Cinta Secepat Kilat
Penulis : Suc Sunnia
"Kenapa nangis Mbak?"
Riko nyamperin seorang cewek yang
sedang nangis. Dia juga membawa koper yang berada disampingnya.
"Kamu kenapa
nanya-nanya." Jawab si cewek itu dengan judes.
"Ya udah kalau gitu."
Riko langsung meninggalkan cewek itu karna ditanggapi tidak baik.
"Hay, kamu yang sudah nanya
aku. Berarti kamu harus bantuin aku cari temanku. " Ucap si cewek itu yang
mengikuti Riko sambil menarik kopernya.
"Ah nggak bisa gitu dong
mbak, kalau temannya hilang ya dilaporin ke kantor polisi toh mbak. Apa gunanya
polisi kalau minta bantuan sama saya." Ucap Riko dengan kesal.
"Aku nggak mau tau, pokoknya
kamu harus bantuin aku nemuin temanku."
"Aneh nih cewek, belum lagi
dia bawa koper sambil menangis. Nanti aku disangka cowok yang nggak baik
diliatin orang-orang." Riko membathin.
Riko membalikkan badannya dan
memutuskan untuk membantu cewek itu dengan memberikan persyaratan kepada cewek
itu untuk tidak menangis lagi. "Yaudah aku bantuin, tapi kamu jangan
nangis lagi, malu diliatin orang, nanti aku dibilang cowok nggak baik. Padahal
aku nggak siapa-siapa kamu." Jelas Riko dengan tegas kepada cewek itu.
"Baik, tapi aku akan ikut
kemana kamu pergi." Ucap cewek itu yang selalu mengikuti langkah kaki Riko
dari belakang.
"Nama kamu siapa? Tanya Riko
kepada cewek itu. Mereka berjalan sudah berdampingan.
"Aku Bela."
"Kok kamu bisa bawa
koper." Tanya Riko heran.
"Iya, aku tadinya mau pergi
merantau. Aku ingin mandiri. Jadi, aku pergi dengan kakak temanku. Eh malah dia
ninggalin aku. Jadi, aku bingung mau ngapaen. Ini baru pertama kalinya aku
merantau ke Jakarta. Aku nggak punya siapa-siapa lagi. Kalau aku
telponorangtuaku pasti mereka khawatir." Jelas cewek itu.
"Jadi gitu ya ceritanya.
Kamu udah pengalaman kerja apa aja?" Tanya Riko kepada Bela yang
memperlihatkan wajah kasihannya.
"Aku belum pernah kerja
sebelumnya. Aku bingung mau kerja apaan. Aku takut lagi di kota besar ini hidup
sendirian." Jelas Bela dengan wajah sedih.
"Yaudah kalau gitu kamu
tinggal ditempat Bibiku aja. Nanti aku anterin ke sana."
"Terimakasih ya, aku udah
merepotkanmu."
"Iya, nggak apa-apa."
Mereka telah sampai di depan
Rumah Bibinya Riko.
"Nah, ini rumah Bibiku, kamu
tidur disini dulu. Tadi aku udahnelpon sama Bibiku kamu boleh nginap di sini
dulu."
"Jadi, kamu nggak tinggal
disini? Tanya Bela heran.
"Nggak, aku masih tinggal
dikontrakan juga, aku belum punya uang yang cukup beli rumah, di sinikan harga
rumah mahal-mahal dan nggak mungkin juga aku ajak kamu nginep dikontrakanku.
Nanti apa kata orang, kita kan bukan muhrim." Jelas Riko dengan mengambil
koper di tangan Bela.
"Emang kamu asli orang
mana?"
"Aku dari Bali, udah lama
merantau ke sini."
"Oh ya, nama kamu siapa? Aku
lupa nanya balik tadi ucap Bela dengan malu.
"Namaku Riko. Kalau kamu
sendiri darimana? Tanya Riko balik.
"Aku dari Jogja Mas."
Riko langsung masuk ke rumah
Bibinya tanpa membangunkan Bibinya yang sudah tidur karna udah larut malam.
"Ini kamar kamu. Ya udah
kamu istirahat dulu disini. Aku nggakbangunin Bibi karna dia udah tidur. Besok
pagi aku ke sini lagi." Jelas Riko.
"Mas Riko, terimakasih
banyak ya. Udah mau bantuin. Maaf aku udah banyak ngerepotin mas." Ucap
Bela yang dengan manggil Riko dengan sebutan mas. Karna dia Bela sudah saling
kenal nama dengan Riko. Jadi dia nggak enak ajamanggil nama Riko aja. Makanya
dia manggil Riko dengan sebutan Mas Riko.
"Ya sama-sama. Yaudak aku
pergi dulu ya."
"Iya mas,"
*****
"Ibu, maafin aku. Harusnya
aku dengerin Ibu nggak usah percaya dengan omongan Lita yang ninggalin aku
begini aja di sini." Bela berkata sendiri. Dia menyesali telah mengikuti
Lita teman sekolahnya dulu lergi merantau. Eh sesampai di Bandara
Soekarno-Hatta Bela langsung ke Toilet. Keluar dari Toilet dia tidak menemukan
Lita lagi tanpa mengasih kabar ke Bela. Padahal, Lita sudah berjanji ingin mengajal
Bela kerja di restorant tempat dia bekerja.
Bela juga sudah menghubungi Lita.
Namun, Lita tak mengangkatnya dan membalas pesan Bela. Bela tidak menyangka
temannya bisa melakukan dia seperti itu di kota besar yang belum pernah dia
kunjungi sebelumnya.
******
Keesokan paginya, Bela langsung
keluar kamar dan langsung melihat Bibinya Riko.
"Maaf Bu, tadi malam alu
belum sempat ngobrol dengan Ibu untuk minta izin nginep disini." Ucap Bela
sambil menyalami Bibinya Riko.
"Nggak apa-apa, kamu namanya
Bela kan? Tanya Bibi Riko dengan memakai baju adat Bali.
"Iya bu,"
"Riko itu anaknya baik
sekali. Kalau Riko baik kepadamu. Berarti Ibu percaya dengan kamu." Jelas
Bibi Riko.
"Yuk, ke dapur kita minum
teh hanget dulu."
"Baik bu."
Bibi Riko dan Bela sedang minum
teh hanget di dapur. Tiba-tiba Riko datang menghampiri mereka di dapur. Riko
langsung menyalami Bibinya.
"Bela, bagaimana tidur kamu
tadi malam nyenyakkan?" Tanya Riko.
Bela nggak menyangka Riko bisa
perhatian ke dia dengan menanyakan tidurnya nyenyak atau nggaknya.
"Alhamdulillah, Mas."
"Oh ya Bela, kamu mau kerja
di Kafeku. Kebetulan ada satu karyawan yang nggak bisa kerja lagi. Dia resign
karna mau nikah." Jelas Riko yang ingin menawarkan Bela untuk menjadi
salah satu karyawannya di Kafe yang dia kelola.
"Aku mau mas, aku akan
bekerja sebaik mungkin." Ucap Bela dengan senang hati dengan tawaran Riko
kepadanya.
"Ya udah, kalau gitu kita
berangkat sekarang."
"Baik Mas."
*****
Sesampainya di Kafe, Riko
langsung memanggil salah satu karyawan untuk mengajari Bela mengenai pekerjaan
yang akan dia lakukan.
Walaupun Bela sebelumnya belum
pernah bekerja di Kafe. Tetapi, dia bekerja sangat gesit sekali. Riko pun
senang melihat hasil kerjaan Bela.
"Gimana rasanya pekerjaanmu
hari ini?" Tanya Riko.
"Alhamdulillah, aku senang
mas, tapi masih banyak belajar. Biar pelayananku bisa memuaskan pelanggan.
"Yaudah, yuk aku anterin
kamu lagi ke tempat Bibiku. Besok aku akan cariin kamu tempat tinggal deket
sini."
"Baik Mas." Jawab Bela
dengan senyum.
"Ternyata Mas Riko udah
ganteng, baik hati lagi. Pasti dia sudah punya kekasih. Beruntung ya, cewek itu
punya Mas Riko yang baik hati. Ucap Bela dalam hati.
"Bela kamu
udahhubunginorangtua kamu?" Tanya Riko sambil melihat Bela yang
senyum-senyum sendiri.
"Kamu kenapa senyum-senyum
sendiri?"
"Nggak ada Mas. Oh ya, aku
udahtelpon Ibuku Mas, aku bilang amaorangtuakuudahdapet kerja disini dan tidak
kerja ditempat temanku. Tapi, aku nggak bilang bahwa temanku ninggalin aku
begitu aja di Bandara. Aku takut orangtuaku nanti khawatir.
"Bagus kalau gitu. Kamu
nggaktelponan sama cowoknya? Tanya Riko balik.
"Aku nggak punya cowok
Mas."
"Ah masa' kamu nggak punya
cowok, lalu kenapa kamu senyum-senyum sendiri tadi?" Tanya Riko penasaran.
"Nggak ada mas, senang
ajadihari pertama aku disini bisa dipertemukan dengan mas dan langsung dapat
pekerjaan. Aku nggak jadi gelandangan. Tadinya, sebelum ketemu Mas, aku bakal
jadi gelandangan disini." Ucap Bela dengan syukur.
"Oh gitu, jika kamu berbuat
baik. Pasti ada aja orang yang akan membantumu kok."
"Iya juga sih Mas, tapi kan
nggak semua orang bisa baik juga ke kita ketika kita butuh bantuan. Malahan
mereka ada yang memanfaatkan kebaikan kita."
"Kok kamu ngomong kek
gitu?" Tanya Riko penasaran.
"Iya Mas, dulu aku punya
kenalan teman cowok waktu sekolah. Dia kakak seniorku. Dia sering dekat
denganku pada saat aku baca buku diperpustakaan. Kadang dia bawain aku makanan.
Seiring waktu berjalan, kami semakin dekat. Tapi, lama-lama dia sering minjem
uangku tapi nggakdibalikkin. Kalau aku nggak masalah ya Mas. Namun, ceweknya
bilang ke Aku. Aku yang serimgminjem uang cowoknya. Sejak saat itu, aku nggak
mau kenal dekat sama cowok." Jelas Bela dengan kesal.
Makanya, pada saat Mas Riko tanya
aku di Bandara. Aku menjawab Mas dengan nada keras. "Aku minta maaf pada
saat itu ya, Mas."
"Nggak apa-apa kok, aku udah
melupakannya. Sekarang aku bisa maklumin karna cerita kamu barusan."
"Oh ya, kalau Mas sendiri
gimana? Pasti udah punya cewek kan?" Tanya Bela sambil senyum namun
dihatinya berharap Riko belum punya cewek.
"Aku juga belum punya, karna
masih sibuk dengan pekerjaan. Nggak ada waktu buat cari cewek." Ucap Riko
dingin.
Mobil putih Riko telah memasuki
Pagar Rumah Bibinya.
"Kita udah nyampe, kamu
istirahat aja lagi ya. Aku mau langsung ke kontrakan aja."
"Baik Mas,
terimakasih."
*****
"Yes, syukur Mas Riko belum
punya cewek. Jadi, aku nggak perlu khawatir ada cewek lain yang marah kalau aku
dekat sama Mas Riko. Kalau nggak, pasti ceweknya salah sangka denganku.
Nggaknyangka juga ya bisa bertemu dengan Mas Riko dengan cara seperti
ini." Ucap Bela dengan berkata sendiri dengan dirinya yang kedengeran oleh
Bibinya Riko yang belum tidur.
"Hmmm...sepertinya Bela dan
Riko cocok kalau dijodohkan." Bathin Bibi Riko sambil senyum.
"Udah pulang Bela?"
Tanya Bibi Riko yang menghampiri Bela didepan pintu kamar tempat dia tidur
semalam.
"Iya Bi, Bibi belum tidur?
Maaf Bi, aku langsung masuk aja. Aku kira Bibi udah tidur."
"Belum, gimana kerjamu hari
ini? Tanya Bibi Riko.
"Alhamdulillah berjalan
lancar Bi."
"Yaudah kalau gitu kamu
istirahat aja dulu."
"Baik Bu."
*****
Sementara Riko, sebelum tidur.
Dia membayangkan senyum manisnya Bela. Dia merasa dag digdug mengingat bayangan
Bela. Dia berusaha membuang jauh-jauh bayangan senyum Bela yang menyentuh
hatinya. Supaya, dia bisa menuju alam mimpi. Namun, tetap ajanggak bisa.
"Kok aku susah melupakan
senyumnya Bela ya. Padahal, baru kenal sehari doang." Tanya Riko heran.
******
Keesokan paginya Bela sudah
menyiapkan barang-barangnya. Dia tidak mau merepotkan Bibinya Riko untuk
menginap dirumahnya lagi.
"Bu, terimakasih banyak ya
Bu, sudah mengizinkan aku tinggal dirumah Ibu."
"Jangan sungkan Bela, Ibu
senang kamu bisa tinggal disini. Biar ada teman Ibu disini. Kebetulan, Ibu sendiri
tinggal di rumah. Suami Ibu sudah meninggal. Ibu punya anak perempuan yang
masih kuliah tapi dia kuliahnya di Bali. Jadi, tinggal dengan orangtuanya Riko
di sana." Jelas Bibi Riko.
"Aku nggak enak Bu. Tinggal
lama-lama disini. Aku idah merepotkan Ibu."
"Nggak merepotkan kok."
"Kalau kamu seneng tinggal
disini, disiniaja Bela." Sambung Riko yang baru saja datang hendak
menjemput Bela. Bela pun sudah memegang kopernya.
"Nggak usah Mas, aku cari
kos dekat kafe aja. Biar nggak jauh bolak-baliknya Mas."
"Sekali lagi, terimakasih ya
Bu, Aku izin pamit Bu."
"Ya udah kalau gitu.
Hati-hati ya nanti di sana. Kalau kamu main ke sini lagi. Boleh datang
aja." Tawar Bibi Riko.
"Baik Bi." Bela
menyalami Bibi Riko.
*****
“O
ya, aku udah bawain kamu seragam kerja. Nanti kamu boleh gunakan seragamnya.”
Ucap Riko sambil mengulurkan baju seragamnya ke tangan Bela sambil nyetir
mobilnya.”
“Terimakasih
ya Mas.”
Sesampai
mereka di Kafe. Teman Riko datang mengampiri yang baru saja pulang dari study
bnading di Bali.
“Hay
Bro, apa kabarmu?” Ucap Gandi yang langsung menghampiri Riko yang baru
saja masuk ke Kafenya.
“
Kamu kemana aja sih Gan, aku dari kemaren lok nungguin kamu. Kamu kan udah
janji ngurusin musik Bandnya.” Ucap Riko kesal.
“Iya.
Maaf aku baru bisa datang ke sini sekarang. Btw, kafemu bagus juga ya, apalagi
karyawanmu. Semua cakep-cakep.”
“Gimana
dengan musik Bandnya, udah clear belum?” Tanya Riko dengan kesal dengan Gandi
yang selalu tidak on time sesuai kesepakatan awal. Namun, suda lama berteman Riko
tetap mempercayakan masalah musik band untuk mengisi kafenya kepada Gandi.
“Tenang
aja, semuanya udah aman.”
*****
Riko
dari tadi memperhatikan pekerjaan Bela yang sangat gesit. Pandangannya selalu
mengarah kepada Bela yang sibuk melayani Tamu Kafenya.
Salah
satu dari karyawan Riko yang sudah lama bekerja di Kafe Riko merasa cemburu
dengan Bela yang selalu diperhatikan oleh Riko.
“Kenapa
si Mas Riko melihat Bela mulu, sebal aku.” Ucap Lani dengan kesal. Karna dia
sudah lama suka kepada Riko. Namun, Riko tidak pernah menyadarinya.
“Hai,
Kamu anak baru?” Ucap Lani dengan judes.
“Kenapa
ya Mbak,?”
“Ada
yang mau aku bilang ke kamu. Kamu jangan pernah deket-deket sama mas Riko ya, karna mas Riko calonku, satu
lagi kamu jangan manggil Mas Riko dengan Mas. Panggil dia dengan Bapak. Karna
Mas Riko manager kita.” Ucap Lani dengan tegas.
“Baik
Mbak.”
“Yaudah,
lanjut kerja sana.”
“Ternyata
Mbak Lani, calonnya Mas Riko ya, kok Mas Riko nggak bilang ya, katanya belum.
Dasar semua laki-laki nggak dapat dipercaya. Kok aku kecewa sama Mas Riko. Aku
kira Mas Riko adalah lelaki yang aku cari selama ini. Eh ternyata...” bela
berkata dalam hatinya.
*****
“Kamu
udah siap-siapkan, biar aku bantu kamu cari tempat tinggal deket sini.”Ucap
Riko yang sudah ganti pakaian seragamnya yang menggunakan setelan yang terlihat
berwibawa dengan pakaian kaos biru yang
terlihat ganteng dibadannya yang berwaja manis dan warna kulitnya sawo matang.
“Nggak
usah Pak, aku udah cari sendiri, tadi jam istirahat aku sudah tanya kos sekitar
sini. Sekarang aku langsung ke sana.” Ucap Bela dengan wajah terlihat sedih.
“Kok
sekarang kamu manggil aku Pak?”
“Nggak
apa-apa Pak, kan Bapak pemilik kafe ini, nggak enak kalau aku manggil dengan
sebutan Mas.”
“Nggak
apa-apa kok, aku senang kamu manggil aku Mas.”
“Ya
udah, kamu adala karyawanku. Aku akan
mengnatarkanmu ke kos mu.”
Bela hanya merespon dengan menganggukkan
kepalanya dan langsung masuk ke Mobil Riko. Sementara, Riko memasukkan koper
Bela ke Jok belakang mobilnya.
“Kamu
kok sekarang terlihat murung gitu sih, kamu ada masalah dengan pekerjaan tadi
siang ya.” Tanya Riko heran yang belum
menyalakan mobilnya.
“Nggak
ada masalah kok Mas.”
“Udahlah,
kamu nggak usah bohong dari wajahmu udah terlihat jelas. Cerita aja sama aku.”
Sebenarnya
Bela nggak mau membahasnya apa yang dibilang Lani kepadanya. Namun, Bela ingin
tahu kepastiannya dari Riko langsung.
“Bapak
udah eh Mas udah punya calon ya?”
“Kok,
kamu bilang kek gitu, kamu nggak percaya ya apa yang sudah aku katakan padamu
sebelumnya?”
“Tapi,
tadi kata Mbak Lani, Mas adalah calonnya.”
“Kamu jangan dengerin Lani. Dia
orangnya memang begitu. Suka cemburu kalau ada karyawan baru. Tapi, aku nggak
ada ada rasa sama dia atau pun sama karyawan lainnya. Lagian, kalau aku udah
punya calon nggak mungkin aku akan menemanimu.”
“Maksud Mas? Tanya Bela heran.
“Aku minta maaf Bela terlalu
cepat aku mengucapkan ini kepadamu, tetapi aku jatuh hati kepadamu. Aku takut
kamu nanti diambil orang.” Riko belum menyalakan mobilnya untuk mengantarkan
Bela ke kosnya.
Bela hanya diam dan tersenyum
bahagia menatap Riko. Riko pun begitu kepada Bela bahwa Bela juga merasakan hal
yang sama kepadanya.
PROFIL PENULIS
Nomor ID Anggota :
PK23-1364245989
Nama Lengkap :
Wiwit Mania
Nama Pena :
Suc Sunnia
Kota Asal :
Grobogan