Pixabay.com/pexels |
Labels
Thursday, February 21, 2019
Dialog Tag Dalam Penulisan Naskah Fiksi
Source: pixabay.com/geralt |
Hai guys ...!
Ketemu lagi sama aku. Aku siapa ya? Hahaha...
Gak penting lah ya, aku ini siapa.
Yang penting, hari ini aku lagi pengen belajar tentang dunia kepenulisan. Biar tulisanku rada rapian dikit lah, banyak berantakannya soalnya. Wkwkwk ...
Hari ini aku lagi mau belajar tentang Dialog tag.
Dialog tag itu apa sih?
Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog, yang memberikan informasi identitas si pengucap dialog.
Dialog tag biasanya ditandai dengan kata "ujar", "ucap", "kata", dan sejenisnya. Dialog tag bisa berada di awal atau akhir kalimat. Dialog tag menggunakan tanda baca petik ("), koma (,), tanda seru (!) atau tanda tanya (?). Dialog tag diawali dengan menggunakan huruf kecil.
Berikut ini contoh dialog tag dan penggunaan tanda bacanya. Perhatikan baik-baik bagaimana menuliskan tanda baca yang tepat.
- Dialog tag di awal kalimat:
* Rina berkata, "Aku lelah." >>> Benar
* Rina berkata ,"Aku lelah." >>> Salah
* Rina berkata, "Aku lelah". >>> Salah
Kata "berkata" merupakan dialog tag di awal kalimat, diakhiri dengan tanda koma (,) kemudian diikuti dengan dialognya. Kalimat dalam dialog berada di antara tanda petik buka (") dan tanda petik tutup ("). Kalau kamu menulis menggunakan Microsoft Word, akan terlihat jelas perbedaan antara tanda petik buka dan tanda petik tutup. Sama fungsinya dengan tanda kurung buka dan kurung tutup. Di akhir dialog menggunakan tanda baca titik (.) untuk mengakhiri dialognya. Ingat ya, tanda baca titik (.) berada di dalam tanda petik, bukan di luar tanda petik atau setelah tanda petik tutup.
* Rina bertanya, "Sudah makan?" >>> Benar
* Rina bertanya, "Sudah makan.?" >>> Salah
Dialog tag ini sama dengan contoh yang pertama. Hanya saja diakhiri dengan tanda tanya sebagai kalimat pertanyaan, bukan pernyataan. Tanda tanya berfungsi sebagai pengganti tanda titik. Sehingga, tidak perlu lagi menggunakan tanda baca titik (.) jika sudah menggunakan tanda tanya (?)
* Rina mengumpat, "Aku benci kamu!" >>> Benar
* Rina mengumpat, "Aku benci kamu.!" >>> Salah
Dialog tag ini sama dengan contoh yang pertama. Hanya saja diakhiri dengan tanda seru sebagai penekanan kalimat atau sebuah teriakan. Tanda seru berfungsi sebagai pengganti tanda titik. Sehingga, tidak perlu lagi menggunakan tanda baca titik (.) jika sudah menggunakan tanda seru (!)
Diatas adalah 3 contoh dialog tag yang berada di awal kalimat.
- Dialog tag di akhir kalimat:
* "Aku lelah," kata Rina. >>> Benar
* "Aku lelah", kata Rina. >>> Salah
* "Aku lelah," Kata Rina. >>> Salah
Perhatikan baik-baik perbedaan penggunaan tanda baca di atas. Dialog berada di dalam tanda petik buka dan tanda petik kurung. Dialog diakhiri dengan tanda koma, kemudian diikuti dengan dialog tag. Dialog tag selalu diawali dengan huruf kecil ( bukan huruf kapital )
* "Sudah makan?" tanya Rina. >>> Benar
* "Sudah makan?," tanya Rina. >>> Salah
* "Sudah makan,?" tanya Rina. >>> Salah
* "Sudah makan?" Tanya Rina. >>> Salah
Penggunaan tanda tanya menjadi pengganti tanda baca koma, sehingga tidak perlu lagi menggunakan tanda baca koma pada dialog yang menggunakan dialog tag. Ingat, dialog tag selalu menggunakan awalan huruf kecil.
* "Aku benci kamu!" umpat Rina. >>> Benar
* "Aku benci kamu,!" umpat Rina. >>> Salah
* "Aku benci kamu!" Umpat Rina. >>> Salah
Penggunaan tanda seru, perlakuannya sama dengan penggunaan tanda tanya. Hanya saja, makna kalimat tanya dan kalimat seru yang membuatnya berbeda.
Tidak semua dialog dalam sebuah cerita menggunakan dialog tag. Ada beberapa dialog yang tidak menggunakan dialog tag. Kita harus bisa membedakan mana dialog tag dan bukan dialog tag.
ontoh kalimat yang tidak menggunakan dialog tag adalah sebagai berikut:
* "Kemarin aku lihat kamu jalan sama pacarku." Rina menatap Rini tajam.
* Mata Rina menatap Rini tajam. "Kemarin aku lihat kamu jalan sama pacarku."
Kalimat di atas merupakan dialog yang tidak menggunakan dialog tag. "Rina menatap Rini Tajam" adalah kalimat aksi/aktivitas yang mendeskripsikan aktivitas lain yang dilakukan tokoh saat berdialog. Kalimat aksi ini selalu diawali dengan huruf besar atau huruf kapital karena tidak menjadi bagian dari dialog.
Contoh lainnya:
* "Hehehe ... lupa." Tangan Rina menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
* Tangan Rina menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehehe ... lupa."
Nah, itu dia contoh dialog tag sederhana yang bisa aku sharing buat temen-temen. Semoga bisa mengerti dengan mudah contoh dialog tag di atas ya! Dan bisa membedakan mana yang merupakan dialog tag dan mana yang bukan dialog tag.
Oh ya, aku mau kasih contoh penulisan dialog tag dan dialog dengan kalimat aksi/aktivitas.
* "Hehehe ... lupa." Tangan Rina menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kamu sudah makan?" tanya Rina kemudian.
Kalimat yang aku beri tanda warna merah adalah kalimat aksi/aktivitas si tokoh. Sedangkan kalimat yang aku beri tanda warna pink merupakan dialog tag.
Ada macam-macam dialog tag, kamu bisa membacanya di tulisan MACAM-MACAM DIALOG TAG
Demikian pelajaran tentang dialog tag yang aku dapat hari ini. Semoga bermanfaat!
Buat kamu yang ingin menambahkan atau mengoreksi materinya, silakan komen di bawah ya!
MACAM-MACAM DIALOG TAG
Source: Pixabay.com, edit by me |
Hai teman-teman, kali ini aku mau bagiin beberapa macam dialog tag yang bisa kamu gunakan untuk menulis cerita supaya beragam tidak terkesan membosankan. Yuk, cek dialog tag yang asyik kamu gunakan dalam menulis cerita!
1. Netral
- ujar
- salam
- celetuk
- ucap
- desak
- kata
- pamit
- harap
- pesan
- cetus
- tutur
- papar
- ungkap
- tandas
- tanya
- tegur
- sapa
- ajak
- panggil
- pungkas
- tegas
- ajak
- pinta
- tunjuk
- beber
- seloroh
- cakap
- lontar
- akunya
2. Netral sebagai respon
- sahut
- lanjut
- jawab
- tawar
- tolak
- sambut
- sanggah
- imbuh
- terang
- balas
- tangkas
- tambah
- sambung
- jelas
- sela
- sosor
- tukas
- potong
- kilah
- usul
- putus
- protes
- urai
- saran
- berondong
- timpal
- kekeh
- kelit
- deham
3. Ada Emosi
- sindir
- hina
- gerutu
- sungut
- rengek
- tekad
- resah
- cemooh
- ejek
- kelakar
- canda
- cela
- ledek
- gerundel
- puji
- keluh
- adu
- perintah
- cibir
- tuntut
- decit
- cicit
4. Emosi Bernada Rendah
- bisik
- gumam
- decak
- desah
- rintih
- desis
- sesal
- ulang
- lirih
- racau
- batin
- ringis
- hembus
- goda
- rajuk
5. Emosi Bernada Tinggi
- jerit
- geram
- usir
- bentak
- berang
- hardik
- teriak
- tuduh
- tampik
- tantang
- pekik
- tekan
- sembur
- seru
- erang
- serang
- cecar
- raung
- sergah
- murka
- dengus
- ketus
- marah
Sumber referensi :
Materi Kepenulisan Andros Luvena by Rosi Simamora
Contoh Penggunaan Dialog Tag :
Dialog Tag dalam Penulisan Naskah Fiksi
Baca juga :
37 Kosa-Kata Yang Mendeskripsikan Mimik Wajah (Mata Tokoh) Dalam Cerita
Dilarang copy paste dan menyebarkan tulisan ini tanpa mencantumkan nama situs atau penulisnya.
Penakata Challenge Time | Horror Scope Books Effect
Lina merapatkan tubuhnya ke dinding kamar yang berbahan papan kayu. Napasnya tersengal usai berlari dari salah satu ruangan yang berada di lantai dua rumah barunya. Ia baru saja pindah seminggu yang lalu ke rumah ini. Ia harus mencari rumah tinggal yang jauh lebih murah karena kondisi perekonomian keluarganya sedang terpuruk.
Ia mendapati rumah murah di pinggiran kota yang lumayan sepi. Rumah yang terbuat dari papan, berlantai dua, lama tak berpenghuni. Di halaman rumah terdapat dua pohon beringin dari jenis yang berbeda. Dilihat dari kondisi halaman dan sisa-sisa pot tanaman, sepertinya pemilik rumah terdahulu adalah pecinta bonsai. Bisa jadi, pohon beringin yang kini tinggi menjulang adalah salah satu koleksi yang pada akhirnya tidak terawat.
Dari penuturan warga sekitar, rumah ini terkenal angker. Namun, Lina tak punya pilihan lain selain tinggal di sini. Hingga lima hari lalu, Lina memilih untuk tidak pulang ke rumah sebelum ayahnya sampai ke rumah. Ia tidak ingin sendirian di rumah yang terkenal kisah horornya.
Namun, malam ini Lina tiba-tiba lupa. Ia tertidur sore hari dan terbangun tepat pukul delapan malam. Ia mulai mendengar suara-suara aneh seperti yang ia dengar pada malam-malam sebelumnya. Itulah yang membuat Lina memilih untuk tidur bersama kedua orang tuanya.
"Ayah ... ibu ... please, cepat pulang!" ucap Lina lirih sembari menoleh ke arah pintu yang berderit.
Dari ekor matanya ia menangkap sosok bayangan aneh melangkah di lorong kamarnya. Sosok seperti manusia tapi berkepala kambing. Derap langkahnya semakin mendekat ke arah pintu kamar Lina yang setengah terbuka.
Lina menarik napasnya dalam-dalam dan menahan di dadanya ketika bayangan itu tepat masuk melalui celah pintu kamarnya. Ia makin merapatkan tubuhnya ke dinding. Otaknya berputar cepat mencari cara keluar dari kamar tanpa harus bertemu dengan sosok bayangan yang ia lihat.
Lina memejamkan matanya ketika pintu kamar bergeser, membuatnya semakin terbuka. Tiba-tiba suasana berubah jadi hening, suara langkah kaki itu tak terdengar lagi. Lina membuka mata dan benar saja, sosok bayangan yang hampir masuk ke dalam kamarnya sudah tak ada lagi. Ia buru-buru berlari ke luar dari kamarnya. Menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu ulin.
"Kalian siapa?" Lina heran melihat dua anak perempuan berwajah sama yang berdiri di depan pintu ketika ia membuka pintu rumahnya.
"Dari ibu." Salah satu anak perempuan itu menyodorkan rantang susun berisi makanan.
"Oh, rumah kalian yang mana?" tanya Lina.
Gadis kecil itu menunjuk ke arah seberang rumah Lina.
"Kakak boleh ikut ke rumah kalian?" tanya Lina menatap keduanya, "Soalnya, kakak di rumah sendirian. Nungg Ayah sama Ibu pulang di rumah kalian aja."
Kedua gadis itu menganggukkan kepalanya. Mereka kemudian menarik Lina keluar dari halaman rumahnya. Lina terus melangkahkan kaki mengikuti kedua gadis itu tanpa henti. Ia merasakan perjalanan yang sangat lama. Bukankah hanya ke rumah seberang yang seharusnya bisa sampai dalam waktu 5 menit dengan berjalan kaki? Tapi ... Lina merasa tidak sampai-sampai dan kakinya mulai lelah.
"Rumah kalian masih jauh?" tanya Lina dengan napas yang tersengal.
Kedua gadis itu membalikkan tubuhnya, wajah mereka pucat dan tatapannya dingin.
"Kalian siapa?" Lina terkejut mendapati dua gadis kecil itu berubah, terlebih matanya menyala merah. Tanpa pikir panjang, Lina berlari berbalik arah. Ia baru sadar kalau ternyata ia kini berada di dalam hutan, bukan di wilayah pemukiman tempat ia tinggal.
Ia terus berlari sampai ke tepi danau, ia melihat seorang pria sedang menuangkan air ke danau tersebut, di bawahnya ada ikan-ikan yang berterbangan menyambut air yang ditumpahkan.
"Ini apa?" Pikiran Lina semakin tak karuan melihat kejadian aneh yang ia temui malam ini. "Aku di mana?" Dua pertanyaan itu terus bersarang di pikirannya.
Lina duduk bersandar di bawah pohon sembari mengatur napasnya. Ia menutup wajahnya, mencoba mengatur pikirannya.
Beberapa menit kemudian ia membuka matanya dan mendapati ia sudah berbaring di dalam kamarnya. Ia melirik jam dinding yang terpajang di dinding kamarnya, waktu masih menunjukkan pukul delapan malam. Artinya, kejadian aneh yang ia alami hanya mimpi. Lina menarik napas lega dan turun dari ranjangnya.
Ting ... tong ...!
Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Ia berharap, ayah dan ibunya bisa pulang lebih cepat dari biasanya. Usaha mereka yang terancam bangkrut, membuat mereka sering pulang larut malam.
Lina berlari menuruni anak tangga, secepatnya membukakan pintu.
"Mella? Tumben ke sini malam-malam gini?" Lina mengerutkan keningnya ketika mendapati sahabatnya sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan dingin.
"Kamu, nggak papa 'kan?" Lina kembali bertanya karena sahabatnya masih saja bergeming.
"Mel ... Mella?" Lina mulai merasa kurang nyaman dengan wajah Mella yang masih saja dingin, bahkan pucat seperti mayat hidup.
"Kamu kenapa? Ada masalah?" Lina menggoyangkan pundak Mella. Mella menurunkan tangan Lina, tangannya dingin seperti es batu.
Lina tertegun beberapa saat.
Mella membalikkan badannya dan berjalan perlahan keluar dari halaman rumah Lina.
"Mel ... Mella ...!" langkah Lina gontai mengikuti sahabatnya itu. Mella terus berjalan menyusuri jalan-jalan pemukiman. Kemudian ia berhenti di salah satu jembatan.
"Mel, kamu kalau punya masalah cerita dong! Jangan kayak gini! Bunuh diri itu bukan pilihan terbaik. Aku bakal bantu semampu aku." Lina memandang tubuh Mella yang menatap kosong ke arah sungai. Ia khawatir dengan sahabatnya yang sudah berdiri di bibir jembatan.
Mella menoleh ke arah Lina, tersenyum dingin dan menjatuhkan tubuhnya ke bawah jembatan.
"Mella ...!!!" teriak Lina histeris mendapati sahabatnya itu terjun ke bawah jembatan. Ia berlari mendekati bibir jembatan, melongok ke arah sungai yang gelap.
Tanpa pikir panjang, Lina berjalan menuruni sungai yang berada di bawah jembatan lewat jalan setapak yang biasa digunakan warga untuk turun ke sungai. Ia tak berhenti meneriakan nama sahabatnya sembari terus menuruni bukit menuju tepi sungai.
Ia memandangi air sungai yang berkilauan diterpa cahaya bulan. Ia berharap tubuh Mella bisa terlihat walau dalam keadaan apa pun.
BYUR!!!
Tiba-tiba saja keluar makhluk aneh dengan mata menyala. Dua makhluk yang tubuhnya 20 kali lipat dari tubuh Lina. Yang satu memiliki sepasang capit seperti kepiting dan satunya lagi seperti kalajengking. Oh ... bukan, bukan! Bukan seperti, tepatnya itu memang kepiting dan kalajengking raksasa.
Dengan cepat Lina berbalik arah dan berlari memasuki hutan, menghindari kejaran dua makhluk aneh tersebut.
"Ini mimpi. Please, ini mimpi!" celetuknya sambil terus berlari. Ia menjatuhkan tubuhnya ke bibir bukit, merosot dengan cepat menghantam ranting dan anak-anak pohon. Ia merasakan sakit yang luar biasa ketika tangan, kaki dan wajahnya lecet terbentur dan tertusuk tanaman liar. "Sakit! Ini bukan mimpi?" Ia bangkit dan berjalan perlahan, sebisa mungkin dua makhluk besar itu tak lagi mengejarnya. Ia menatap ke atas bukit, kepiting dan kalajengking raksasa itu sudah berjalan menjauh dan tak terlihat lagi. Lina menghela napas lega. Ia bersandar di bawah pohon randu yang menjulang tinggi.
Lina mengusap keringat yang keluar dari sudut-sudut rambutnya. Matanya melirik ke arah luka berdarah di tangan kirinya. Ia berharap, ini hanya mimpi. Sama seperti yang dialaminya sebelum ia terbangun dari tidurnya. Lina memejamkan matanya perlahan, berharap ia kembali ke kamarnya ketika ia membuka mata.
Perlahan Lina membuka mata dan ia masih mendapati tubuhnya bersandar di bawah pohon randu. Ia memukulkan kepala bagian belakangnya ke batang pohon. Kesal!
Ia bangkit, berjalan perlahan mencari arah pulang ke rumah.
Grrr ...!
Lina membalikkan tubuhnya ke arah suara. Ia melihat seekor singa yang berada sekitar lima meter dari tubuhnya. Singa ini seperti makhluk mitologi, berbadan satu dan berkepala tiga.
"Oh ... God!" Ia tak bisa lagi berlari karena lelah dan luka di kakinya. Kali ini ia pasrah, ia memejamkan mata saat makhluk ganas itu siap menerkam tubuhnya.
SYAT ...!
Aaargh ...!
Bruk ...!
Lina membuka matanya, penasaran dengan suara yang ia dengar. Ia mendapati manusia setengah kuda, dengan busur panah di tangannya sedang melawan singa berkepala tiga itu.
Aungan singa semakin menjadi, ia terlihat sangat marah karena tubuhnya tertusuk beberapa anak panah. Dengan cepat manusia setengah kuda itu menarik lengan Lina hingga melayang dan mendarat tepat di atas tubuhnya. Centaur itu membawa Lina berlari menjauh dari singa berkepala tiga.
"Kamu siapa?" tanya Lina yang hanya dibalas dengan tatapan. Makhluk centaur itu tak berkata sedikit pun. Mereka berhenti di salah satu bangunan megah yang berada di tengah hutan.
"Hai ... bagaimana kamu bisa masuk dalam Negeri Zodiak?" Seorang wanita cantik jelita menghampiri Lina.
"Hah!? Negeri Zodiak?" Lina heran dengan apa yang ia alami.
"Namaku Virgo. Ayo, masuk! Lukamu harus disembuhkan." Virgo mengulurkan tangannya. Dengan cepat centaur menurunkan aku dari tubuhnya yang tinggi, tepat di tangan Virgo.
Lina berjalan mengikuti langkah Virgo, perlahan masuk ke istana melalui jembatan panjang yang bawahnya terdapat sungai besar.
"Mereka siapa?" Lina memandangi banyak orang berkumpul di salah satu jembatan lain yang ujungnya terdapat timbangan besar.
"Mereka manusia yang sudah mati, di ujung sana adalah timbangan kebaikan dan keburukan. Untuk menentukan di mana mereka akan tinggal setelah mati." Virgo tersenyum.
"Apa aku sudah mati?"
"Belum."
"Bagaimana aku bisa di sini?" tanya Lina heran.
Virgo mengedikkan bahunya tanda tak mengerti.
"Apa aku bisa pulang?"
"Bisa."
"Caranya?"
"Akan kutunjukkan setelah mengobati lukamu." Mereka memasuki bilik yang tidak terlalu besar.
Lina mendapati manusia bersisik dengan banyak ular di kepalanya. "Dia siapa?" tanya Lina.
"Dia penyembuh kami. Namanya Hydra. Berbaringlah dan lukamu akan sembuh!" perintah Virgo sembari menunjukkan tempat untuk Lina berbaring.
Hydra mendekati Lina dan ular-ular di kepalanya menjulur menyentuh tubuh Lina. Ia merasa sangat geli dan tak karuan. Bagaimana bisa ia bertemu dengan makhluk-makhluk aneh hanya dalam semalam. Ia ingin segera kembali ke rumahnya, berharap malam cepat berganti dengan pagi.
"Pejamkan matamu!" bisik Virgo.
Lina memejamkan matanya perlahan. Ia merasakan tubuhnya digelayuti ular-ular Hydra.
"Aaaargh ...!" teriakan histeris keluar dari mulut Lina kala merasakan gigitan di perutnya. Ia kesakitan bukan kepalang. Tak menyangka kalau ular-ular itu justru memakan tubuhnya.
"Aaaargh ...!" Lina terus berteriak memberontak, menangis histeris, menepiskan ular-ular yang menggerogoti tubuhnya.
"Lin ... Lina!"
"Lina!"
Lina membuka mata, napasnya tersengal, tubuhnya basah oleh keringat. Ia mendapati tubuhnya sudah berada di kamar.
Ibu memeluknya erat melihat Lina yang tidur sambil berteriak. "Kamu kenapa?"
"Aku mimpi buruk, Bu." Lina mengusap matanya yang basah.
"Kan, Ibu sudah bilang. Jangan tidur magrib. Kamu pasti mimpi yang aneh-aneh."
"Aku ketiduran, Bu."
"Kamu ngapain aja? Kok, bisa ketiduran?"
"Aku baca buku ini." Lina menyodorkan sebuah buku berjudul Horror Scope yang terlihat sudah berusia puluhan tahun. Buku setebal 2 inchi terlihat sangat antik. Ia mendapatkannya dari salah satu perpustakaan pribadi milik teman kuliahnya. Tulisan dan gambar-gambar timbul dalam buku itu, membuat Lina tertarik untuk membuka dan membacanya.
"Kamu ... ada-ada saja. Buku baca seperti ini. Sini!" Ayah Lina menarik buku itu dan melemparkannya ke luar jendela.
"Ayo, turun! Kita makan malam. Ibu sudah belikan makanan kesukaan kamu. Kebetulan ada Mella dan Nauri di bawah. Katanya, mereka akan menginap di sini."
"Ada Mella, Bu?" tanya Lina sumringah.
Ibu dan Ayah Lina menganggukkan kepalanya bersamaan.
"Alhamdulillah ...." Lina berlari secepatnya menghampiri dua sahabatnya dan memeluk mereka erat-erat.
Ayah dan Ibu Lina menggelengkan kepala melihat tingkah aneh puterinya itu.
Lina tersenyum memandangi mereka satu per satu.
"Aku bersyukur ... semua cuma mimpi," batinnya.
Sejak kejadian itu, ia tak berani lagi tidur di waktu senja. Terlebih lagi berada di dalam rumah seorang diri. Ia lebih memilih menginap di rumah Mella atau Nauri. Itu jauh lebih baik daripada harus berada di dalam rumah ditemani mimpi-mimpi aneh.
Insting Cantik Wanita Terlahir Sejak Dini
Source: pixabay.com |
Insting ingin terlihat cantik terjadi pada setiap wanita bahkan sejak usia dini.
Aku termasuk wanita yang jarang dandan. Terutama ketika di dalam rumah. Pikirku, dandan hanya ke acara-acara pesta undangan saja atau bepergian.
Setiap kali bepergian, aku sempatkan memoleskan lipstik dan bedak ala kadarnya. Hal ini terjadi diperhatikan oleh anakku yang baru berusia 2,5 tahun.
Diam-diam, dia sering menggunakan lipstik ibunya. Kurasa, ini menjadi salah satu hal yang wajar karena hampir setiap anak kecil senang bermain dengan lipstik.
Aku tidak pernah melarang atau memarahi anak ketika ia menggunakan barang-barang milik orang tuanya.
Biasanya, ada orang tua yang tidak mengizinkan anak menyentuh barang milik orang tuanya dengan alasan nanti rusak, kotor atau apa lah.
Aku justru memberikan pelajaran pada anakku, bagaimana menggunakan lipstik yang baik dan benar agar tidak celemotan. Memberitahu apa yang akan terjadi jika si anak menggunakan lipstik untuk mainan dan rusak, maka dia tidak akan bisa menggunakannya kembali. Hal ini, membuat si anak belajar bagaimana merawat dan menjaga barang yang ia gunakan.
Hingga suatu hari, aku melihat sendiri anakku bisa berdandan seorang diri. Usai menggunakan bedaknya sendiri, ia bergaya di depan kaca sembari memoles bibirnya menggunakan lipstik ibunya.
Terlihat sangat lucu, ia bergaya bak peragawati profesional atau beauty vlogger yang sedang kekinian.
Aku cekikikan sendiri melihat tingkahnya. Dan saat itu juga aku menyadari, kalau insting cantik seorang wanita itu sudah ada sejak lahir. Wanita selalu ingin terlihat cantik, itu sesuatu yang wajar. Bahkan banyak wanita yang rela merogoh kocek mahal hanya untuk sebuah perawatan kecantikan. Namun, cantik yang paling sempurna adalah cantik iman dan takwanya. Kalau cantik rupa di dunia, itu bonus dari Allah. Cantik rupa di dunia itu waktunya terbatas, hanya bertahan sekitar 50 tahun. Untuk itu, harus dipikirkan kembali jika kita mau merogoh kocek banyak hanya untuk sebuah operasi kecantikan. Lebih baik uangnya digunakan untuk bersedekah atau membantu orang-orang yang ada di sekitar kita.
Wednesday, February 20, 2019
5 Situs Marketplace Populer Yang Cocok Untuk Bisnis Anda
1. Bukalapak
Google Image |
Bukalapak merupakan hasil marketplace buatan anak negeri. Pendirinya ialah Achmad Zaky (Tahun 2010). Model bisnis ini juga mengusung konsep Consumer to Consumer ( C2C).
Awalnya, Bukalapak memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Terutama modus penipuan karena transaksi dilakukan langsung dari pedagang ke konsumen. Sehingga, menjadi kendala bagi beberapa konsumen yang berada di luar pulau.
Bukalapak terus berinovasi dan kini bisa dibilang menjadi salah satu marketplace terbaik dengan kredibilitas yang baik juga. Transaksi di Bukalapak dijamin aman karena kini setiap pembayaran menggunakan rekening resmi Bukalapak. Verifikasi pelapaknya pun sudah detil dan lengkap sehingga meminimalisir para oknum pedagang nakal yang membuat akun-akun palsu untuk penipuan. Pokoknya, belanja di Bukalapak aman dan nyaman. Juga banyak program-program seru berhadiah yang menarik minat konsumennya.
2. Shopee
logos.wikia.com |
Shopee menjadi salah satu marketplace favorite karena mengusung program gratis ongkir. Pengunjung Shopee naik signifikan dan membuat shopee menjadi salah satu marketplace favorite bagi para pembeli dan pedagang online. Gratis ongkir tentunya menjadi hal yang paling disukai oleh para pecinta online shop.
3. Tokopedia
Google Image |
Tokopedia merupakan salah satu marketplace favorite bagi beberapa pengguna. Alasannya, situsnya ringan ketika dibuka. Mudah mendapatkan akses barang. Menu yang ada juga tidak membingungkan. Pendaftaran sangat mudah dan aman. Aplikasi untuk penjual dan pembeli dibuat terpisah. Bagi para penjual online, upload foto di tokopedia sangat mudah karena bisa import foto langsung dari instagram. Sehingga akun marketplace dan akun media sosial bisa terkoneksi dengan baik. Sejak awal berdiri, Tokopedia berperan sebagai jembatan antara penjual dan pembeli. Penjual tidak akan menerima bayaran (pending dana) sebelum pembeli mengkonfirmasi bahwa barang sudah diterima dengan baik. Sehingga, Tokopedia merupakan tempat yang aman untuk transaksi jaul beli.
4. Lazada
Google Image |
Lazada merupakan perusahaan retail online yang menawarkan berbagai macam jenis produk mulai dari perlengkapan bayi hingga barang elektronik. Keunggulan dari Lazada sendiri, konsumen bisa COD dan mengecek barang terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran. Bagi para penggemar gadget / barang elektronik dan tidak mau repot pergi keluar rumah, Lazada bisa menjadi salah satu marketplace pilihan karena bisa mengecek kondisi barang di rumah.
5. Facebook Ads
Google Image |
Facebook Ads baru populer beberapa tahun terakhir ini. Facebook Ads merupakan bagian dari Facebook. Facebook yang merupakan platform media sosial, ikut menghadirkan marketplace di dalam platformya. Hal ini tentunya sangat efektif bagi para pengguna facebook karena rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan facebook. Menggunakan Facebook Ads dikenakan biaya sesuai dengan target pengunjung pada iklan kita. Semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka semakin banyak target pengunjung yang tercapai. Semakin berkembangnya media sosial Facebook, mereka juga terus berinovasi, berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik. Facebook yang awalnya adalah sosial media, lambat laun berubah menjadi platform marketplace rasa media sosial atau media sosial rasa marketplace.
Apa itu POV Dalam Cerita Fiksi?
Hai ... Goodwriters ...!
Om Igot!!! Di sini pasti para penulis hebat dan aku nggak tahu harus mulai dari mana buat nulis di sini.
Aku cuma mau cerita tentang POV. POV itu apa sih?
Aku juga bingung waktu pertama kali denger kata POV. Apaan sih itu? Aku nggak paham artinya apaan.
Setelah searching di internet, ternyata POV itu singkatan dari Point Of View yang artinya Sudut Pandang. Ya salam ...! Bisanya aku baru tahu istilah itu. Secara, aku belajar bahasa indonesia cuma di sekolah dan aku mengenalnya sebagai sudut pandang. Baru-baru ini aku dibuat bingung dengan istilah POV. Itu artinya ... bahasa inggris aku sangat buruk. Bisa dibilang, aku nggak ngerti bahasa inggris karena selama ini cuma belajar bahasa indonesia yang biasa-biasa saja. Belum menggunakan istilah bahasa indonesia yang baik dan benar.
Oke, pertama-tama aku mau jelasin soal Sudut Pandang (Point Of View) dalam menulis sebuah cerita.
Wait ...! Tulisan ini aku buat karena permintaan seseorang dan tidak bermaksud menggurui siapa pun atau sok pintar atau apalah. Aku juga masih belajar dan berharap tulisan ini bisa menjadi pengingat buat diriku sendiri.
Yang aku tahu sudut pandang adalah posisi penulis dalam sebuah cerita atau cara penulis memandang dan menceritakan kisahnya. Aku sendiri lebih paham ketika aku memaknai sudut pandang (POV) sebagai posisi penulis dalam sebuah cerita.
Pertama kali aku mengenal sudut pandang yakni kelas 3 SD. Karena saat itu aku diminta kepala sekolah untuk mengikuti lomba kepenulisan. Mau tak mau, suka tak suka, aku kudu belajar. Walau sebenarnya aku nggak paham. Aku baru benar-benar paham ketika aku duduk di bangku SMP.
Ada 3 jenis sudut pandang penulis:
- Sudut Pandang Orang Pertama, Pelaku Utama.
- Sudut Pandang Orang Pertama, Pelaku Sampingan.
- Sudut Pandang Orang Ketiga (Serba tahu).
Apa perlu dijelasin satu-satu soal POV ini?
Oke, aku coba jelasin aja walau sebenarnya nggak perlu-perlu banget. Aku rasa, ketiga sudut pandang itu sudah dipahami banyak orang.
- Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama (POV 1)
Kalau penulis memposisikan dirinya sebagai "Aku" dalam sebuah cerita, artinya penulis tidak akan bisa mengetahui bagaimana cerita kehidupan dari tokoh lain yang tidak berhubungan langsung dengan tokoh utama atau pun mengetahui isi hati dari tokoh lainnya.
Contoh cerita yang menggunakan POV 1 :
Aku berjalan menyusuri bukit yang dipenuhi padang ilalang. Perlahan-lahan kulangkahkan kaki di jalan setapak yang kiri dan kanannya dikelilingi ilalang yang sedang berbunga. Sesampainya di atas bukit, aku mendapati seseorang sedang duduk di atas batang kayu yang telah mati. Cowok berkaos biru itu langsung menyadari kedatanganku. Ia melempar senyum manis yang membuatku jadi salah tingkah. Ia bahkan tak henti menatapku dengan senyuman yang tak mampu aku artikan. Andai bisa kubaca hatinya, mungkin aku akan tahu bagaimana isi hatinya saat ini.
Kalimat yang harus dihindari dalam POV 1 adalah :
Aku berjalan menyusuri bukit yang dipenuhi padang ilalang. Perlahan-lahan kulangkahkan kaki di jalan setapak yang kiri dan kanannya dikelilingi ilalang yang sedang berbunga. Sesampainya di atas bukit, aku mendapati seseorang sedang duduk di atas batang kayu yang telah mati. Cowok berkaos biru itu langsung menyadari kedatanganku. Ia melempar senyum manis yang membuatku jadi salah tingkah. Ia tak henti menatapku sambil berkata dalam hati, "Kamu cantik sekali, setiap melihatmu ... aku merasa bahagia."
Kalimat yang aku tebalkan adalah kalimat yang harus kamu hindari ketika menggunakan POV 1 atau Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama. Karena, tidak seharusnya kamu mengetahui isi hati tokoh lain atau adegan apa pun yang tidak tertangkap oleh "Aku" sebagai tokoh utama.
2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan (POV 2)
Sudut pandang orang pertama, maksudnya adalah penulis memposisikan dirinya sebagai orang pertama yang bercerita. Pelaku sampingan adalah penulis menjadi tokoh sampingan dalam cerita tersebut. Biasanya, sudut pandang ini menggunakan kata "Kau" atau "Kamu" sebagai tokoh utama dan penulis sebagai pencerita. Artinya si penulis memposisikan dirinya sebagai sampingan (pencerita) kehidupan tokoh "Kamu" yang ada di dalam sebuah cerita.
Sudut pandang ini jarang digunakan oleh penulis karena sulit mendapatkan atau menggambarkan karakter dari tokoh tersebut.
Contoh cerita yang menggunakan POV 2:
Kamu duduk di sudut meja kafe sambil memandangi rintik hujan yang tak juga reda. Beberapa kali kamu melirik arloji di pergelangan tanganmu. Menunggu seseorang yang seharusnya sudah datang satu jam yang lalu. Kamu juga terlihat mengetuk-ngetuk meja untuk menetralisir rasa kesal yang hampir meluap dari dadamu. Seorang pelayan menghampirimu ketiga kalinya karena kamu belum juga memesan segelas kopi atau makanan lainnya.
Kalimat yang harus dihindari dalam POV 2 adalah penggunaan kata "aku". Karena penulis sedang menceritakan orang lain yang disebut "kamu". Jangan sampai penulis tiba-tiba masuk ke dalam cerita dengan penggunaan kata "Aku" karena kata tersebut digunakan pada sudut pandang orang pertama pelaku utama (POV 1).
3. Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)
Sudut pandang orang ketiga ( ini bukan pelakor lho ya!) atau sudut pandang serba tahu adalah sudut pandang lazim digunakan penulis untuk menceritakan dengan detil setiap adegan dan kejadian yang ada dalam cerita. Dalam sudut pandang ini, kita bisa menceritakan kehidupan beberapa tokoh sekaligus. Dalam sudut pandang ini, penulis berada dalam posisi sebagai pencerita yang serba tahu dan bukan sebagai tokoh utama maupun tokoh sampingan.
Contoh cerita yang menggunakan POV 3:
Anisa duduk di taman sekolah sambil membaca buku. Di telinganya terpasang earphone yang mengeluarkan musik-musik melow dari ponselnya. Sementara Hadi memandang Anisa dari kejauhan. Ia mengendap-ngendap mendekati Anisa yang tak menyadari kehadirannya karena sibuk dengan buku dan musiknya. Ketika tangan Hadi menyentuh bahu Anisa, Anisa terlonjak kaget dan mendengus kesal ke arah Hadi. Bukannya pergi menjauh, Hadi malah tertarik untuk menggoda Anisa. Akhirnya mereka saling kejar-kejaran seperti anak kecil, tak peduli dengan banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka.
Dalam POV 3 atau sudut pandang orang ketiga yang serba tahu, penulis bisa menceritakan atau menggambarkan isi hati dari masing-masing tokoh. Hal ini tidak bisa kita gunakan dalam POV 1 atau POV 2.
Kayaknya cukup sampai di sini aja deh penjelasan dari aku soal POV (Point of View) atau sudut pandang dalam menulis sebuah cerita.
Intinya adalah ... posisi penulis dalam cerita tersebut sebagai apa. Sebagai tokoh utama yang bercerita secara langsung tentang kehidupannya (POV 1), Sebagai orang sampingan yang menceritakan kehidupan tokoh utama (POV 2) atau sebagai pencerita yang serba tahu segalanya (POV 3).
Semoga tulisan ini mudah dimengerti buat kamu yang lagi belajar menulis atau sedang mencoba untuk belajar menulis cerita fiksi.
POV (Point of View) menjadi salah satu point penting dalam sebuah cerita setelah kita mendapatkan ide menulis cerita. Karena penggunaan POV yang tidak tepat bisa membuat cerita yang kita tulis menjadi rancu dan pastinya membingungkan pembaca.
Cerita yang menarik adalah cerita yang mudah dimengerti dan asyik untuk dibaca. Tidak hanya terpaku pada penggunaan kata baku dan tidak baku. Yang lebih penting adalah isi dari cerita dan pesan yang ditulis bisa sampai dan dimengerti dengan mudah oleh pembaca.
Demikian sedikit tulisan tentang POV (Point Of View) dari saya. Semoga bermanfaat ...!
Ditulis oleh Rin Muna
East Borneo, 15 Februari 2019
Friday, February 15, 2019
Cerpen | Demi Bisa Membaca
Kompasiana |
- Ditulis oleh Rin Muna untuk Kompasiana
- East Borneo, 13 Februari 2019
Friday, February 8, 2019
Banjir dan Si Tajir
Kompasiana |