Rabu, 07 November 2018
Ini hari ketiga aku menjalani Pelatihan Instruktur Literasi
yang diselenggarakan oleh KBKT (Kantor Bahasa Kalimantan Timur).
Seperti hari sebelumnya, aku datang terlambat dan lift masih
rusak. Oke, semangat ngos-ngosan naik tangga.
Materi pertama diisi oleh Mbak Sophie Razak dari Bisnis
Indonesia dengan tema “Program dan Jejaring”. Kemudian dilanjut dengan materi
kepenulisan oleh Pak Amien Wangsitalaja dan materi literasi financial oleh Bang
Ali Sadli. Dari awal materi hingga akhir berjalan dengan baik dan lancar.
Aku sempat dikerjai oleh Bang Ali Sadli sebelum ia mengisi
materi. Dia bilang tidak tahu jalan menuju ke Perpustakaan Kota dan sudah
mutar-mutar tapi tidak ketemu. Otomatis aku langsung bereaksi mau jemput dia.
Secara, rasa empati aku kan tinggi ya? Hahaha ... apaan sih? Aku bercanda saja
kok.
Ternyata saat aku izin dengan Pak Amien Wangsitalaja yang
sedang menyampaikan materi kepenulisan, Bang Ali sudah duduk santai di luar
bersama panitia. Pak Amien yang mengatakan kalau beliau sudah lama sampai.
Otomatis aku langsung keluar dari ruangan dan menghampiri Bang Ali. Aku tinju
saja pundaknya dan dia tertawa lebar sudah berhasil mengerjaiku. Iih ...
pematerinya nyebelin banget kan? Kebayang lah waktu ngasih materi, dia sering
kali menggodaku dan membuat aku tidak bisa menahan tawa. Bukan hanya ketika
menjadi pemateri, hari-hari biasa juga dia sudah biasa ngolokin aku. Ya Allah
... kenapa banyak kali orang senang meledek dan menggodaku? Apa aku ini terlalu
lucu? Hadeuuh ...!
Oke, lupakan soal Bang Ali Sadli.
Kita lanjut ke cerita berikutnya.
Jadi, usai sesi foto bersama. Mas Abi mengajakku untuk main
ke Kopaja. Wah ... aku seneng banget dong ya karena akhirnya bisa bertandang ke
Kopaja. Jelas saja ajakannya langsung aku iyakan.
Mas Abi adalah pendiri Kopaja, komunitas sosial yang membina
anak-anak jalanan di kota Balikpapan dan sudah berdiri selama 19 tahun.
Ada banyaaaaak sekali hal yang menginspirasi dari kopaja.
Rasanya, aku ingin berlama-lama ada di Kopaja. Sangat menyenangkan. Anak-anak
binaan Mas Abi sangat welcome. Menyambutku dengan ramah.
Saat aku datang, dua orang anak sedang duduk di bibir kolam
kecil yang ada di sana. Satunya bermain ponsel sedang satunya lagi mengamati.
Tak lama kemudian datang seorang anak kecil membuka kunci pintu rumah singgah
itu dan ketiganya masuk ke dalam. Aku langsung ikut saja masuk karena memang
sudah dipersilakan oleh mereka.
Tak lama Mas Abi dan ketiga temanku muncul. Aku sampai
terlebih dahulu karena aku mengendarai motor sampai ke ujung gang. Sedangkan
Mas Abi dan dua orang lagi naik Grab. Jadi, harus jalan kaki terlebih dahulu
untuk masuk gang. Begitu juga dengan Hendi yang tidak berani menurunkan
motornya ke dalam gang karena jalan lumayan curam. Aku saja yang nekat turun
dengan modal sok berani. Secara sudah lama tidak mengendarai sepeda motor.
Tapi, lumayan lah aku sering ngetrail waktu kerja di perkebunan. Jadi, nggak
begitu takut asal kondisi rem baik-baik saja.
Saat Mas Abi datang, anak-anak sedang membersihkan ruangan.
Mereka begitu menurut dan menyayangi Mas Abi. Bahkan seorang anak menyuguhkan
minuman pada kami saat kami sudah duduk di dalam ruangan itu. Posisi duduk kami
berpindah, berpindah pula minuman itu. Anak-anak melakukannya dengan inisiatif
sendiri. Mereka sudah peka dengan keadaan di sekitar.
Mas Abi sharing pengalaman panjang lebar pada kami. Ada
pajangan foto-foto aktivitas Kopaja sejak 19 tahun yang lalu. Saat Mas Abi
masih berjuang membina anak-anak jalanan hanya beralas karpet dan beratapkan
terpal. He is so amazing! Aku nggak tahu bagaimana cara Tuhan melahirkan hati malaikat
dalam dirinya. Aku sampai bingung. Sampai nggak tahu harus ngomong apa.
Semuanya begitu mengagumkan bagiku.
Ada banyak karya anak-anak yang terpajang di sana. Bukan
hanya itu. Ada juga karya ibu-ibu rumah tangga berupa bross, hijab dll.
Kebetulan di situ ada ruangan menjahit yang merupakan donasi dari kawan-kawan
yang peduli terhadap pergerakan Kopaja.
Specially ...!
Tempat ini sangat spesial bagiku. Tak hanya tempatnya, tapi
juga pendirinya dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Bukan hal yang
mudah untuk membuat tempat yang istimewa ini.
Itulah sebabnya, besok aku akan kembali singgah ke sana.
Karena bagiku, 2 jam di sana masih sangat kurang. Aku masih ingin mendengar
banyak cerita dari Mas Abi. Masih ingin menikmati tempat itu.
Aku salut.
Aku terharu.
Anak-anak jalanan yang doyan ngelem dan pergaulannya buruk
bisa menjadi anak-anak baik di tempat ini. Tentunya pengabdian Mas Abi selama
bertahun-tahun menghasilkan kebahagiaan yang tak terkira. Bahagia ketika
berhasil merangkul anak-anak yang tidak suka belajar, tidak mau sekolah menjadi
anak-anak yang gemar belajar dan mengerti arti pentingnya pendidikan.
Terima kasih Mas Abi untuk pelajaran hidup hari ini.
Semoga esok kita masih bisa dipertemukan di tempat yang
sama.
Selamat malam semua ...!
Maaf kalau tulisan ini rada nggak jelas karena aku tulis
dalam keadaan sudah mengantuk.
Salam inspirasi, salam literasi ...!
#DWPF