dasar cewek murahan!” teriak Bellina.

 

Yuna memegangi rambutnya yang ditarik oleh Bellina. “Kamu yang murahan!” sentak Yuna. Tangan satunya balik menjambak rambut Bellina.

 

“Berani-beraninya kamu mau ngerebut Lian dari aku!” teriak Bellina.

 

“Kamu yang udah ngerebut Lian dari aku. Harusnya kamu yang tahu diri!” sentak Yuna tak mau kalah. Ia mengumpulkan kekuatan untuk mendorong tubuh Bellina menjauh dari dirinya.

 

Bellina masih tidak mau melepaskan rambut Yuna.

 

Yuna semakin kesal. Ia menggunakan kakinya untuk menendang perut Bellina hingga Bellina terjatuh ke lantai.

 

Saat itu juga, Lian datang dan melihat perkelahian dua wanita bersaudara itu. Ia langsung menghampiri Bellina yang terduduk di lantai. “Kamu nggak papa?” tanyanya panik.

 

Bellina berpura-pura menangis. “Lian, aku takut!” tuturnya sambil memeluk Lian. “Cewek ini bener-bener kayak monster.”

 

“Yun, kenapa kamu bisa sekasar ini sama kakak sepupu kamu sendiri!?” sentak Lian.

 

“Aku nggak kasar. Dia yang mulai duluan!” sahut Yuna tak mau kalah.

 

“Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu yang nendang Bellina sampai jatuh,” sahut Lian.

 

“Aku cuma membela diriku aja. Kalau bukan dia yang mulai duluan mukul aku. Aku nggak bakal nyerang balik!” tegas Yuna.

 

Pertengkaran Yuna dan Bellina memancing Mega dan Yeriko. Mereka yang mendengar suara Yuna dan Bellina langsung datang.

 

“Ada apa, Yun?” tanya Yeriko sambil memeluk Yuna. Ia melihat rambut Yuna yang sudah acak-acakan.

 

“Cewek gila satu ini bener-bener menguji kesabaranku!” sahut Yuna sambil menunjuk Bellina yang masih terduduk di lantai.

 

“Kamu datang ke sini cuma mau mencelakai Bellina, hah!?” sentak Mega sambil menatap Yuna penuh amarah.

 

“Nggak kebalik? Jelas-jelas dia yang nyerang aku duluan!” sahut Yuna.

 

“Kamu ini bener-bener nggak tahu diri ya! Masih aja datang cari masalah. Kamu pikir, kami nggak tahu niat kamu datang ke pesta ini? Wanita pengacau!” seru Mega.

 

Yeriko langsung menatap tajam ke arah Mega. “Jangan pernah macem-macem sama Yuna. Aku bakal bikin perhitungan sama kalian!” tegasnya.

 

Bibir Mega bergetar. Ia tidak bisa bersuara lagi mendapati tatapan tajam dari Yeriko.

 

“Kamu nggak papa, kan?” tanya Yeriko sambil merapikan rambut Yuna.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Rambut aku berantakan banget ya?” tanya Yuna. “Gimana baikinnya? Aku nggak bisa baikin sendiri, ini kan dibikinin sama hairstylist termahal di Indonesia,” lanjutnya sambil melirik ke arah Bellina.

 

“Kamu tenang aja, aku bakal bikin mereka membayar semua yang udah mereka lakuin ke kamu,” tutur Yeriko. “Harga sandal jepit kamu aja masih jauh lebih mahal daripada pakaian yang mereka pakai.”

 

Bellina makin geram mendengar pembicaraan Yuan dan Yeriko. Ia bangkit dari lantai dan bersiap menyerang Yuna kembali.

 

Lian menarik lengan Bellina dan mencegahnya agar tidak terpancing emosi. Ia melirik ke arah Mega yang berdiri di sampingnya.

 

Mega juga sangat kesal melihat Yeriko dan Yuna yang sengaja memamerkan kekayaan yang mereka miliki.

 

Yeriko merangkul tubuh Yuna dan tersenyum ke arah Bellina yang berdiri di hadapannya. “Aku nggak akan ngebiarin siapa pun menyakiti istriku. Asal kamu tahu, harga rumah kamu pun nggak sebanding dengan apa yang dipakai Yuna!” tegasnya.

 

Bellina mengerutkan hidungnya menahan emosi. Sebenarnya ia sangat ketakutan karena sebelumnya Yuna mengancam untuk mengambil alih semua harta kekayaannya dan harta kekayaan keluarga Lian. Ia tidak bisa membayangkan dirinya jatuh miskin.

 

“Yun, sorry banget! Bellina lagi hamil muda dan emosinya nggak stabil. Maaf kalau sudah menyusahkan kamu!” tutur Lian mencoba menenangkan keadaan.

 

“Kamu pikir, maaf bisa mengembalikan keadaan?” sahut Yeriko. “Aku sudah tahu gimana kamu memperlakukan Yuna,” lanjut Yeriko sambil menatap tajam ke arah Bellina. “Aku nggak akan ngebiarin kamu menindas Yuna terus-menerus!” tegas Yeriko.

 

“Yer, tolong dengerin dulu penjelasan Bellina. Ini pasti cuma salah paham,” sela Lian.

 

Yeriko tersenyum sinis. “Salah paham kalau sekali. Kalau sudah lebih dari tiga kali, itu bukan salah paham lagi!”

 

Lian terdiam, ia sama sekali tidak mengetahui hal apa yang telah terjadi pada calon istri dan mantan pacarnya itu. Ia bahkan tidak mengetahui sama sekali kalau Bellina terus menindas Yuna selama bekerja di kantornya.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

Perfect Hero Bab 70 : Merebut Perhatian | a Romance Novel by Vella Nine

 


“Halo ... Yuna, apa kabar?” sapa Abdi, ayah dari Lian.

 

“Halo ... Oom. Kabar saya baik-baik aja. Gimana dengan kabar Oom?”

 

“Alhamdulillah baik,” jawab Abdi sambil tersenyum ke arah Yuna. Ia menepuk bahu Lian dan mendorong anaknya untuk menyapa Yuna.

 

“Kalian masih bisa menjaga silaturahmi walau akhirnya tidak bersama,” bisik Abdi di telinga Lian.

 

Lian tersenyum dan akhirnya menyapa Yuna yang sudah berdiri di depannya. “Makasih ya, sudah mau datang ke pertunangan kami,” tuturnya sambil tersenyum menatap Yuna.

 

Hati Bellina semakin terbakar cemburu. Ia tidak lagi peduli dan berniat untuk mempermalukan Yuna. Ia menatap kalung berlian yang melingkar manis di leher Yuna.

 

“Kamu ... bisa pakai kalung sebagus ini, pasti cuma kalung sewaan aja kan? Cewek miskin kayak kamu, mana bisa sih beli barang mahal,” tutur Bellina.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam, ia mencoba menahan diri untuk tidak terpancing dengan kata-kata Bellina.

 

“Nggak mungkin itu kalung sewaan. Desain kalung ini dibuat khusus dan nggak mungkin bisa disewa,” sahut seorang tamu undangan yang ada di dekat mereka.

 

“Kamu tahu dari mana? Sok tahu!” sahut Bellina kesal.

 

Pria itu tersenyum sambil menatap Bellina. “Sepertinya seleramu sangat rendah sampai nggak bisa bedain mana barang asli dan palsu. Aku ini sudah bertahun-tahun jadi pengusaha berlian. Kalung Berlian yang dipakai Nyonya Ye, didesain khusus dan nilainya puluhan milyar.”

 

Bellina membelalakkan mata mendengar ucapan dari pria tersebut.

 

Yeriko hanya tersenyum kecil menatap Bellina yang terdiam dan tidak bisa mengelak ucapan pria yang ada di sampingnya.

 

“Kamu harus ingat, siapa kamu dan siapa aku sekarang!” ucap Yuna sambil tersenyum ke arah Bellina. “Dulu, kamu boleh menghina aku sesukamu. Tapi, sekarang aku adalah Nyonya Ye. Semua orang tahu siapa Tuan Ye, dia nggak akan ngasih aku barang murahan.”

 

Wajah Bellina langsung pucat saat mendengar ucapan Yuna. Dalam hatinya, ia merasa sangat kesal karena Yuna selalu lebih unggul darinya. Kekayaan Yeriko melampaui kekayaan Lian dan ia merasa kalau Yuna sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai Nyonya Lian.

 

Mega yang melihat perdebatan itu, langsung menghampiri Bellina dan membantu menantunya menyerang Ayuna.

 

“Jangan lupa sama tempat kamu berasal!” tutur Mega sambil mendorong dada Yuna. “Sekalipun kamu sekarang pakai pakaian dan barang mahal, kamu tetap aja itik buruk rupa. Besok, kamu pasti sudah kembali jadi gadis abu, kan?”

 

Ayuna terlihat sangat kesal dengan ucapan Mega. Ingin sekali ia melawan mertua Bellina yang kejam itu, namun tangan Yeriko menahannya agar tetap bersikap tenang.

 

“Yeriko Sanjaya Hadikusuma. Semua orang mengenal siapa kamu. Pria muda dan kaya raya. Nggak nyangka kalau kamu bisa jatuh ke pelukan gadis penipu satu ini. Dia masuk dalam kehidupan kamu, pasti cuma mau mengincar harta kamu. Harusnya, kamu lebih berhati-hati sama dia!” tutur Mega sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Mega. “Ayuna jauh lebih berharga dari harta yang kami punya!” tegas Yeriko. “Kita lihat, apakah menantu kamu ini masuk ke keluargamu karena mengincar harta yang kalian punya atau tidak?”

 

Bellina langsung mendelik ke arah Yeriko. “Kamu jangan ngomong sembarangan ya!” sentaknya.

 

Yeriko hanya tersenyum sinis menanggapi makian dari Bellina.

 

“Kalian pikir, kalian ini jauh lebih baik dari aku?” sahut Yuna. “Kamu ... cuma perempuan perebut pacar orang alias pelakor!” tutur Yuna mulai emosi.

 

“Kamu jangan ngomong sembarangan ya!” sentak Lian.

 

“Aku nggak ngomong sembarangan. Emang kenyataan kan? Dia menghalalkan segala cara buat dapetin kamu!” seru Yuna. Ia ingin sekali menyerang Lian, namun Yeriko menahannya.

 

“Kamu ... bener-bener perempuan nggak tahu diri dan nggak tahu sopan santun, Untungnya Lian nggak terus-terusan berhubungan sama kamu,” sahut Mega.

 

Yuna tersenyum kecil. “Aku juga beruntung karena akhirnya bisa pisah sama Lian. Dia cuma cowok murahan yang nggak pantes buat dicintai. Sekarang, aku lebih beruntung karena punya suami yang jauh lebih baik dari dia.”

 

“Kamu ...!?” Mega menunjuk wajah Yuna kesal. “Berani-beraninya menghina anakku!” sentaknya.

 

“Ma ... sudahlah. Nggak perlu meladeni dia!” pinta Lian.

 

Bellina tersenyum sinis menatap Ayuna. Ia masih belum puas melihat mama mertuanya berdebat dengan Yuna.

 

Mega masih ingin memaki Yuna, namun tatapan dingin Yeriko membuatnya membeku dan ketakutan. Ia tidak pernah mendapati tatapan anak muda yang sekejam itu. Walau Yeriko masih sangat muda, tapi harta kekayaan yang ia miliki lebih dari sepuluh kali lipat dari harta kekayaan keluarga Wijaya.

 

Melan yang melihat perdebatan antara Yuna dan Bellina, akhirnya ikut menghampiri Yuna dan membela puterinya.

 

“Yun, kamu jangan bikin masalah di sini!” pinta Melan.

 

Yuna memutar bola matanya. “Dateng lagi nenek sihir satu ini,” celetuknya dalam hati.

 

“Tante, Bellina yang selalu mulai duluan!” sahut Yuna sambil menunjuk Bellina.

 

“Sudahlah. Ini hari pertunangan kamu. Jangan bikin suasana memburuk!” pinta Melan sambil mengajak Bellina pergi meninggalkan Yuna.

 

Mega dan Lian juga ikut melangkah pergi meninggalkan Yuna dan Yeriko.

 

Yeriko tersenyum menatap semua tamu undangan yang memerhatikan dirinya.

 

“Mungkin, di antara kalian semua banyak yang penasaran dan bertanya-tanya tentang wanita yang ada di samping saya,” tutur Yeriko mengalihkan perhatian semua orang.

 

Yuna tersenyum sambil menoleh ke arah Yeriko yang berdiri di sampingnya.

 

Yeriko menatap Yuna dan merangkul pinggang Yuna yang seksi. “Perkenalkan, gadis cantik yang ada di samping saya adalah gadis yang sudah saya nikahi sebulan lalu. Dia adalah menantu kesayangan keluarga Hadikusuma.”

 

Semua tamu berseru riang ke arah Yuna dan Yeriko. Mereka memberi selamat dan bertepuk tangan mendengar kabar gembira dari sepasang suami istri yang baru saja menjadi pengantin baru itu.

 

Abdi Wijaya dan Mega Sari ikut terkejut mendengar pengumuman yang keluar dari mulut Yeriko. Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Yeriko akan memperkenalkan identitas Yuna pada semua orang yang hadir di acara pertunangan putera kesayangannya itu.

 

“Sialan!” maki Bellina sambil menghentakkan kakinya. Ia merasa, Yuna dan Yeriko sudah merebut perhatian semua orang di acara pertunangannya. “Ini acaraku atau acara mereka sih!?” celetuk Bellina kesal.

 

Lian memeluk pinggang Bellina untuk menenangkan calon istrinya tersebut. “Sudahlah. Mereka bukan orang yang mudah untuk dihadapi. Jangan sampai terpancing emosi karena hampir semua orang yang ada di sini sangat menghormati keluarga Hadikusuma.”

 

Bellina menarik napas dalam-dalam. “Keluarga mereka itu sekaya apa sih?” gumam Bellina kesal.

 

“Kamu bisa lihat dari kalung yang dipakai Yuna. Kalung itu harganya milyaran rupiah dan nggak ada apa-apanya buat mereka,” bisik Lian.

 

Bellina terdiam mendengar ucapan Lian. Ia tidak menyangka kalau dirinya akan dikalahkan dengan mudah oleh Yuna. Kini, Yuna berada jauh di depannya dan telah menjadi bagian dari orang yang paling dihormati di kota ini.

 

“Semuanya, kembali fokus ke acara pertunangan Wilian dan Bellina!” pinta Yeriko sambil menunduk sopan. Ia mengajak Yuna untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan.

 

Yuna dan Yeriko mencicipi anggur merah yang disediakan di atas meja. Yuna tidak terbiasa dengan pesta dan keramaian yang begitu mewah.

 

“Aku ke toilet dulu ya!” pamit Yuna setelah mencicipi beberapa kue yang terhidang di atas meja.

 

“Mau aku temenin?” tanya Yeriko.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Aku bisa sendiri,” tuturnya sambil menahan senyum.

 

“Oke. Jangan lama-lama!” pinta Yeriko.

 

“Emang kenapa kalau lama?”

 

“Aku takut kamu diambil orang,” jawab Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.

 

Yuna tersipu. “Kamu ... bisa aja,” celetuknya sambil berlalu pergi menuju toilet.

 

Yeriko tersenyum menatap tubuh Yuna yang berjalan menjauh. Ia tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari wanita yang telah mengisi hari-harinya itu. “Yun, ada banyak orang yang tidak menyukai hubungan kita. Tapi aku yakin, kita pasti bisa melewatinya dan membuat orang-orang yang menindas kamu berubah menjadi menghargai keberadaan kamu,” tuturnya dalam hati.

 

Beberapa wanita yang ada di ruangan itu menatap Yeriko yang berdiri seorang diri. Mereka merasa, dirinya tidak kurang dari Ayuna. Mereka tersenyum manis ke arah Yeriko dan langsung melangkah mendekati pria tampan dan kaya raya itu.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas