Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, March 12, 2025

Perfect Hero Bab 181 : Jodoh untuk Andre

 


Andre menatap layar ponsel sambil berdiri di depan jendela ruang kerjanya. Konferensi pers yang sedang ditonton membuatnya lega sekaligus kesal. Ia sangat lega karena Yuna bisa menjalani hari-harinya dengan tenang. Walau, ia masih belum bisa merelakan Yuna sepenuhnya.

 

Di saat krisis kepercayaan melanda Galaxy Group, saham perusahaan tersebut justru melejit.

 

“Kenapa aku selalu kalah sama kamu?” gumam Andre sambil menatap pemandangan kota dari jendela. “Aku nggak bisa menangin Yuna, juga nggak bisa menangin bisnis.” Ia berbalik dan melangkah menuju sofa yang ada di ruang kerjanya.

 

Andre menuangkan minuman ke dalam gelas dan menenggaknya perlahan.

 

Drrt ... Drrt ... Drrt ...

 

Ponsel Andre berdering. Ia menatap layar ponsel dan langsung menjawab telepon.

 

“Ma, tumben nelpon. Ada apa?”

 

“Yulia udah sampai di sana?” sahut wanita yang ada di ujung telepon.

 

Andre langsung menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya. “Uhuk ... uhuk ...!” Ia menarik beberapa tisu dan langsung mengelap wajahnya yang basah. “Yulia!?”

 

“Iya. Mama suruh Yulia ke sana buat nemuin kamu. Dia belum nyampe di apartemen?”

 

“Apartemen? Ma, aku di kantor.”

 

“Oh. Harusnya, dia udah sampai di apartemen kamu.”

 

“Apa!? Mama kirim dia ke sini buat apa?” seru Andre.

 

“Buat nemenin kamu. Lagian, Yulia itu kan pinter. Dia bisa bantu kerjaan kamu di sana. Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau di sana punya saingan berat dan belum bisa menangani. Yulia, pasti bisa bantu kamu.”

 

“Aduh, Ma. Ini nggak membantu. Malah bikin aku pusing!” sahut Andre.

 

“Ndre, kata orang jawa, witing tresno jalaran soko kulino. Kalo Yulia di sana, kalian bisa lebih sering ketemu.”

 

“Ma, aku udah bilang kalo aku nggak suka sama Yulia. Kenapa Mama masih mau jodohin aku sama dia?”

 

“Ndre, kamu itu udah dewasa. Udah waktunya berkeluarga. Sampai sekarang, kamu belum juga bawain calon menantu buat Mama. Yulia, perempuan yang paling cocok dampingi kamu. Dia cantik, baik dan pandai berbisnis. Keluarga kita juga sudah saling mengenal dengan baik.”

 

“Aku tahu itu, Ma. Tapi aku nggak cinta sama Yulia. Kenapa masih aja maksain aku sama dia?”

 

“Cinta itu bisa ditanam dan tumbuh setelah kalian menikah nanti.”

 

“Ma ...!” Andre merengek manja. “Kasih aku kesempatan lagi buat dapetin cewek yang aku cintai!”

 

“Mama udah bosan denger alasan kamu ini. Kalo kamu nggak mau nikah sama Yulia. Kamu bakal kehilangan posisi kamu sebagai CEO di Amora!”

 

“Mama ngancam aku?”

 

“Kamu pikirin baik-baik! Dia pasti lagi nunggu kamu di apartemen. Mama nggak mau denger hal buruk soal hubungan kalian. Kamu nggak mikirin kesehatan Papa kamu?”

 

“Oke. Oke. Aku turuti mau kalian. Tapi jangan suruh Yulia tinggal di apartemen aku, Ma. Dia kan bisa tinggal sama orang tuanya.”

 

“Dia datang dari Jakarta buat bantuin bisnis kamu. Rumah orang tuanya jauh dari kantor kamu. Kalo dia tinggal di rumah orang tuanya, bakalan telat masuk kantor.”

 

“Mama masukin dia ke perusahaan kita?”

 

“He-em.”

 

“Astaga, Mama!” seru Andre geram.

 

“Kenapa? Bukannya bagus kalo dia bantuin bisnis kamu?”

 

Andre menarik napas dalam-dalam. “Mama nyuruh dia tinggal di apartemen aku dan kerja di sini juga? Mama tahu nggak, orang kalo keseringan ketemu malah gampang bosan. Aku sewain apartemen lain buat dia.”

 

“Ndre, bisnis kamu lagi nggak stabil. Kalo kamu sewa apartemen lagi, apa nggak terlalu boros? Lagipula, apartemen kamu itu kan luas. Masih lega banget kalo ditinggali kalian berdua.”

 

“Mama niat banget ngejodohin orang. Cowok sama cewek kalo tinggal bareng itu nggak baik, Ma. Kalo terjadi hal-hal yang nggak diinginkan gimana? Aku ini cowok normal, Ma. Kalau aku khilaf gimana?”

 

“Bagus kan? Artinya, hubungan kalian selangkah lebih maju. Jadi, bisa secepatnya menikah.”

 

Andre memutar bola matanya. “Mama berpikir terlalu jauh.”

 

“Mama Cuma mikirin masa depan kamu. Udah cukup dewasa, udah mapan, udah saatnya berkeluarga.”

 

“Sempat-sempatnya Mama mikir sejauh itu. Mama lagi nggak ada kerjaan?”

 

“Nggak ada.”

 

“Nggak ada arisan?” tanya Andre.

 

“Nggak ada, sih.”

 

“Papa udah minum obat?” tanya Andre. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan.

 

“Udah. Kamu mulai ngeles ya?”

 

“Ngeles apaan?”

 

“Kamu pikir, Mama nggak tahu kalo lagi mengalihkan pembicaraan.”

 

“Nggak gitu, Ma. Emangnya salah kalo aku perhatiin Papa?”

 

“Papa kamu baik-baik aja. Soal Yulia belum kelar. Kamu ke apartemen sekarang juga!”

 

“Iya, Ma. Iya.” Andre geram dan langsung mematikan panggilan teleponnya.

 

“Ini cewek, ngapain sih muncul di saat kayak gini?” Ia bangkit dan bergegas keluar dari ruang kerjanya.

 

Beberapa menit kemudian, Andre sudah tiba di apartemen dan mendapati Yulia ada di dalamnya.

 

“Kamu bisa masuk apartemenku? Kamu tahu sandinya?”

 

Yulia mengangguk. “Mama kamu yang kasih tahu.”

 

“Astaga, Mama!” maki Andre.

 

“Aku udah siapin makan siang buat kamu. Kita makan siang bareng, gimana?”

 

Andre langsung duduk di meja makan. “Kenapa nggak kabarin aku dulu kalo kamu mau ke sini?”

 

“Mau ngasih kejutan.”

 

“Kejutan?”

 

Yulia menganggukkan kepala. “Bilang Mama kamu, bisnis kamu lagi ada masalah? Dia khusus minta aku buat bantuin bisnis kamu.”

 

Andre menggelengkan kepala. “Bisnisku baik-baik aja. Mama yang ngada-ngada.”

 

“Eh!? Tapi ...” Yulia menatap wajah Andre yang dingin, Ia duduk di hadapan Andre sambil menatap pria yang berbicara dengannya.

 

“Kamu mau tinggal di sini?” sela Andre.

 

Yulia mengangguk. “Tante yang nyuruh aku tinggal di sini.”

 

“Aku sewain satu apartemen lagi buat kamu. Kita nggak perlu tinggal serumah.”

 

“Tapi ...”

 

“Satu lagi. Kamu jangan selalu ngadu ke Mamaku soal hubungan kita!” pinta Andre. “Dia nggak akan tahu kamu tinggal di apartemen lain, selama kamu nggak ngomong ke dia.”

 

Yulia menggigit bibirnya, ia mengangguk perlahan. “Makan dulu!” pintanya.

 

Andre tersenyum kecil sambil menatap Yulia. Sebenarnya, tak ada yang salah dengan hubungan mereka. Ia hanya tak ingin memberikan begitu banyak harapan pada Yulia. Di hatinya, ia masih tak bisa melepaskan Yuna begitu saja.

 

“Kamu boleh lakuin apa aja di sini. Tapi aku nggak izinin kamu nginap di sini.”

 

Yulia tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia menyadari kalau dirinya belum bisa mengambil hati Andre. Mereka memang dijodohkan oleh keluarga, namun ia sendiri tak bisa memungkiri kalau ia mulai mengagumi Andre seiring waktu yang telah mereka habiskan bersama.

 

“Kamu mau balik ke kantor lagi?” tanya Yulia.

 

Andre menganggukkan kepala.

 

“Mmh ... abis pulang kerja. Bisa temenin aku jalan-jalan?”

 

Andre langsung menatap wajah Yulia.

 

Yulia tersenyum manis ke arah Andre. Ia berharap, Andre bisa meluangkan waktu untuknya.

 

Andre menghela napas. “Oke.” Ia tidak tega menolak permintaan Yulia.

 

Yulia tersenyum manis. “Makasih!”

 

Andre mengangguk kecil. Usai menghabiskan makan siangnya, ia bergegas kembali ke tempat kerjanya. Ia tidak menginginkan Yulia masuk dalam kehidupannya. Dalam hatinya, hanya ada Ayuna. Gadis kecil yang tak pernah bisa ia lupakan meski dipisah waktu dan jarak.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas