Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 69: Pesona Mr. & Mrs. Ye

 


Di ruang ganti Sangri-La Hotel, Bellina juga memakai gaun serba biru yang cantik dan menimbulkan decak kagum dari Melan.

 

“Anak Mama cantik banget!” Melan tak henti-hentinya memuji puterinya sendiri.

 

Bellina tersenyum menatap mamanya. “Beneran, Ma?”

 

Melan menganggukkan kepala. “Sebentar lagi, kamu bakal jadi istrinya Lian dan bakal nguasain semua harta kekayaan dia,” bisik Melan di telinga Bellina. “Jangan buat Mama kecewa!”

 

Bellina mengangguk sambil tersenyum. “Kira-kira, Ayuna bakal datang nggak ya?”

 

“Kamu udah undang dia?”

 

Bellina menganggukkan kepala. “Tapi ...  dia buang undanganku waktu aku kasih ke dia di kantor.”

 

“Dia pasti datang,” tutur Melan. “Kalau dia nggak datang, artinya dia tidak menghormati keluarga besar Linandar.”

 

“Hmm ... iya juga sih.” Bellina terduduk lesu di tepi ranjang.

 

“Kenapa?” tanya Melan.

 

“Aku khawatir kalau dia bakal mengacau acara pertunangan kami dan bikin masalah. Aku perhatikan, sepertinya Lian masih punya rasa sama Yuna,” tutur Bellina.

 

“Kamu yakin?” tanya Melan mulai khawatir.

 

Bellina mengangguk lesu.

 

“Bukannya dia sudah menikah sama pria lain?”

 

“Iya, Ma. Tapi ... Lian itu masih aja peduli sama Yuna walau Yuna udah jadi istri orang lain.”

 

“Hmm ... kalau gitu, kita harus mikirkan cara gimana mempermalukan Yuna di depan semua orang.”

 

“Mama punya ide?” tanya Bellina.

 

“Belum,” jawab Melan sambil terus berpikir.

 

“Ck, Mama jangan kelamaan mikirnya! Yuna sekarang nggak mudah buat dihadapi. Apalagi sekarang dia udah jadi Direktur sekaligus CEO di GG.”.

 

“Emangnya dia siapa? Lian juga CEO kan?”

 

“Iya, tapi bedalah, Ma.”

 

“Apa bedanya?”

 

Bellina menghela napas.  “Beda dong, Ma. Kekayaan Yeriko jelas nggak bisa dibandingkan sama Lian.”

 

“Hmm ... Mama punya ide!” seru Melan. Ia berbisik ke telinga Bellina.

 

Bellina langsung tersenyum licik begitu mendengar rencana dari mamanya. Ia sangat setuju dan akan melakukan banyak cara agar bisa mempermalukan Yuna.

 

“Terus, masalah Lian gimana?” tanya Melan.

 

“Gimana apanya?”

 

“Mama tahu kalau kamu pura-pura hamil.”

 

Bellina terdiam.

 

“Kamu tahu gimana akibatnya kalau Lian tahu, kamu nggak beneran hamil anak dia?”

 

Bellina mengangguk dan tertunduk lesu.

 

“Kamu harus cari cara dan bikin kamu hamil beneran!” tegas Melan.

 

“Iya, Ma.”

 

Melan tersenyun menatap Bellina. Ia merasa sangat senang karena memiliki seorang puteri yang cantik dan penurut.

 

Di kamar sebelah, Mega tidak berhenti tersenyum. Ia merasa sangat bahagia karena akhirnya putera kesayangannya tidak bersama dengan Ayuna. Ia sangat membenci Ayuna yang jatuh miskin dan menyusahkan.

 

“Mama senang karena akhirnya kamu dan Bellina bisa bersatu,” tutur Mega sambil memegang pundak Lian. “Hari ini, kamu sangat tampan. Mama harap, kamu bisa segera melupakan Ayuna!”

 

Lian tersenyum kecut mendengar pernyataan dari mamanya. Bagaimana bisa ia melupakan Ayuna begitu saja. Ia telah melukai Ayuna begitu dalam. Setelah berpisah dengan Ayuna, ia tidak merasa lebih baik. Ia merasa hatinya sangat kosong. Bahkan, kehadiran Bellina di sisinya justru membuatnya semakin muak.

 

Lian berdiri di dekat jendela kamar hotel sembari menatap ke luar. Ia terus memerhatikan mobil-mobil mewah yang masuk ke dalam parkiran hotel. Pikirannya kosong. Seperti ada seseorang yang ia tunggu, tapi entah siapa.

 

“Li, acaranya sudah mau mulai. Ayo, turun!” pinta Mega.

 

Lian tersenyum kecil dan menganggukkan kepala.

 

Semua orang sudah berkumpul di aula pesta. Bellina dan Lian muncul sambil bergandengan tangan. Gaun yang dikenakan Bellina sangat cantik dan seksi hingga menimbulkan decak kagum semua orang yang hadir di ruangan tersebut.

 

Suara MC menggelegar di seluruh ruangan dan membuat suasana semakin riuh menyambut kehadiran sepasang kekasih yang sedang meresmikan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi.

 

Lian dan Bellina naik ke atas panggung untuk menyapa semua undangan.

 

“Terima kasih untuk rekan-rekan yang telah berkenan hadir malam ini dalam acara pertunangan saya dengan Bellina Widya Linandar, puteri dari Bapak Tarudi Linandar. Mohon doa dan restunya agar kami menjadi pasangan yang saling menyayangi dan mencintai sampai maut memisahkan,” ucap Lian sambil tersenyum.

 

Bellina tersenyum bahagia. Mereka saling bertukar memakaikan cincin tunangan. Semua orang bertepuk tangan dan ikut berbahagia.

 

Lian mengedarkan pandangannya. Mencari seseorang yang ia sangat harapkan bisa hadir malam ini, sosok gadis yang ia rindukan keberadaannya. Ia menarik napas dalam-dalam, melirik Bellina yang berdiri di sebelahnya dan mengajaknya turun dari panggung, berbaur dengan para undangan yang sudah mulai mencicipi hidangan yang disediakan.

 

Bellina merasa dirinya sangat hebat karena banyak pria yang mengagumi penampilannya malam ini.

 

“Bel, kamu cantik banget!” puji Lili dan Sofi yang juga hadir dalam perjamuan tersebut.

 

“Makasih!” sahut Bellina sambil tersenyum lebar. Ia merasa sangat percaya diri berdiri di samping Lian.

 

Tiba-tiba, terdengar suara riuh dari luar. Di pintu masuk, kedatangan Yeriko dan Yuna berhasil membuat semua orang berseru dan berdecak kagum. Mereka semua terpesona dengan kecantikan Yuna dan ketampanan Yeriko hingga membuat semua orang tidak berkedip.

 

Yuna terus tersenyum menghadapi banyak pasang mata yang menatapnya. Sementara Yeriko tetap terlihat cool dan elegan sembari menggandeng tangan Yuna.

 

“Cantik banget!” bisik seorang tamu yang ada di ruangan tersebut.

 

“Iya, pasangannya juga ganteng banget. Bener-bener pasangan yang sempurna,” sahut lainnya.

 

“Mereka siapa?”

 

“Itu Pak Ye, kan? Yeriko Sanjaya, pemilik Galaxy Group?”

 

“Oh ya? Oh ... My God! Asli ini mah ganteng banget. Itu pacarnya ya?”

 

“Sepertinya begitu.”

 

“Eh, tapi denger-denger dia udah nikah. Mungkin itu istrinya.”

 

“Emang kapan nikahnya? Kok, nggak ada beritanya ya?”

 

“Pak Yeri itu kan orang kaya. Mungkin mereka nikahnya di luar negeri.”

 

“Hmm ... bisa jadi.”

 

“Huft ...! Semoga itu bukan istrinya beneran!”

 

“Emang kenapa?”

 

“Bisa jadi hari patah hati sedunia kalau tahu CEO GG itu udah nikah.”

 

“Hahaha.”

 

Semua wanita yang ada di dalam ruangan itu mengagumi kehadiran Yeriko. Tak ada yang mengenal Yeriko, Direktur muda yang dingin dan kejam, tapi sangat tampan dan berhasil membuat banyak wanita tergila-gila setiap kali melihatnya.

 

“Eh, itu bukannya Ayuna? Pacar Lian?” tanya salah seorang pria yang sedang berkumpul sembari menatap Ayuna. Mereka semua adalah teman sekolah Lian dan sebagian masih mengingat Ayuna, kekasih Lian sejak tujuh tahun silam.

 

“Iya. Gimana dia bisa bareng Pak Yeriko?”

 

“Denger-denger sih dia udah nikah sama pemilik GG itu.”

 

“Oh ya? Ayuna memang wanita yang hebat. Bukan cuma cantik dan baik hati, dia juga sangat mempesona. Kalau bukan pacarnya Lian, mungkin udah aku pacarin.”

 

“Huu ... dasar Lu!”

 

“Dia pacaran sama Lian waktu masih SMA itu kan? Emang ya, jodoh nggak bisa dipaksakan. Siapa sangka, Lian malah mau nikah sama sepupunya Ayuna.”

 

“Eh, menurut kalian, masih cantik siapa kalau Bellina sama Ayuna?”

 

“Ya, Ayuna lah!” jawab yang lain serentak.

 

“Iya. Ayuna itu cantik, ramah, walau kadang kayak preman, tapi dia baik hati dan suka nolong teman.”

 

Semua pria yang ada di ruangan itu juga membicarakan Ayuna.

 

Bellina sangat kesal melihat perhatian semua orang beralih pada Yuna dan Yeriko. “Ini hari pertunanganku sama Lian, kenapa semua orang lebih memerhatikan mereka?” batinnya kesal.

 

Lian termasuk salah satu orang yang terpancing dengan kehadiran Ayuna. Ia terus menatap Ayuna tak berkedip. “Yun, kamu cantik banget malam ini,” pujinya dalam hati. Ia sangat terpukul dan tertekan karena telah melukai Yuna dan membiarkannya menjadi milik orang lain.

 

Bellina yang menyadari tatapan Lian terus tertuju pada Yuna menjadi semakin kesal. Hatinya terbakar cemburu, ia menatap Yuna penuh amarah karena sepupunya itu selalu lebih unggul darinya. Bahkan, saat ia sudah menyingkirkan Yuna dari kehidupan Lian, Yuna masih saja tinggal di dalam hati Lian.

 

Yuna dan Yeriko terus melangkah menghampiri Bellina dan Lian untuk mengucapkan selamat.

 

“Selamat ya!” tutur Yuna sambil tersenyum manis ke arah Bellina. Ia menyodorkan hadiah pertunangan kepada Bellina.

 

“Ya, makasih!” Bellina tersenyum manis ke arah Yuna sambil meraih hadiah yang disodorkan oleh Yuna. Walau bibirnya tersenyum manis, matanya menyiratkan kebencian yang begitu dalam pada Yuna.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

Perfect Hero Bab 68: Penata Rias Terbaik

 


Yuna terkejut saat pulang kerja dan mendapati banyak orang di dalam kamarnya.

 

“Yer, mereka ini siapa lagi?” seru Yuna mengejutkan Yeriko yang berdiri di sampingnya.

 

Yeriko mengedikkan bahunya. “Kalian siapa?” tanya Yeriko dengan tatapan dingin.

 

“Selamat sore, Mas Yeri!” sapa salah seorang pria baru saja keluar dari kamar mandi.

 

“Irvan!?” Yeriko mengernyitkan dahi menatap pria bertubuh tinggi dengan pakaian yang sangat nyentrik.

 

“Masih ingat sama saya?”

 

“Ingatlah. Desainer dan penata rias terkenal di Indonesia, masa saya nggak kenal?” sahut Yeriko. “Kamu kok bisa di sini?” tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

 

“Saya diminta sama Bu Rullyta ke sini. Katanya, disuruh merias menantunya yang mau pergi ke pesta pertunangan.”

 

Yuna langsung menaikkan sebelah alisnya begitu mendengar ucapan dari Irvan. “Mama mertua tahu dari mana kalau kita mau pergi ke acara pesta pertunangan?” bisiknya di telinga Yeriko.

 

Yeriko mengedikkan bahunya.

 

Yuna menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

 

“Kalian semua keluar dulu!” perintah Yeriko. “Kami mau mandi dulu,” lanjut Yeriko.

 

“Kami harus melayani kalian saat mandi,” sahut Irvan.

 

“Hah!? Apa-apaan?”

 

“Maksudnya, kamu akan mendapat fasilitas spa dan massage sebelum kami merias.” Irvan menepuk tangannya memberi isyarat pada pegawainya.

 

Empat orang pegawai Irvan langsung menyeret Yuna masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan perawatan tubuh.

 

“Eh, apa-apaan ini?” seru Yuna. Tapi ia tetap tak berdaya untuk memberontak. Pelayanan dari pegawai Irvan juga sangat memuaskan bahkan membuatnya tertidur lelap.

 

Yeriko jauh lebih santai, ia memilih untuk menunggu Yuna di ruang kerjanya sambil merokok.

 

Satu jam kemudian, Yuna terbangun dari tidurnya. Ia menatap pegawai Irvan yang masih berada di sisinya. “Kalian masih di sini?” tanya Yuna dengan suara berat.

 

Salah satu pegawai sedang menyiapkan air di dalam bathtub dan dipenuhi dengan kelopak bunga mawar yang sangat wangi.

 

“Mmh ...!” Yuna mengendus aroma mawar yang menyeruak ke seluruh ruang kamar mandi. “Wanginya enak banget.”

 

“Silakan berendam, Nyonya Muda!” tutur salah seorang gadis muda dengan senyum yang sangat ramah.

 

Yuna tersenyum, ia langsung bangkit dan masuk ke dalam bathtub untuk berendam.

 

Setelah berendam cukup lama, akhirnya pegawai Irvan membawa Yuna untuk berias. Mereka membantu Yuna memakai gaun yang telah dipesan oleh Rullyta. Usai memakai gaun, mereka memanggil Irvan untuk merias Yuna.

 

Irvan mengamati wajah Yuna sambil tersenyum.

 

“Kenapa?” tanya Yuna heran.

 

“Nggak papa. Aku suka aja sama kulit kamu. Putih, mulus dan sehat banget,” jawab Irvan. Ia meminta pegawainya untuk mempersiapkan peralatan rias.

 

Yuna tersenyum menatap Irvan. “Aku cantik nggak?” tanyanya sambil memainkan mata.

 

Irvan tertawa kecil. “Cantik, dong! Kalau nggak cantik, nggak mungkin Yeriko mau nikahin kamu. Nanti, kalau sudah selesai dandan, dia bakalan lebih terpesona sama kamu.”

 

“Beneran!?” tanya Yuna dengan mata berbinar.

 

Irvan menganggukkan kepala dan mulai merias wajah Yuna. “Kamu belum pernah dandan sebelumnya?” tanya Irvan sembari memakaikan bulu mata.

 

“Pernah. Dandan sendiri, cuma pakai bedak sama lipstik doang,” jawab Yuna.

 

“Jadi, baru kali ini dirias sama make-up artist profesional?” tanya Irvan.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia sudah tidak sabar ingin melihat dirinya sendiri usai dirias oleh Irvan.

 

“Waktu nikah, emang nggak dirias?” tanya Irvan lagi.

 

“Nggak. Dia buru-buru ngajak aku nikah. Mana sempat dirias segala. Pakai bedak aja nggak sempat lagi.”

 

“Oh ya? Kok, bisa?”

 

“Bisa. Dia nggak ngomong kalau mau nikahin aku. Tiba-tiba udah ada penghulu sama saksi yang dia undang. Yah, langsung nikah aja,” jawab Yuna santai.

 

Irvan tertawa kecil. “Aku nggak nyangka kalau Yeriko sesederhana itu. Tapi, itu romantis banget loh. Daripada pacaran bertahun-tahun tapi nggak ngajak-ngajak nikah.”

 

“Hmm ... bener juga, sih.” Yuna manggut-manggut pelan. Ia baru menyadari beberapa hal yang tidak pernah diberikan Yeriko. Yeriko telah mengumumkan pernikahan mereka, tapi belum juga menghadiahkan cincin pernikahan. Yeriko juga belum melamarnya secara resmi. Bahkan, mereka tidak memiliki pesta pernikahan layaknya para pengantin yang lain.

 

“Sudah selesai,” tutur Irvan sambil bangkit.

 

Yuna juga ikut bangkit dan menatap seluruh tubuhnya di depan cermin.

 

“Gimana? Cantik kan?” tanya Irvan sambil menatap Yuna dari ujung rambut hingga ujung kaki.

 

“Ini ... beneran aku?” tanya Yuna sambil menepuk-nepuk pipinya.

 

Irvan menganggukkan kepala.

 

“Aku masih nggak percaya. Tisu!” pinta Yuna.

 

Pegawai Yuna langsung memberikan tisu pada Yuna.

 

“Eh, mau ngapain? Aku udah capek-capek make-up masa mau dihapus?” tanya Irvan.

 

Yuna tak menghiraukan ucapan Irvan. Ia mendekatkan wajahnya ke cermin. Menghembuskan napasnya ke depan cermin tersebut dan langsung mengelap cermin menggunakan tisu. “Ini beneran aku?” tanya Yuna sambil mengerutkan dahinya.

 

Irvan menghela napas lega dan tersenyum ke arah Yuna. Ia pikir, Yuna akan membuang make-upnya karena tidak menyukai hasilnya. Kalau sampai hal itu terjadi, Nyonya Besar keluarga Hadikusuma akan membuat karirnya hancur dalam sekejap.

 

“Cantik banget!” seru Yuna sambil melompat kegirangan dan memutar-mutar tubuhnya. Gaun biru mewah dengan hiasan kristal swarovski membuat Yuna terlihat sangat menarik, seksi dan dewasa.

 

“Sepatunya mana?” tanya Irvan pada pegawainya.

 

Pegawai Irvan langsung mengambilkan sepatu dan memasangkannya di kaki Yuna.

 

Yuna terlihat sangat cantik dan sempurna.

 

Di saat semua orang terpesona dengan kecantikan Yuna, Yeriko tiba-tiba masuk. Ia sudah mengenakan setelan jas berwarna biru navy yang membuatnya terlihat sangat tampan.

 

Yuna tertegun menikmati ketampanan Yeriko. Ia baru menyadari kalau Yeriko bukan hanya tampan, tapi sangat tampan.

 

Yeriko tersenyum sambil melangkah menghampiri Yuna. Ia tidak berkedip melihat istrinya yang berubah sangat cantik.

 

“Gimana? Cantik nggak?” tanya Yuna sambil tersenyum manis ke arah Yeriko.

 

“Cantik banget!” puji Yeriko. “Aku punya hadiah buat kamu.” Yeriko langsung mengeluarkan kotak perhiasan berwarna biru dari saku jasnya. Ia membuka kotak tersebut dan mengambil sebuah kalung berlian berharga milyaran rupiah.

 

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung melongo dan merasa sangat iri dengan hadiah yang diberikan oleh Yeriko. Yeriko benar-benar suami yang romantis. Ia juga tidak pernah memperhitungkan hadiah-hadiah mahal yang ia berikan untuk Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil menyentuh kalung yang sudah melingkar di lehernya. “Aku juga punya sesuatu buat kamu.” Yuna membuka laci meja riasnya. Ia mengambil jam tangan Rolls Royce edisi terbatas dan memakaikannya ke tangan Yeriko.

 

Yeriko tersenyum. “Makasih!” ucapnya sambil mengecup kening Yuna.

 

“Duh, romantis banget!” seru Irvan sambil tersenyum senang.

 

Yeriko balas tersenyum menatap Irvan. “Makasih untuk hari ini!”

 

Irvan menganggukkan kepala. “Eh, Mas Yeri belum bikin pesta pernikahan kan?” tanyanya kemudian.

 

“Iya. Kenapa?”

 

“Kalau bikin pesta nanti, panggil Irvan lagi buat ngerias Nyonya Muda ya!”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Beres!” sahutnya. Ia menoleh ke arah Yuna. “Kita berangkat sekarang?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Tas kamu mana?”

 

“Oh iya. Lupa!” Yuna menepuk dahinya sendiri. Ia membuka lemari dan menatap deretan tas yang ada di dalam lemari tersebut. Yuna terus menimbang-nimbang, ia tidak tahu tas mana yang cocok untuk ia pakai.

 

“Kak Irvan, bantu aku pilih tas dong!”

 

Irvan langsung bangkit dan berdiri di samping Yuna. “Ini kayaknya lebih cocok,” tuturnya sambil menunjuk tas tangan berwarna silver dengan hiasan permata biru safir.

 

Yuna tersenyum dan langsung mengambil tas tersebut.

 

“Ckckck, semuanya tas mahal. Ini semua, suami kamu yang belikan?” bisik Irvan.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Bukan. Ini mertua aku yang sering kasih hadiah dan siapin buat aku.”

 

“Bu Rulyta?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Betapa beruntungnya kamu karena bisa menjadi menantu Bu Rullyta. Dia bukan cuma cantik dan kaya, tapi juga baik hati dan penyayang.”

 

Yuna tersenyum sambil mengangguk. Ia langsung menghampiri Yeriko yang sudah menunggunya.

 

Yeriko langsung memeluk pinggang Yuna dan membawanya turun dari kamar. Mereka bergegas pergi ke Shangri-La untuk menghadiri perjamuan pesta pertunangan Bellina dan Wilian.

 

Yuna menarik napas dalam berkali-kali sambil menggenggam telapak tangan Yeriko. Ia sangat gugup. Bukan karena acara pertunangan mantan kekasihnya, tapi karena takut tidak terlihat serasi berada di samping Yeriko.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas