“Aargh …!” teriak Refina saat ia tersadar dari komanya.
“Kenapa, Mbak?” tanya suster yang menjaganya.
“Kaki aku kenapa?” teriak Refina sambil memandangi
kakinya yang sulit untuk ia gerakkan.
“Kakinya Mbak Refi mengalami luka yang cukup serius. Apa
tidak bisa digerakkan sama sekali?”
“Nggak bisa, goblok! Kalo bisa, udah aku gerakin dari
tadi. Kamu ini suster apaan, hah!? Kayak gini masih aja ditanyakan!” sentak
Refina.
“Maaf, Mbak! Kami hanya perlu memastikan. Biar kami
periksa dulu!” Suster mulai memeriksa kondisi kesehatan Refina pasca koma.Tidak
ada luka dalam yang serius. Hanya luka di kaki Refi yang sangat
mempengaruhi kondisi psikisnya.
“Aku nggak mau lumpuh. Aku nggak mau kehilangan kakiku.
Aku nggak mau kehilangan impianku. Aargh …!” teriak Refina. Ia mulai mengamuk
dan melempar barang-barang yang ada di dekatnya.
“Panggilin dokter!” pinta salah seorang perawat. Perawat
lain langsung keluar ruangan untuk memanggil dokter.
Beberapa perawat mencoba menenangkan Refina. Tapi
teriakannya semakin menjadi dan mengundang perhatian Yeriko yang kebetulan
melintas.
“Yer, itu bukannya si Refi? Dia kenapa?”
Yeriko mengedikkan bahunya.
“Ayo, kita lihat keadaan dia!” ajak Lutfi.
“Kamu aja!”
“Ck, ayo!” Lutfi langsung menarik lengan Yeriko.
Yeriko tak bersemangat masuk ke dalam ruang rawat Refi.
Refina terus memberontak hingga melukai salah satu suster
yang ada di dalam ruangan itu.
Dokter yang bertugas langsung masuk ke dalam ruangan dan
menyuntikkan obat penenang kepada Refina.
“Dia kenapa, Dok?” tanya Lutfi.
“Kondisi mentalnya masih belum stabil. Mungkin, dia masih
belum bisa menerima kenyataan.”
“Maksudnya?” Lutfi mengernyitkan dahinya.
“Kecelakaan yang dialaminya, membuat dia kehilangan
fungsi kakinya. Kakinya lumpuh,” jawab dokter sembari bergegas keluar dari
ruangan. “Saya keluar dulu, masih ada pasien lain yang harus ditangani.”
Yeriko mengangguk dan langsung menghampiri Refina.
“Yeriko!?” Refina langsung memeluk Yeriko sangat erat.
Yeriko tersenyum kecil sambil mengelus rambut Refina. Ia
melepaskan pelukan Refina perlahan dan mundur beberapa langkah.
“Yer …!” panggil Refina lirih sambil menatap Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil. “Maaf atas apa yang sudah terjadi
sama kamu! Aku mewakili Chandra, bener-bener minta maaf atas kejadian ini.”
“Chandra?” Refina memijat kepalanya yang berdenyut.
“Kenapa Chandra?”
“Chandra yang sudah nabrak mobil kamu,” jawab Lutfi.
“Jadi, dia yang udah bikin aku jadi kayak gini?” tanya
Refina sambil meneteskan air mata.
“Ref …!” Lutfi ingin menghampiri Refina. Namun,
langkahnya tertahan saat melihat ekspresi wajah Yeriko.
“Sekarang aku nggak bisa apa-apa. Kakiku bener-bener
nggak bisa digerakin. Aku ini penari dan aku nggak mau karirku hancur karena
aku lumpuh,” tutur Refina makin terisak.
Yeriko menarik napas sambil memejamkan matanya perlahan.
“Aku akan bertanggung jawab sepenuhnya soal masalah ini.”
“Yer …! Aku kangen sama kamu.” Refina mencoba meraih
tangan Yeriko.
Yeriko melangkah mendekati Refina agar gadis itu tidak
terjatuh dari ranjangnya.
Refina tersenyum menatap Yeriko. Ia sangat merindukan
wajah tampan yang pernah mengisi hari-harinya. Ia sengaja kembali ke Indonesia
demi Yeriko. Walau ia mendengar rumor kalau Yeriko sudah menikah, ia ingin
memastikan apakah rumor itu benar atau tidak.
“Yer, apa bener kalau kamu sudah nikah?” tanya Refina.
Yeriko menganggukkan kepala.
Air mata Refina langsung menetes saat mengetahui
kenyataan pahit yang harus ia alami. “Apa aku ... sudah nggak ada di hatimu
lagi?”
Yeriko bergeming. Ia hanya menelan ludah mendengar
pertanyaan dari Refina.
“Ref, kamu lagi sakit. Sebaiknya kamu istirahat!” sela
Lutfi.
“Kamu juga ikut benci sama aku?” tanya Refina melihat
tatapan Lutfi yang dingin.
Lutfi tersenyum sinis. “Aku nggak punya alasan buat benci
kamu. Aku cuma nggak mau sahabatku kembali sedih karena masa lalu yang
menyakitkan.”
Refina tersenyum kecut. “Aku tahu, aku banyak salah sama
kalian. Tapi, apa bener-bener udah nggak ada kesempatan untuk memperbaiki
semuanya?” tanyanya sambil menggenggam tangan Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil. Ia melepas jemari tangan Refina
satu persatu dari pergelangan tangannya. “Aku sudah ngelupain semuanya. Kamu
sudah nggak ada lagi di masa lalu atau pun di masa depanku.” Yeriko langsung
berbalik dan melangkah pergi.
“Yeriko ...!” seru Refina.
Yeriko menghentikan langkahnya kembali.
Refina tersenyum kecil. Ia tahu, Yeriko tidak akan
berbuat kejam terhadap dirinya. Ia merasa, dirinya masih ada di dalam hati
Yeriko.
“Kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya!” pinta
Refina.
Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata.
Ia merasa tidak perlu mendengarkan penjelasan apa pun dari mulut Refina.
“Please! Sekali ini aja!” pinta Refina dengan nada lemah.
Ia menatap Lutfi yang masih berdiri di hadapannya. “Lut, izinin aku buat
ngobrol berdua aja sama Yeriko!”
Lutfi mendesah dan langsung bergegas keluar dari ruangan
Refina.
“Yeriko ...!” panggil Refina lirih.
“Bicara secepatnya!” pinta Yeriko sambil membelakangi
Refina.
“Aku nggak bisa bicara keras-keras. Kamu ke sini!” pinta
Refina.
Yeriko menghela napas dan berbalik. Ia menarik kursi dan
duduk di sebelah ranjang Refina. Wajahnya tetap saja acuh tak acuh dan tidak
ingin menatap Refina sedikit pun.
“Yer, aku minta maaf!” tutur Refina dengan nada lemah.
“Aku tahu, aku sudah salah. Aku mau kita balik kayak dulu lagi.” Refina mencoba
meraih tangan Yeriko. “Kamu nggak bener-bener menghapus aku dari hati kamu
kan?”
“Aku udah lupain semuanya,” jawab Yeriko dingin. Ia
teringat wajah Refina tiga tahun silam yang mencampakkan dirinya dengan kejam.
Kini, ia tidak akan lagi tertipu dengan wajah cantik yang sangat tempramental
itu.
“Yer ...!” Mata Refina berkaca-kaca. “Aku janji akan
memperbaiki semuanya. Aku bener-bener nyesel sama apa yang udah aku lakuin ke
kamu. Aku ... pergi ke Paris cuma pengen mengejar impianku menjadi seorang
Ballerina profesional. Aku nggak bermaksud buat ninggalin kamu.”
Yeriko tersenyum sinis. Ia melepaskan tangan Refina.
“Sudah terlambat buat menyesali perbuatan kamu. Tiga tahun lalu, kamu bahkan
nggak menghiraukan aku saat aku berlutut di hadapan kamu. Sekarang, aku sudah
melupakan semuanya. Aku sudah memiliki wanita yang tulus menyayangiku apa
adanya.”
“Yer, maafin aku ...! Saat itu, aku bener-bener nggak
berpikir jauh tentang hubungan kita. Aku terlalu ambisius sampai mengabaikan
kamu. Sampai saat ini, aku nggak pernah bisa melupakan kamu sedikit pun. Please
...! Kita balik kayak dulu lagi!”
“Aku sudah nikah,” sahut Yeriko dingin.
“Aku mau nunggu kamu sampai kapan pun. Aku nggak akan
ngelepasin kamu gitu aja. Please, Yer! Aku mau jadi istri kedua kamu asal bisa
selalu ada di deket kamu.”
“Kamu udah gila ya!” seru Yeriko makin kesal.
“Iya. Aku emang udah gila!” sahut Refina. “Aku gila
karena kamu. Aku udah gila karena selama ini aku selalu diselimuti rasa
bersalah. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku mau ... kita kembali kayak dulu
lagi. Kamu bisa ceraikan Yuna ...”
Yeriko langsung bangkit dari tempat duduknya. “Apa yang
pernah terjadi di antara kita, itu cuma masa lalu. Nggak akan pernah berubah
jadi masa depan. Sudah ada wanita lain yang ada di masa depan aku. Aku nggak
akan mengkhianati dia!” tegas Yeriko.
Refina menggigit bibirnya sendiri. “Please, jangan
tinggalin aku!” pintanya dengan nada lemah.
“Sorry ...! Aku harus pulang,” sahut Yeriko sambil
tersenyum. “Istriku sudah nunggu di rumah.”
“Yer ...!” Refina berusaha meraih ujung jemari Yeriko
untuk menahannya. Tubuhnya terlalu lemah untuk mencegah Yeriko meninggalkannya.
Yeriko berbalik dan bergegas pergi meninggalkan Refina
yang terisak seorang diri di dalam ruang rawatnya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment