Yeriko menatap semua wartawan yang ada di hadapannya. “Buat
rekan-rekan wartawan, konferensi pers akan kita mulai lima belas menit lagi.
Silakan bersiap-siap. Semua pertanyaan kalian, akan kami jawab saat konferensi
pers!” pinta Yeriko.
“Baik!” Semua wartawan mengangguk, mereka bergegas menuju
ruangan yang telah dipersiapkan untuk konferensi pers.
“Yan, tolong bawa Refi!” pinta Yeriko pada Riyan yang
berdiri tak jauh darinya.
“Baik, Pak Bos!” Riyan langsung menghampiri Refi dan
mendorong kursi rodanya menuju ruang konferensi pers.
Refi terus menoleh ke arah Yeriko dengan mata berkaca-kaca.
Ia tak menyangka kalau semua usahanya telah gagal. Bukannya membuat hubungan
Yuna dan Yeri berantakan, keduanya justru terlihat semakin mesra.
Yuna dan Yeriko saling pandang, mereka tersenyum dan
melangkah sambil bergandengan tangan.
Lima belas menit kemudian, semua telah bersiap untuk
konferensi pers. Yeriko duduk di antara Yuna dan Refi. Rullyta juga ikut hadir,
ia duduk di sebelah Yuna.
“Selamat pagi teman-teman wartawan semuanya!” sapa Pak
Bagio, PR Manager yang duduk di samping Refi. “Perkenalkan, nama saya Subagio,
kalian bisa panggil saya Pak Bagio. Mungkin ada beberapa temen wartawan yang
udah nggak asing lagi dengan saya.” Pak Bagio membuka pembicaraan.
“Kalian semua tahu rumor yang tersebar tentang pimpinan
tertinggi di perusahaan kami. Kali ini, kami menghadirkan beliau di
tengah-tengah kalian untuk mengklarifikasi rumor yang beredar. Kalian bisa
mengajukan pertanyaan ke beliau. Poin pentingnya saja. Waktu beliau tidak
banyak. Jangan mengajukan pertanyaan yang bertele-tele! Satu orang, satu
pertanyaan. Bisa?” pinta Pak Bagio.
Semua wartawan saling pandang. Awalnya, mereka keberatan,
namun mereka tak punya pilihan lain lagi.
Yeriko tersenyum menatap semua wartawan yang ada di
hadapannya. “Selamat pagi semuanya!” sapa Yeriko sambil tersenyum ramah.
“Pagi ...!” balas semua orang yang ada di ruangan tersebut.
“Pak Bagio, langsung saya ambil alih ya!” pinta Yeriko.
“Waktu kami nggak banyak. Perkenalkan, nama saya Yeriko Sanjaya Hadikusuma.
Yang di ujung sana, ibu saya, Rullyta Fitria Hadikusuma. Wanita yang ada di
samping saya ini ...” Yeriko menatap Yuna penuh kehangatan. “Fristi Ayuna
Linandar, wanita yang saya nikahi secara sah lima bulan yang lalu.”
Semua orang yang ada ruangan tersebut tersenyum menatap
Yeriko dan Yuna yang saling bertatapan begitu mesra.
“Mmh ... wanita yang ada di sebelah kiri saya ini ...
kalian sudah sangat mengenal dia siapa. Tidak perlu saya perkenalkan lagi.”
Refi tersenyum kecut menatap semua wartawan yang ada di
ruangan tersebut.
“Kalian sudah bisa ajukan pertanyaan satu persatu.” Yeriko
mempersilakan wartawan untuk mulai mengajukan pertanyaan.
“Pak, apa benar kalau hubungan Pak Yeri dan Refina retak
karena orang ketiga?”
“Nggak bener,” jawab Yeriko singkat.
“Lalu, apa yang sebenarnya menjadi penyebab hubungan kalian
retak?”
Yeriko tersenyum sambil menoleh ke arah Refi sejenak. “Dia
yang ninggalin saya ke Paris untuk mengejar impiannya.”
“Mbak Refi, apa benar yang dikatakan Pak Yeri?”
Refi hanya tersenyum kecut menanggapi pertanyaan wartawan.
Ia tidak dapat mengelak ucapan Yeriko.
“Pak, masih ada pertanyaan besar dalam diri kami. Hubungan
Pak Yeri dan Refina tidak pernah terekspose selama ini. Kenapa, tiba-tiba
menjadi viral dengan skandal orang ketiga di antara kalian? Sebenarnya,
hubungan Pak Yeri dan Refina terjalin sejak kapan?”
“Kami berteman baik sejak masih SMA. Baru menjalin hubungan
setahun terakhir sebelum dia pergi ke Paris.”
“Kalau gitu, rumor bahwa istri Anda sebagai orang ketiga
itu tidak benar?”
Yeriko menggelengkan kepala. “Saat kami berpisah, saya
belum mengenal istri saya ini.”
“Saya mau mengajukan pertanyaan untuk Mbak Yuna. Berita
yang beredar, Anda mengancam Refina untuk melompat dari atas gedung. Apa itu
benar?”
Yuna menggelengkan kepalanya.
“Istriku bukan orang yang seperti itu,” sela Yeri. “Bahkan,
dia yang meminta saya untuk sering menjenguk Refi yang lagi sakit. Saya rasa,
dia nggak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”
Wartawan yang hadir mengangguk-anggukkan kepala.
“Jadi, berita yang tersebar di media itu nggak bener?”
“Sangat tidak benar,” sahut Yeriko.
“Oh ya, soal skandal istri Anda dengan laki-laki lain, apa
itu benar?”
Yeriko tertawa kecil. “Laki-laki yang ada di foto itu, saya
sangat mengenalnya. Dia adalah sahabat istri saya sejak mereka masih kecil.”
“Jadi, gosip yang beredar memang nggak bener?”
“Nggak bener,” jawab Yeriko.
“Mbak Refi, kalau semua pernyataan Mbak Refi dibantah oleh
Pak Yeri. Lalu, mana pernyataan yang benar? Pernyataan Mbak Refi atau Pak
Yeri?” tanya wartawan lagi.
“Mmh ...” Refi memutar bola mata sambil menggigit bibirnya.
“Kalian seharusnya sudah bisa menilai sendiri,” sahut
Yeriko.
“Pak Ye, apa yang membuat Anda lebih memilih menikahi
Ayuna?”
“Karena mencintai dia.”
“Pak Ye, dua orang wanita yang ada di sebelah Anda sangat
cantik. Andai belum menikah, Anda pilih yang mana?”
“Saya tetap pilih Ayuna,” jawab Yeriko sambil tersenyum
hangat.
Semua jawaban singkat yang keluar dari mulut Yeriko membuat
Refi semakin kesal.Yeriko dan Refi terlihat sangat tenang. Jika ia banyak
bicara, itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.
“Wah, Pak Ye orang yang sangat jujur dan apa adanya. Lalu,
bagaimana dengan hubungaN Anda dan Refina saat ini?”
“Kami berteman saja,” jawab Yeriko santai.
“Pak Ye, Anda dan Refi saling mengenal cukup lama. Apakah
masih ada perasaan cinta untuk Refina sampai saat ini?” tanya wartawan lagi.
Yeriko tersenyum menatap semua orang yang ada di
hadapannya. Ia menoleh ke arah Yuna yang duduk di sampingnya. Menatapnya penuh
kehangatan. Lengannya perlahan melingkar di pinggang Yuna.
Di hadapan semua orang, Yeriko mencium bibir istrinya penuh
cinta. Kemesraan yang ia tunjukkan adalah jawaban yang paling tepat untuk
menunjukkan pada dunia bahwa Yuna adalah satu-satunya wanita yang ia cintai.
“Aargh ...! Romantis banget!” seru salah seorang
jurnalis wanita yang ada di ruangan tersebut.
Refi makin kesal melihat Yeriko yang memamerkan
kemesraannya di hadapan semua orang. Hatinya sangat sakit melihat keduanya
menjadi pusat perhatian banyak orang.
“Ternyata, Pak Yeriko adalah pria penyayang istri,” celetuk
salah seorang wartawan.
Rullyta tersenyum melihat kemesraan Yeriko dan Yuna. Ia
melirik ke arah Refi yang terlihat sangat buruk. Ia harap, hal ini bisa membuat
Refi menyerah mengejar cinta Yeriko.
“Mbak Yuna, kasih komentar, dong!”
“Eh!? Komentar apa? Semua pertanyaan udah dijawab sama
suamiku,” sahut Yuna sambil tersenyum manis.
“Ah, senyumnya manis banget!” puji salah seorang wartawan.
“Bu Rully, kasih tanggapan, dong!”
“Saya?” Rullyta tertawa kecil. “Saya adalah seorang mama
yang akan mendukung apa pun langkah baik anak saya. Yuna adalah wanita terbaik
pilihannya dan keluarga kami sangat menyayangi menantu kami seperti anak
sendiri.”
“Wah ...! Keluarga yang harmonis!” celetuk salah seorang
wartawan.
“Masih ada pertanyaan lagi?” tanya Yeriko sambil melihat
arloji di tangannya.
“Saya, Pak.” Seorang wartawan wanita berdiri. “Rumor yang
beredar di luar cukup lama, kenapa Anda baru muncul sekarang untuk
mengklarifikasi hal ini?”
Yeriko tersenyum kecil. Matanya tertuju pada Deny yang ada
di antara wartawan itu. “Karena saya harus mengumpulkan banyak bukti terlebih
dahulu untuk menghukum orang yang telah berani bermain di belakang kasus ini,”
tutur Yeriko dingin.
Deny menyadari tatapan mata Yeriko yang bersiap menerkam
dirinya. Ia bangkit dari tempat duduk dan melangkah pergi. Namun, langkahnya
tertahan saat dua orang pria menghadangnya.
“Mau ke mana?” tanya Lutfi sambil tersenyum, ia memainkan
alis sembari menoleh ke arah Chandra yang berdiri di sisinya.
“Mau ke toilet,” jawab Deny santai.
“Oke. Ayo!” Lutfi langsung merangkul Deny. Ia dan Chandra
membawa Deny ke salah satu ruangan yang telah disiapkan oleh Yeriko.
Yeriko tersenyum sinis saat melihat dua sahabatnya telah
berhasil mengamankan Deny.
(( Bersambung ... ))
Makasih udah dukung cerita ini terus. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment