Hari ini ... aku ingin berbagi kisah.
Bukan untuk mengharapkan rasa iba atau kasihan dari kalian.
Tapi ... karena aku ingin tulisanku ini bisa menjadikan pelajaran hidup bagi kita.
Siapa sih sosok yang ada di foto ini?
Sosok ini bukanlah orang lain bagiku. Dia adalah seorang kakek
yang begitu baik. Tidak pernah marah, tidak pernah menghakimi cucu-cucunya saat
bersalah.
Aku ingin ... kisah dia abadi. Kelak, mungkin anak-anakku akan
membaca tulisan ini.
Dia adalah sosok yang baik. Sayangnya, ia bernasib malang.
Tidak sebaik seperti yang lainnya. Di usianya yang senja, dia hidup dalam
sebuah penyesalan besar. Sebuah penyesalan di masa lalu karena dia tidak pernah
bersekolah. Sehingga, ia kerap dimanfaatkan oleh orang lain. Semua harta yang
ia miliki sudah habis karena ia tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk
menjaganya.
Penyesalan terbesarnya bukan karena kehilangan harta. Tapi
karena dia tidak pernah merasakan apa itu “Belajar”. Saat masih kecil, kedua
orang tuanya sudah tiada. Sementara, adiknya pun masih kecil. Demi merawat dan
menjaga adiknya, dia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Ada banyak pilihan dalam hidup, tapi juga ada orang yang tidak
memiliki pilihan. Harus tetap menjalani kesulitan tanpa harus dihadapkan pada
pilihan. Sebab itu, bersyukurlah jika kalian masih memiliki pilihan dalam hidup
kalian. Sebab, sebagian orang tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih.
Hanya dihadapkan pada satu hal yang harus mereka terima meski itu sangat pahit.
Sejak tahun 2004, kakekku sudah mengalami gangguan psikis
karena penyesalan yang ia alami. Hingga saat ini, fisiknya masih sehat. Hanya
saja, pemikirannya tidak lagi sehat. Dia setres dan kondisi telinganya sudah
tunarungu karena usianya memang sudah tua.
Setiap hari ... dia selalu merasa sedih karena penyesalan
dalam hidupnya. Setiap hari dia akan mengomel karena keadaan keluarganya yang
tidak layak seperti lainnya.
Terkadang, menjadi pendengarnya setiap hari cukup setres.
Kenapa? Karena aku juga tidak bisa melakukan sesuatu. Aku hanya seorang ibu
rumah tangga biasa. Tidak bisa mengubah hidupku dengan mudah.
Penyesalan di masa tuanya ... menusuk hatiku dan memberikan
aku pelajaran berharga. Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan ilmu, sementara
aku hanya tinggal di pelosok desa. Minim pendidikan, minim akses transportasi
dan informasi.
Mungkin, yang membuat kakekku menyesal adalah ... dia melihat
dengan nyata bagaimana zaman itu berubah. Sementara, dia tidak pernah bisa
berubah. Menyakitkan ketika orang lain bisa mendapatkan sesuatu yang lebih. Sementara
ia hanya duduk saja. Tak memiliki kemampuan apa pun. Ingin belajar pun, sudah
terlambat.
Salah satu alasanku membuka rumah baca adalah ini ... aku
tidak ingin, generasi muda merasakan hidup dalam penyesalan. Penyesalan bukan
karena tidak memiliki harta, tapi karena tidak memiliki ilmu yang bermanfaat.
Aku khawatir, ini akan terjadi pada anak-anakku di masa yang
akan datang. Oleh sebab itu, aku ingin mengabadikan kisah ini. Supaya bisa
dijadikan pelajaran bahwa usia muda seharusnya digunakan untuk belajar. Belajar
apa pun itu. Bisa dimulai dari buku. Buku apa pun itu.
Sebab, semua buku adalah ilmu.
Ilmu bisa kita dapatkan dari mana saja dan di mana saja. Jika
tidak bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. Cukup hanya bisa bergelar SM
(Sarjana Masyarakat), maka kita harus banyak belajar dari buku. Ada milyaran
buku di dunia ini. Ada bilyunan tulisan di dunia ini. Jika kamu tidak bisa
memanfaatkan waktumu dengan baik. Maka, kamu akan merasakan bagaimana dunia
begitu kejam terhadapmu. Tidak ada kompromi, tidak ada toleransi. Hukum alam
akan menyeleksi manusia-manusia yang bisa bertahan hidup dengan baik atau
tidak.
Siapa yang tidak ingin hidup dengan baik? Semua orang ingin merasakan
hidup layak. Punya pekerjaan yang baik. Punya masa depan yang baik. Hidup bahagia
dengan keluarga, bisa menikmati liburan.
Semua orang ingin hidupnya lebih baik. Sama denganku. Aku juga
ingin merasakan itu semua.
Aku tidak minta banyak. Aku hanya tidak ingin kakek-nenek dan
kedua orang tuaku tidak merasakan bekerja di usia senjanya. Aku bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga. Walau sampai saat ini, aku belum bisa membuat
orang tuaku benar-benar bersantai. Mereka masih pergi ke sawah setiap hari.
Itulah sebabnya, aku ingin sekali bisa bekerja keras agar kedua
orang tua dan kakekku bisa bersantai.
Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kakekku. Membuktikan
bahwa aku bisa membawa keluarga dari kemiskinan. Membuatnya bangga dan menghilangkan
rasa penyesalan dalam hidupnya.
Tapi sampai saat ini, dia masih tidak bisa menghapus rasa penyesalan
dalam hatinya meski aku sudah berusaha keras membuatkan sebuah rumah yang layak
dari hasil menulis novel.
Meski sudah berusaha keras untuk melegakan hatinya agar tidak
hidup dalam penyesalan, pad akhirnya, tetap menyisakan penyesalan dalam
hatinya.
Oleh sebab itu ...
Perbanyaklah belajar di usia mudamu. Agar usia tuamu tidak diselimuti
rasa penyesalan. Nasehat yang pernah ada di buku sekolah, itu sungguh ada di
dunia nyata. Penyesalan di msa tua, benar-benar akhir hidup yang menyakitkan.
Sebab, kamu akan menyaksikan bagaimana zaman berubah. Kamu akan merasakan bagaimana
waktumu begitu singkat dan tidak ada satu hal pun yang kamu bis tinggalkan
untuk anak cucumu di masa depan.
Semoga tulisan ini ... membuat kita belajar, belajar dan
belajar.
Salam hangat,
@rin.muna