Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Thursday, March 13, 2025

Perfect Hero Bab 182 : Ice Cream Full Love

 


“Nonton apaan?” tanya Yeriko sambil menghampiri Yuna yang sedang menatap layar ponsel sambil duduk santai di sofa.

 

“Video kita konferensi pers tadi siang,” jawab Yuna sambil tersenyum.

 

“Oh.” Yeriko duduk di samping Yuna sambil menyalakan rokoknya.

 

“Kamu ganteng banget sih?” tutur Yuna sambil tertawa kecil menatap layar ponselnya.

 

“Baru sadar kalo suami kamu ganteng?”

 

“Udah sadar dari dulu,” jawab Yuna. “Lihat!” Yuna mendekatkan layar ponselnya ke wajah Yeriko. “Ternyata, di kamera aku imut banget ya?”

 

Yeriko tersenyum kecil sambil merengkuh kepala Yuna dan mengecup ujung kepala Yuna.

 

Yuna menengadahkan kepalanya menatap Yeriko. “Makasih  ya! Udah bersihkan namaku.”

 

“Udah tugasku sebagai suami,” jawab Yeriko sambil tersenyum. Ia langsung mengecup bibir Yuna.

 

Yuna tersenyum. Ia balas mengecup bibir Yeriko berkali-kali.

 

Yeriko meletakkan rokoknya ke atas meja dan langsung mendorong tubuh Yuna jatuh ke sofa. Ia menekan tubuh istrinya dan menghisap kuat bibir Yuna hingga dada istrinya itu menegang. Yeriko mengendus perlahan leher Yuna dan memainkan bibirnya di dada Yuna yang putih mulus dan kenyal bak telur rebus.

 

“Yer ...!” panggil Yuna sambil menangkup wajah Yeriko dengan kedua telapak tangannya.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko sambil menatap wajah Yuna.

 

“Kamu sadar nggak, kita lagi di ruang tamu.”

 

“Emang kenapa?”

 

“Nggak enak kalo dilihat sama Bibi,” jawab Yuna.

 

“Biar aja,” sahut Yeriko sambil memainkan hidungnya di dada Yuna.

 

“Iih ... kamu ini.” Yuna menarik rahang Yeriko dan menatap wajah Yeriko sambil memonyongkan bibirnya.

 

Yeriko tersenyum dan langsung mengecup bibir Yuna.

 

“Mmh ... aku pengen makan ice cream,” tutur Yuna.

 

Yeriko mengernyitkan dahi. “Ice cream?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

 

Yeriko bangkit dari tubuh Yuna. Ia menarik lengan Yuna untuk bangkit. “Ayo!”

 

“Ke mana?”

 

“Ke kedai ice cream.”

 

“Oke,” sahut Yuna ceria. “Aku ganti baju dulu.”

 

“Nggak usah. Pake itu aja!” perintah Yeriko.

 

“Eh!?” Yuna menatap tubuhnya sendiri yang hanya mengenakan piyama pendek. “Nggak papa pake ini? Ntar dikira orang aku mau tidur di sana.”

 

Yeriko tertawa kecil. “Emang mau tidur. Setelah makan ice cream,” sahut Yeriko.

 

Yuna memonyongkan bibirnya.

 

“Kenapa masih diam? Mau makan ice cream atau nggak?”

 

“Mau!” sahut Yuna.

 

“Ayo!” ajak Yeriko sambil melangkah ke luar.

 

Yuna tersenyum riang. Ia langsung melompat ke punggung Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil memutar kepalanya menatap Yuna yang sudah naik ke punggungnya.

 

Yuna tersenyum sambil memainkan matanya. Ia menguatkan pegangan tangannya dan melingkarkan kakinya ke pinggang Yeriko.

 

“Ternyata aku punya anak bayi,” celetuk Yeriko sambil menggendong Yuna. Ia tak menyangka kalau hidupnya bisa berubah dalam waktu yang begitu singkat.

 

Yeriko sangat membenci gadis manja dan merepotkan. Tapi, sejak mengenal Yuna dalam hidupnya. Ia justru menyukai sifat Yuna yang manja dan bising. Setiap hari, ia justru merindukan teriakan-teriakan Yuna. Rumahnya yang biasa tenang dan monoton, tiba-tiba menjadi ramai dan berwarna hanya karena Ayuna.

 

Beberapa menit kemudian, mereka sudah duduk bersama sambil menikmati ice cream di tempat favorite mereka.

 

“Yer, besok aku mau ambil barang-barangku di kantor Lian sekalian pamitan. Kamu bisa temenin aku?” tanya Yuna sambil menikmati ice cream yang sudah ia pesan.

 

“Besok?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Bisa,” jawab Yeriko sambil tersenyum.

 

“Makasih!” tutur Yuna sambil tersenyum manja.

 

“Gimana Lian? Dia nggak pernah gangguin kamu?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Mana berani dia gangguin aku. Ada satpam yang jagain dia dua puluh empat jam.”

 

“Oh ya?”

 

“Si Bellina,” tutur Yuna sambil tertawa.

 

“Beneran sampe kayak gitu?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Saking cintanya sama Lian. Takut Lian kepincut sama cewek lain.”

 

“Kenapa kamu nggak kayak gitu?”

 

“Eh!? Maksudnya?”

 

“Kamu nggak pernah jagain suami kamu. Nggak cinta?”

 

“Cinta, dong. Tapi nggak segitunya juga. Kalo kayak Bellina itu udah super overprotective banget!”

 

“Bukannya dia ngelakuin itu karena takut kehilangan Lian?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Kamu nggak takut kehilangan aku?”

 

Yuna langsung menatap wajah Yeriko. “Kamu ini ... lagi ngiri sama hubungan mereka?” tanya Yuna menggoda.

 

“Nggak ngiri. Cuma pengen tahu aja kenapa kamu nggak takut kehilangan aku. Apa kamu ...?”

 

“Aku juga takut,” sahut Yuna. “Kamu pikir, aku nggak takut saat Refi muncul di kehidupan kamu lagi? Aku takut banget tersingkir dari hati kamu setelah ada dia. Dia cantik, kaya, berbakat dan terkenal. Aku nggak ada apa-apanya kalo dibandingkan sama dia. Terlebih, kalian sudah lama saling mengenal. Aku takut banget saat itu. Tapi, aku percaya sama kamu. Kamu nggak akan ninggalin aku. Bener kan?”

 

Yeriko tersenyum sambil menatap Yuna.

 

“Yer, hal yang paling menakutkan dalam hidupku adalah ... saat kamu berhenti mencintaiku,” tutur Yuna dengan mata berkaca-kaca.

 

“Itu nggak akan terjadi,” sahut Yeriko sambil mengusap mata Yuna yang basah menggunakan jemari tangannya.

 

Yuna tersenyum sambil mengusap air matanya. “Aku cengeng ya?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Maaf, aku selalu jadi istri yang merepotkan.”

 

Yeriko menarik napas sambil menatap wajah Yuna. “Sorry! Awalnya aku emang nggak suka cewek ribet. Entah kenapa, semakin hari aku menyukai keribetan dan keributan yang kamu buat. Kamu udah berhasil mengubah hidupku tanpa aku menyadarinya.”

 

Yuna menatap Yeriko penuh cinta. “Kamu juga udah banyak ngerubah hidupku. Aku pikir, nggak akan pernah nemuin kebahagiaan. Tapi semenjak kenal kamu. Aku selalu bahagia setiap hari.”

 

“Baguslah. Aku cuma mau lihat senyum kamu setiap hari. Ke depannya, kita akan melewati hal yang lebih sulit lagi. Aku harap, kamu bisa menerimanya dengan baik dan tetap percaya sama aku.”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Kamu percaya sama aku kan?” tanya Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Oh ya, besok kita jenguk ayah kamu kalo kita udah keluar dari kantor kamu. Gimana?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Aku juga kangen sama Ayah.”

 

Yeriko tersenyum menatap wajah Yuna yang begitu ceria menikmati ice cream di hadapannya.

 

“Mau jenguk Refi sekalian?” tanya Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Kondisinya dia gimana setelah konferensi pers? Apa nggak berbahaya buat mentalnya?”

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Kenapa kamu masih peduli sama musuh kamu sendiri?” tanya Yeriko sambil mengernyitkan dahinya.

 

“Aku cuma khawatir aja. Katanya, kondisi psikis dia bisa mempengaruhi proses pengobatannya. Kalo dia baik-baik aja, harusnya bisa cepat pulih kan? Kalo dia cepet pulih, dia nggak perlu nempel ke kamu lagi,” jelas Yuna sambil memainkan sendok ice cream-nya.

 

“Kamu cemburu?”

 

Yuna mengangguk. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Baginya, Refi seperti duri dalam hubungan mereka.

 

Yeriko mengelus kepala Yuna. “Yun, aku nggak mudah buat nerima orang lain masuk ke dalam hidupku. Sekali kamu masuk, kamu nggak akan pernah bisa keluar lagi. Percayalah! Aku cuma cinta sama kamu. Nggak ada yang lain.”

 

Yuna menatap wajah Yeriko penuh kehangatan. Ia tak tahu harus mengungkapkan kebahagiaannya dengan kata apa yang paling tepat. Cinta, bahagia atau sebuah harapan? Ia mengecup pipi Yeriko tanpa permisi, sama seperti perasaan cintanya yang tiba-tiba sudah tumbuh begitu baik tanpa ia tahu kapan benih-benih cinta itu tertanam dalam hatinya.

 

“Bibir kamu dingin banget?” tutur Yeriko.

 

“Makan ice cream. Pasti dingin. Emangnya  bibir kamu nggak dingin?”

 

“Dingin banget. Makanya, kamu harus tanggung jawab!”

 

“Tanggung jawab apa?”

 

“Jam segini ngajak makan ice cream. Sampe rumah harus hangatin aku!”

 

Yuna meringis sambil menatap Yeriko. “Siap, Bos!” sahutnya sambil mengangkat tangan kanannya ke atas kepala.

 

Yeriko tersenyum kecil dan langsung mengecup bibir Yuna.

 

“Eh, banyak orang!” seru Yuna berbisik.

 

“Biar aja,” sahut Yeriko sambil merengkuh kepala Yuna ke dadanya. Mereka tertawa bahagia.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas