Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, February 5, 2025

Perfect Hero Bab 63 : Pertengkaran Kecil | a Romance Novel by Vella Nine

 


Lutfi menyeret Yeriko pergi ke bar. Kebetulan, pikiran Yeriko sedang kacau dan ia tidak menolak ajakan Lutfi. Mereka menghabiskan waktu di bar sambil bercerita banyak hal tentang bisnis dan juga wanita di sekeliling mereka.

 

“Eh, kamu sudah punya istri. Ini sudah jam tiga pagi. Apa kamu nggak khawatir ninggalin istrimu?” tanya Lutfi.

 

Yeriko menggelengkan kepala sambil menenggak anggur yang ada di tangannya.

 

“Kenapa? Lagi berantem?” tanya Lutfi sambil tertawa kecil.

 

“Lagi kesel aja sama dia.”

 

“Kesel kenapa?”

 

“Tadi siang, dia pergi makan sama cowok lain.”

 

“Hahaha.” Lutfi malah tertawa lebar mendengar pernyataan Yeriko.

 

“Kenapa malah ketawa?”

 

“Kakak Ipar itu cantik dan menyenangkan, wajar aja kalau ada cowok yang ngajak dia makan siang. Kalau lihat dia makan, kayaknya semua makanan jadi enak banget. Aku juga mau makan bareng dia.”

 

Yeriko langsung mengetuk kepala Lutfi. “Kamu bener-bener nggak menghargai aku ya!?” dengusnya geram.

 

“Hehehe. Kalau cuma nemenin makan siang, aku rasa nggak ada masalah. Cemburumu terlalu gede!” seru Lutfi.

 

“Cemburu?” Yeriko bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa benar ia sedang cemburu? Apakah Yuna juga merasa cemburu saat ia makan bersama Cantika?

 

“Eh, Lut ... tadi siang aku juga makan bareng Cantika. Yuna nyamperin aku sambil minta maaf. Tapi, aku cuekin dan ngajak ngobrol Cantika tanpa melihat dia. Apa dia juga bakal cemburu?”

 

Lutfi menatap Yeriko sambil tertawa.

 

“Kenapa malah ketawa?”

 

“Kalau dia marah, jelas dia cemburu. Apalagi, Cantika itu cantik dan seksi. Bukan cuma cemburu, dia pasti sudah salah paham. Apalagi sampai sekarang kamu belum pulang ke rumah. Pasti dia mikir kalau kamu lagi main sama Cantika.”

 

“Apa pemikiran cewek serumit itu?”

 

“Bisa jadi. Bukannya kamu pernah cerita kalau Yuna sebelumnya pernah diselingkuhi sama pacarnya? Dia pasti akan lebih sensitif saat lihat kamu jalan sama cewek lain.”

 

“Tapi ... Cantika cuma klien aku. Dia juga sudah punya tunangan.”

 

“Semua wanita sama, sudah menikah atau belum itu sama aja. Asal suka sama suka, hubungan terlarang bisa aja terjadi,” ucap Lutfi yang sudah setengah sadar karena berada di bawah pengaruh alkohol.

 

Yeriko langsung bangkit dari tempat duduk. Ia meraih jasnya dan bergegas pergi.

 

“Heh!? Mau ke mana?” tanya Lutfi.

 

“Pulang,” jawab Yeriko. Ia bergegas keluar dari bar dan melajukan mobilnya pulang ke rumah.

 

“Mas Yeri, kok baru pulang?” tanya Bibi War saat melihat Yeriko masuk ke dalam rumah.

 

“Bibi belum tidur?”

 

“Belum. Bibi nggak bisa tidur karena Mbak Yuna ...”

 

“Yuna kenapa?”

 

“Dia kelihatan sedih banget sejak pulang kerja. Dia masih nunggu Mas Yeri pulang. Bibi nggak tega lihat dia kayak gitu. Kenapa Mas Yeri pulang sampai pagi kayak gini?”

 

“Lutfi ngajak aku ke bar.” Yeriko melangkah perlahan menaiki anak tangga. Ia tertegun saat melihat Yuna terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Ia melangkah perlahan menghampiri Yuna.

 

Yuna menatap sepasang kaki yang tiba-tiba sudah ada di depannya. Ia langsung mengangkat kepala dan menatap Yeriko yang berdiri di hadapannya. “Sudah pulang?” tanyanya lirih.

 

“Belum tidur?” Yeriko balik bertanya. Ia merasa tertekan melihat wajah Yuna yang pucat pasi dan terduduk di lantai. Yeriko berjongkok di depan Yuna sambil merapikan rambut Yuna yang berantakan.

 

“Kamu dari mana?” tanya Yuna dengan mata berkaca-kaca.

 

“Dari bar.”

 

“Sama cewek yang tadi siang?”

 

Yeriko menghela napas. Yuna benar-benar telah berpikir sangat jauh, sama seperti yang diucapkan oleh Lutfi. Ia menggeleng perlahan.

 

“Kenapa nggak jemput aku pulang kerja?”

 

“Aku banyak kerjaan.”

 

“Bohong! Kamu masih jalan sama klien kamu yang cantik itu kan?”

 

“Nggak, Yun!”

 

“Riyan yang bilang sama aku kalau kamu masih jalan sama klien itu. Sebenarnya, dia itu klien kamu atau selingkuhan kamu?”

 

“Yun, jangan berpikir terlalu jauh!” pinta Yeriko. “Dia cuma klien aku.”

 

“Aku nggak percaya.”

 

“Bukannya kamu juga jalan sama cowok lain?”

 

“Andre temen aku dari kecil. Aku juga makan sama dia baru sekali ini setelah nggak ketemu bertahun-tahun. Apa aku nggak boleh cuma pergi makan siang doang?”

 

“Makan siang atau makan malam sama aja! Tetep aja kamu pergi sama cowok lain!” sentak Yeriko.

 

“Apa bedanya sama kamu, hah!? Kamu pakai alasan kerja buat deketin cewek-cewek cantik.”

 

“Kamu jangan nuduh sembarangan kayak gini, Yun! Aku nggak mungkin selingkuh. Aku cuma sayang sama kamu.” Yeriko langsung memeluk tubuh Yuna.

 

Yuna melepaskan pelukan Yeriko perlahan. “Aku pusing, mau tidur,” tutur Yuna sambil bangkit dan naik ke atas ranjang. Kepalanya tiba-tiba berdenyut kuat. Ia menarik selimut menutupi tubuhnya dan bersin beberapa kali.

 

Yeriko menarik napas. Ia melepas jas dan dasinya,  membuka kancing kemeja kemeja. Ia berbalik dan keluar dari kamar. Ia masuk ke ruang kerja dan duduk di sofa.

 

Yeriko mengambil sebatang rokok, menyalakan dan menghisapnya perlahan. “Huft ...!” Ia menghembuskan napas sambil mengeluarkan asap dari mulutnya dan bersandar di sofa.  Belum lama  menikah, mereka harus bertengkar hebat hanya karena sama-sama salah paham.

 

Ia merasa sangat kesal karena Yuna menuduhnya berselingkuh dengan wanita lain. Yeriko langsung menelepon Chandra untuk meminta saran tentang hubungannya.

 

“Kenapa, Yer?” tanya Chandra tanpa basa-basi saat panggilan telepon Yeriko tersambung. “Tumben telepon pagi-pagi banget?”

 

“Sudah bangun?”

 

“Sudah. Kenapa, Yer?”

 

“Apa kamu pernah berantem sama Amara?”

 

“Sering.”

 

“Masalahnya apa?”

 

“Apa yang bikin perempuan paling marah?”

 

“Lihat kita jalan sama cewek lain.”

 

“Maksudnya, selingkuh?”

 

“Yah, nggak juga sih. Tapi, biasanya dia suka marah-marah kalau lihat aku jalan sama cewek lain. Bahkan, dia pernah maki-maki Yuna sama Jheni waktu aku ajak mereka makan siang bareng. Cewek, kalo udah cemburu, semuanya jadi salah, Yer.”

 

“Gitu ya?”

 

“Iya. Ada apa sih? Lagi berantem sama Yuna?”

 

“Dia cemburu sama Cantika. Semalam aku nggak pulang, dia pikir aku masih sama Cantika.”

 

“Kenapa nggak pulang? Parah!”

 

“Lutfi ngajak aku ke bar.”

 

“Terus?”

 

“Yuna nunggu aku pulang sampai jam setengah empat pagi. Waktu aku pulang, dia marah-marah. Aku bener-bener kesel. Kenapa dia bisa berpikiran sejauh itu?”

 

“Namanya juga perempuan, Yer. Wajar kalau dia marah karena suaminya nggak pulang semalaman. Apalagi, dia udah nunggu kamu sampai pagi. Dia begitu, pasti karena sayang banget sama kamu.”

 

Yeriko menghela napas. “Bener juga, sih. Waktu pulang, aku nggak tega lihat mukanya pucat banget. Sebenarnya, aku udah nggak marah sama dia. Tapi, dia malah marah-marah dan bikin aku makin emosi.”

 

“Kamu jangan egois. Kalau urusan cinta, laki-laki harus banyak mengalah. Yuna pasti sangat menderita kalau dia sampai nunggu kamu pulang semalaman.”

 

“Iya.”

 

“Ya sudah. Tunggu apa lagi! Lebih baik kamu bujuk dia secepatnya!”

 

“Oke.” Yeriko langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia bangkit, keluar dari ruang kerja dan masuk ke kamarnya.

 

Yeriko mengedarkan pandangannya. Ia tidak mendapati Yuna berbaring di tempat tidur. Ia mengecek kamar mandi dan tidak ada Yuna di sana.

 

“Yuna ...!” panggilnya lirih. Ia bergegas turun dari kamar dan mencari Yuna di meja makan dan ruang tamu. Ia mulai khawatir dengan keberadaan Yuna. “Pergi ke mana sih?” gumamnya sambil melangkah ke dapur.

 

“YUNA!” teriak Yeriko saat melihat tubuh Yuna tergeletak di lantai dapur. Ia langsung mengangkat kepala Yuna. “Yun ...!” panggilnya lirih sambil menepuk pipi Yuna perlahan. “Bangun!” pintanya.

 

Yuna bergeming. Tubuhnya lemas dan suhu badannya sangat tinggi.

 

“Bibi ...!” teriak Yeriko sambil mengangkat tubuh Yuna.

 

Hari masih gelap, Bibi War baru saja terbangun karena tidak bisa tidur semalaman. Ia terkejut mendengar teriakan Yeriko dan bergegas keluar dari kamarnya.

 

“Ada apa, Mas?” tanya Bibi War saat melihat Yeriko menggendong Yuna.

 

“Dia pingsan di dapur. Bibi, tolong panggilkan dokter secepatnya!” pinta Yeriko sambil menggendong Yuna dan membawanya naik ke kamar.

 

“Iya, Mas.” Bibi War langsung menelepon dokter agar bisa memeriksa Yuna secepatnya.

 

Usai menelepon dokter, Bibi War ikut naik ke atas untuk memastikan keadaan Yuna. Ia juga membawa handuk kecil dan air hangat.

 

“Dia nggak mau makan dan nggak tidur semalaman,” tutur Bibi War sambil meletakkan handuk hangat ke dahi Yuna.

 

Yeriko tertunduk lesu. Ia merasa sangat bersalah karena sudah mengabaikan Yuna dan membuat istrinya jatuh sakit. Ia memijat dahinya yang berdenyut dan berusaha menahan rasa perih di matanya sambil menatap  Yuna yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri.

 

“Aku sudah salah,” ucapnya lirih. “Maafin aku!” ucap Yeriko dengan mata berkaca-kaca.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

Perfect Hero Bab 62: Mimpi Buruk

 



Setelah pulang kerja, Yuna menelepon Yeriko tapi tidak diangkat. Ia bergegas keluar dari kantor dan menunggu Yeriko menjemputnya usai pulang bekerja.

 

Yuna langsung tersenyum begitu melihat mobil Lamborghini Biru menghampirinya. Ia langsung berjalan menuju mobil tersebut dan membuka pintu. “Riyan!?” Ia mengernyitkan dahi saat melihat Riyan yang duduk di belakang kemudi.

 

“Hai ... Nyonya Muda!” sapa Riyan sambil tersenyum manis.

 

Yuna menghela napas dan langsung masuk ke dalam mobil. “Yeriko ke mana?”

 

Riyan menggelengkan kepala. “Katanya, masih ada urusan sama klien.”

 

“Klien yang tadi siang di restoran?”

 

Riyan menganggukkan kepala sambil menjalankan mobilnya perlahan.

 

“Apa ketemu klien harus selama itu?”

 

Riyan tidak menjawab. Melihat Yuna yang kesal, ia takut salah bicara dan membuat majikannya salah paham.

 

“Kenapa diam?” tanya Yuna lagi.

 

“Aku nggak tahu.”

 

“Kamu kan asistennya Yeriko. Kenapa nggak tahu?”

 

“Mmh ...” Riyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 

“Kamu nggak usah menutupi kelakuan Yeriko di belakang aku!” sentak Yuna.

 

“Ngg ... ngg ... nggak, Nyonya.”

 

“Cewek cantik yang ketemu sama aku di restoran tadi siang itu siapa? Klien atau Klien!?”

 

“Klien,” jawab Riyan.

 

“Klien beneran atau cuma alasannya dia aja biar bisa jalan sama cewek lain?”

 

Riyan menghela napas. “Bu Cantika, sudah lama menjadi klien kami. Bos Yeri nggak mungkin macem-macem.”

 

Yuna melipat kedua tangannya di dada dan juga melipat wajahnya.

 

Riyan sangat gugup karena menjadi pelampiasan kemarahan istri bosnya. Ia tahu kalau Yuna sedang cemburu dan bisa saja ucapannya semakin membuat rasa cemburu di hati Yuna semakin membesar.

 

Riyan melirik Yuna beberapa kali. Sebelum pergi menjemput Yuna, ia telah menjadi pelampiasan Yeriko karena Yuna pergi makan siang dengan pria lain. Sekarang, ia juga menjadi pelampiasan kemarahan Yuna karena melihat Yeriko pergi makan dengan wanita lain. “Dua orang ini benar-benar sedang cemburu. Nggak nyangka kalau Bos Ye ternyata memang sangat menyayangi istrinya,” tutur Riyan dalam hatinya.

 

Yuna tidak bertanya lagi sampai ia masuk ke rumah. Perasaannya semakin tak karuan. Ia terus melamun dan membuat Bibi War menyadari kalau Yuna sedang ada dalam masalah. Terlebih, ia pulang seorang diri dan hanya diantar oleh Riyan.

 

“Ada masalah dengan Mas Yeri?” tanya Bibi War.

 

Yuna mengangguk sedih.

 

“Ada apa? Cerita ke Bibi!”

 

Yuna menatap Bibi War dengan mata berkaca-kaca. “Yeriko lagi jalan sama cewek lain. Cewek itu cantik banget, punya badan yang bagus dan pakaiannya juga kelihatan sangat mahal. Apa Yeriko bakal mencampakkan aku?”

 

Bibi War tersenyum sambil mengelus rambut Yuna. “Mas Yeri nggak akan seperti itu. Ada banyak cewek cantik dan kaya di sekelilingnya. Dia sudah memilih Mbak Yuna dan Bibi yakin kalau dia nggak akan melihat wanita lain lagi.”

 

“Tapi, Bi ...” Yuna tak bisa melanjutkan ucapannya. Air matanya tiba-tiba menetes deras. Ia teringat bagaimana saat Lian mencampakkan dirinya dan berselingkuh dengan Bellina selama tujuh tahun. Ia tidak bisa membayangkan kalau suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Apa yang harus ia lakukan?

 

Bibi War ikut sedih melihat penderitaan Yuna. Ia langsung memeluk kepala Yuna agar bisa membuat gadis itu tenang. Sesekali, ia menoleh ke arah pintu, berharap Yeriko bisa segera pulang dan menenangkan Yuna.

 

“Nanti Bibi bicara dengan Mas Yeri. Sekarang, Mbak Yuna naik dan istirahatlah!” pinta Bibi War sambil melepas pelukannya.

 

Yuna mengangguk sambil mengucap air matanya dan perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

 

Yuna terduduk lemas di atas tempat tidur. Ia terus membayangkan hal buruk tentang hubungannya dengan Yeriko. Mereka baru saja menikah. Saat Yuna merasa Yeriko begitu mencintainya, saat itu juga memiliki rasa takut kehilangan yang begitu besar.

 

Yuna masuk ke kamar mandi dan memilih berendam dengan air panas di dalam bathtub. Ia masih saja melamunkan hubungannya dengan Yeriko. “Kenapa sampai sekarang belum pulang juga?” tanya Yuna sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.

 

Yuna menengadahkan kepalanya ke langit-langit, ia menyandarkan kepala sambil memejamkan mata.

 

Yuna membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya sudah berbaring di sofa ruang kerja Yeriko.

 

“Aah ...!” Yuna mendengar suara desahan wanita dan seorang pria dari balik pintu ruang istirahat yang ada di ruangan Yeriko. Ia bangkit dan melangkah perlahan menuju pintu.

 

Suara desahan semakin terdengar jelas. Yuna semakin penasaran, ia memegang gagang pintu dan membuka pintu itu perlahan. Yuna tertegun saat melihat sepasang pria dan wanita sedang bercinta penuh gairah di atas ranjang.

 

“Yeriko!” panggil Yuna lirih sambil berlinang air mata.

 

Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna yang berdiri di depan pintu. “Ayuna!?” Ia langsung melepaskan wanita yang sedang bercinta bersamanya. Yeriko buru-buru memakai pakaiannya dan mengejar Yuna yang sudah berbalik sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan Yeriko.

 

“Yuna!” panggil Yeriko.

 

Yuna terus menangis sambil mempercepat langkahnya. Ia tidak menyangka kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain yang jauh lebih cantik dan seksi. Ia benar-benar merasa menjadi istri yang tidak berguna.

 

“Yun!” Tangan Yeriko akhirnya bisa meraih lengan Yuna dan menahannya untuk pergi.

 

Yuna menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Yeriko. “Kamu tega ngelakuin ini di belakang aku?” tanya Yuna sambil terisak.

 

Yeriko langsung memeluk tubuh Yuna. “Maafin, aku! Aku sedikit mabuk dan nggak bisa mengendalikan diri. Jangan tinggalin aku, Yun!” pintanya.

 

Yuna memberontak, berusaha melepas pelukan Yeriko dan mendorong Yeriko jauh dari tubuhnya. “Kamu pikir, kata maaf bisa menghapus semua rasa sakit yang aku rasain? Aku bener-bener nggak nyangka kalau kamu tega ngelakuin ini. Aku ini istri kamu! Kamu malah bercinta sama perempuan lain. Apa kamu masih kurang puas sama aku, hah!?”

 

“Bukan gitu, Yun! Aku cuma ...” Yeriko berusaha meraih tubuh Yuna. Tapi Yuna menepis tangan Yeriko dengan kasar.

 

“Mulai sekarang, kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!” sentak Yuna. Ia berbalik dan berlari sekuat tenaga meninggalkan Yeriko.

 

Yuna terus berlari sambil menangis. Ia merasakan kakinya sangat lemas, koridor kantor Yeriko menjadi begitu panjang dan ia tidak tahu harus berlari berapa lama. Air matanya pun bercucuran deras. Semua rasa sakit di tubuhnya membuatnya tak berdaya dan menjatuhkan lututnya ke lantai.

 

Yuna menangis histeris sambil berteriak sekuat tenaga karena rasa sakit yang begitu dalam.

 

“Aargh ...!” teriak Yuna sekuat tenaga sambil memejamkan matanya.

 

Yuna mengerjapkan mata sambil melihat ke sekelilingnya. “Aku ketiduran?” tanyanya sambil melihat tubuhnya yang masih berendam di bathtub. “Untungnya cuma mimpi,” gumamnya sambil melihat jam dinding yang ada di kamar mandi. Tak terasa kalau ia sudah berendam di dalam bathtub selama dua jam.

 

Ia segera keluar dari bathtub dan membersihkan diri, kemudian keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.

 

“Hatciiim ...!” Yuna menggosok hidungnya yang gatal. Sepertinya, ia terlalu lama berendam. Ia keluar dari kamar dan turun ke bawah.

 

“Bi, Yeriko belum pulang?” tanya Yuna.

 

“Belum,” jawab Bibi War.

 

Yuna menghela napas kecewa dan berbalik.

 

“Mbak Yuna mau makan?”

 

Yuna menggelengkan kepala dan melangkah kembali naik ke kamarnya. Ia terduduk lemas di lantai sambil bersandar di tempat tidur.

 

“Kenapa jam segini belum pulang juga. Kamu ke mana?” tanya Yuna dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat takut kalau mimpinya barusan akan menjadi kenyataan. Bagaimana jika saat ini Yeriko benar-benar sedang bersama wanita lain?

 

Yuna terus melamun sambil terduduk di lantai. Ia terus menatap layar ponsel, berharap kalau Yeriko akan segera memberinya kabar.

 

Satu jam berlalu, tetap tidak ada kabar dari suaminya. Akhirnya, ia memilih untuk menelepon Yeriko, namun tak kunjung diangkat. Yuna semakin sedih, ia memeluk kakinya yang dingin dengan tatapan kosong.

 

Bibi War tidak tega melihat keadaan Yuna, ia terus menatap Yuna dari pintu kamar yang terbuka. Ia juga sangat khawatir dengan Yeriko karena sudah tengah malam dan belum juga kembali ke rumah. Hal ini jelas membuat Yuna semakin menderita.

 

Bibi War melangkah perlahan turun dari kamar. “Kalau masih muda, mungkin Bibi tidak terlalu khawatir. Kamu sudah menikah dan istrimu menunggu di rumah. Kenapa belum pulang juga?” tanya Bibi War sambil menatap pintu masuk rumah dari balik jendela. Ia merasa tidak tenang dan tidak bisa memejamkan mata melihat Yuna begitu menderita.

 

 

 

(( Bersambung ... ))


Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 


Perfect Hero Bab 61 : Sama-Sama Cemburu | a Romance Novel by Vella Nine

 


“Yun, are you ok?” tanya Andre hati-hati sambil menatap wajah Yuna.

 

Yuna memasang wajah sedih. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Terlebih di depan Andre, teman masa kecil sekaligus sahabatnya. “Dia pasti salah paham lihat kita makan berdua di sini,” tutur Yuna dengan mata berkaca-kaca.

 

“Jangan sedih! Aku bantu jelasin ke suami kamu. Gimana?” tanya Andre sambil menyentuh punggung tangan Yuna.

 

Yuna langsung menarik tangannya. “Nggak perlu. Aku bisa jelasin sendiri!” tegas Yuna sambil menundukkan kepalanya. Ia menoleh ke meja Yeriko dan langsung kesal melihat wanita cantik yang sedang mengobrol dengan suaminya.

 

“Kamu yakin?” tanya Andre. Ia khawatir akan terjadi hal buruk pada Yuna begitu melihat ekspresi wajah Yeriko yang tidak bersahabat dengan istrinya sendiri.

 

Yuna mengangguk. Ia langsung mengusap matanya yang basah dan bangkit dari tempat duduk. “Ini masalah rumah tangga aku. Biar aku atasi sendiri.” Ia melangkah perlahan menghampiri meja makan Yeriko.

 

Yuna berdiri di samping Yeriko sambil melirik wanita cantik yang sedang makan bersama suaminya itu.

 

Cantika juga ikut menatap Yuna yang tiba-tiba berdiri di dekat mereka. Ia tersenyum manis ke arah Yuna.

 

“Nggak usah senyum-senyum! Seneng banget udah jalan sama suami orang?” dengus Yuna dalam hati.

 

“Gimana dengan penawaran yang kami buat?” tanya Yeriko sambil menatap Cantika.

 

“Eh!?” Ia langsung mengalihkan pandangannya pada Yeriko. “Aku sih oke. Tapi, masih ada beberapa hal yang aku nggak sreg. Apa proposalnya masih bisa diubah?”

 

“Bisa.”

 

Yuna semakin kesal dengan Yeriko yang berpura-pura tidak melihat kehadirannya.

 

“Yeriko!” panggil Yuna.

 

Yeriko hanya menarik napas dalam-dalam. Ia benar-benar tidak ingin menoleh ke arah Yuna.

 

Yuna menelan ludah melihat sikap Yeriko yang dingin. Matanya mulai perih dan berkaca-kaca. “Aku ... nggak sengaja ketemu sama Andre. Kebetulan, aku juga belum makan siang. Dia teman kecilku yang udah nggak ketemu selama bertahun-tahun. Kami nggak ada hubungan lain selain berteman baik. Kamu jangan salah paham kayak gini. Aku bener-bener minta maaf karena ...” Yuna menghentikan ucapannya sambil melirik Cantika.

 

Yeriko sengaja mengabaikan Yuna dan justru mengajak Cantika berbicara soal kehidupan pribadi, bahkan melontarkan pujian kepada Cantika.

 

Yuna mengerutkan hidung, ia menghentakkan kaki dan berbalik pergi meninggalkan Yeriko.

 

“Bener-bener nggak punya perasaan!” celetuk Yuna dengan mata berkaca-kaca. “Aku udah coba buat minta maaf, tapi dia malah kayak gitu.” Yuna mengusap air matanya yang menetes. Ia langsung menghampiri Andre dan meraih tas tangan miliknya.

 

“Ayo, kita pulang!” ajak Yuna.

 

Andre merasa ngilu melihat Yuna yang begitu sedih karena diabaikan oleh suaminya sendiri. Andai saja ia bisa bertemu dengan Yuna sebelum gadis itu menikah, ia pasti akan membuat Yuna menjadi wanita yang paling bahagia dan tidak akan pernah membuatnya menangis.

 

“Aku bayar dulu.”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Andre langsung memanggil pelayan dan menyerahkan sebuah kartu. Ia terus melirik wajah Yuna yang masih diselimuti kesedihan. Ia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Yuna. Apa gadis itu masih akan tersenyum jika ia berikan lolipop seperti yang pernah ia lakukan dua puluh tahun silam.

 

Usai membayar tagihan makannya, Andre dan Yuna melangkah keluar dari restoran.

 

Diam-diam, Yeriko memerhatikan Yuna yang sedang bersama dengan Andre.

 

“Dia pacar Pak Yeri ya?” tanya Cantika.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

Cantika tersenyum senang sambil menatap wajah Yeriko.

 

“Istri,” tutur Yeriko selanjutnya.

 

“Hah!?” Cantika membelalakkan mata saat mendengar pertanyaan Yeriko. “Dia istri Pak Yeri? Apa tadi itu nggak keterlaluan?”

 

“Keterlaluan gimana?”

 

“Aku lihat, dia bener-bener tulus buat minta maaf. Dia istri Pak Yeri, pasti bakal sedih banget lihat Pak Yeri nyuekin dia.”

 

Yeriko tak menyahut. Ia menoleh ke arah pintu restoran. Sosok Yuna dan Andre sudah tak terlihat lagi. Ia menarik napas dalam-dalam. “Semuanya akan baik-baik aja kalau dia nggak jalan sama cowok lain tanpa sepengetahuanku,” ucapnya dalam hati.

 

Selama di perjalanan, Yuna memilih untuk diam dan tidak bersemangat membicarakan apa pun bersama Andre.

 

“Yun, apa kamu yakin dia pria yang tepat buat jadi suami kamu?” tanya Andre. “Sikapnya bener-bener nggak berperasaan!”

 

Yuna tak menyahut. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

Andre melirik ke arah Yuna yang masih melamun saat mereka sudah tiba di depan kantor Yuna. Ia menghela napas dan segera keluar dari mobil. Ia membukakan pintu untuk Yuna.

 

“Kita sudah sampai,” tutur Andre sambil menepuk bahu Yuna.

 

Yuna tersadar dari lamunannya. Ia langsung melepas safety belt dan keluar dari mobil Andre. “Makasih ya, udah diantar sampai sini.”

 

Andre menganggukkan kepala. Ia tersenyum arah Yuna. “Jangan sedih lagi!” pintanya sambil mengacak ujung kepala Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala.

 

Andre tersenyum manis ke arah Yuna yang sudah mulai masuk ke dalam gedung kantornya. Ia merasa sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Yuna. Tapi juga merasa sangat sedih karena melihat Yuna harus bertengkar dengan suaminya sendiri.

 

Saat yang sama, Bellina melihat  Yuna dan Andre turun dari mobil. Ia tersenyum sinis sambil menatap Yuna yang mulai melangkah masuk ke dalam kantor.

 

“Ada hal menarik,” celetuk Bellina lirih. “Gimana kalau Yeriko tahu soal kedekatan Yuna dan Andre?”

 

 “Hai, Yuna!” sapa Bellina saat ia dan Yuna berpapasan di lobi.

 

“Nggak usah sok manis! Kamu mau apa?”

 

Belina tersenyum kecil. “Aku tahu siapa Andre. Gimana kalo suami kmu tahu, kalo istrinya berselingkuh sama cowok lain?”

 

Yuna tersenyum dan bersiap melawan Bellina. “Aku habis makan siang sama Andre dan suamiku di restoran yang sama. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hubungan kami. Lebih baik, kamu urus tunangan kamu yang menyebalkan itu biar nggak selingkuh dari kamu!” sahut Yuna sambil menatap tajam ke arah Bellina.

 

“Maksud kamu?” tanya Bellina kesal.

 

Yuna tertawa kecil. “Orang yang sudah pernah berselingkuh, pasti akan tergoda untuk selingkuh lagi. Kamu harus ingat gimana cara kamu ngerebut Lian dari aku. Begitu juga orang lain akan ngerebut Lian dari kamu,” bisik Yuna di telinga Bellina.

 

Bellina sangat geram mendengar ucapan Yuna. Hatinya terbakar cemburu. Ia tidak akan membiarkan Lian jatuh ke tangan orang lain.

 

Yuna tersenyum kecil dan melangkah pergi meninggalkan Bellina. “Benar-benar menyebalkan!” gumamnya dalam hati. Ia segera melangkah menuju lift untuk naik ke ruang kerjanya.

 

Yuna duduk berpangku tangan sambil memandangi layar komputer. Ia terlihat bekerja seperti biasa. Tapi, pikirannya melayang jauh pada Yeriko yang begitu kejam terhadapnya.

 

“Apa dia beneran marah lihat aku jalan sama Andre? Bukannya kemarin udah aku jelasin siapa Andre dan semuanya sudah baik-baik aja,” gumam Yuna dalam hati. Ia meraih ponselnya dan langsung mengirimkan pesan singkat pada Yeriko.

 

“Beruang ...” tutur Yuna sambil mengetik di ponselnya, kemudian menghapusnya kembali. “Ah, masa aku harus manggil Beruang di saat kayak gini?” tanyanya pada diri sendiri.

 

Yuna menggaruk pipinya yang tidak gatal dan menoleh ke arah Pak Tono yang sedang sibuk bekerja. “Pak Tono!” panggil Yuna.

 

“Hmm ...” Pak Tono menyahut tanpa mengalihkan perhatian dari layar komputernya.

 

“Pak, panggilan sayang dari istri untuk Bapak apa ya?” tanya Yuna.

 

“Nggak ada,” jawab Pak Tono sambil menoleh ke arah Yuna.

 

Yuna menghela napas kecewa. “Gimana bisa nggak punya panggilan sayang?” celetuknya.

 

Pak Tono tersenyum kecil menatap Yuna. “Kenapa?”

 

Yuna menggelengkan kepala tak bersemangat dan tertunduk lesu.

 

“Lagi berantem sama suami?” tanya Pak Tono.

 

Yuna langsung mengangkat kepala dan menoleh ke arah Pak Tono. “Kok, tahu?”

 

Pak Tono tersenyum kecil. “Bapak ini sudah tua. Sudah lebih berpengalaman.”

 

Yuna menatap Pak Tono dengan mata berbinar. Ia langsung menyeret kursinya mendekati Pak Tono. “Gimana caranya biar suami nggak marah lagi?” bisik Yuna.

 

Bagus dan Selma yang ada di ruangan itu ikut penasaran dengan pembicaraan Yuna dan Pak Tono, tapi mereka tidak berani bertanya.

 

“Penyebabnya apa dulu?” tanya Pak Tono.

 

“Mmh ... dia mergokin aku lagi makan sama temen cowok.”

 

“Hah!? Kamu selingkuh?”

 

Yuna langsung membungkam mulut Pak Tono. “Bukan selingkuh. Temen baikku, cuma temen. Temen masa kecil yang udah nggak ketemu bertahun-tahun, jadi kami makan bareng.”

 

“Oh ... jadi, dia cemburu?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Cemburu itu tandanya cinta. Buat apa khawatir?”

 

Yuna menghela napas. “Dia nyuekin aku, Pak. Nggak mau ngomong sama aku sedikit pun.”

 

“Tinggal minta maaf dan jelaskan saja!”

 

“Udah. Tapi ... dia tetep cuek. Di saat perang dingin kayak gini, kalau aku manggil dia nama atau julukan yang menyebalkan, apa itu baik?”

 

“Dia suami kamu. Panggillah dengan sopan dan terdengar enak di telinga!”

 

“Contohnya?”

 

“Sayang, Cinta, Mas, Kakak dan sejenisnya yang terlihat lebih romantis dan menghargai pasangan kamu.”

 

“Hihihi.” Yuna terkekeh geli.

 

“Kenapa ketawa?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Makasih ya!” Ia langsung menggeser kembali kursi yang ia duduki ke meja kerjanya.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas