“Gimana keadaan Chandra? Udah sadar atau belum?” tanya
Lutfi saat masuk ke dalam ruang rawat Chandra.
Yeriko menggelengkan kepala sambil menatap Chandra yang
masih terbaring lemah.
Lutfi langsung duduk di sofa. Sesekali ia menatap Chandra
yang masih belum sadarkan diri. “Yer ...!” panggil Lutfi.
“Hmm ...” sahut Yeriko sambil merogoh ponselnya yang
tiba-tiba berdering. Ia menatap layar ponsel dan langsung menjawab panggilan
telepon dari Yuna.
“Halo ...! Kenapa tadi buru-buru matikan telepon?” tanya
Yuna begitu panggilan teleponnya tersambung.
“Tadi masih ngurusin Chandra pindah ruangan.”
“Aku ke sana sekarang, ya! Di rumah sakit mana ya?” tanya
Yuna.
“Di Siloam. Kamu nggak usah ke sini!” pinta Yeriko.
“Why?”
“Chandra baik-baik aja.”
“Tapi ...”
“Aku bilang, nggak usah ke sini!” pinta Yeriko dengan
nada lebih tinggi.
Yuna terdiam beberapa saat. “Oke,” sahutnya lirih.
Yeriko menarik napas dalam-dalam. “Hari ini, kamu pergi
kerja seperti biasa. Aku suruh Riyan antar jemput kamu.”
“Nggak usah. Aku naik taksi aja. Aku juga mau ke rumah
Jheni ntar sore kalau udah pulang kerja.”
“Oh.
Oke. Hati-hati ya!”
“He-em.”
Yeriko langsung mematikan sambungan teleponnya.
“Istri kamu?” tanya Lutfi.
Yeriko menganggukkan kepala. Ia merasa sangat bersalah
karena telah berbicara dengan nada tinggi kepada Yuna.
“Yer, kamu baru sebulan nikah sama Yuna. Jangan terlalu
memberatkan dia! Apalagi sampai cinta mati kayak Chandra. Aku nggak mau, apa
yang dialami Chandra terjadi juga sama kamu.”
Yeriko diam, dia tidak menanggapi ucapan Lutfi. Ia hanya
berharap, Yuna terus mencintainya dengan tulus. Tidak akan pernah
meninggalkannya walau banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Ia selalu
melihat ketulusan hati Yuna dan tidak bisa melepaskannya begitu saja.
“Yer ...!” panggil Lutfi. Ia merasa kalau Yeriko tidak
mendengarkan nasehatnya sedikitpun.
“Hmm ...”
“Kamu serius sama Yuna?”
“Lut, dia itu wanita yang aku nikahi. Apa aku masih bisa
bermain-main dengan pernikahan?”
Lutfi menghela napas. “Yah, aku harap kalian bisa menjadi
pasangan yang sejati. Aku cuma takut kalau suatu saat Yuna menghianati kamu.
Kamu sendiri yang bilang kalau banyak laki-laki yang mengejar Yuna walau status
dia sudah bersuami. Bisa aja, suatu hari nanti hati Yuna goyah dan lebih
memilih bersama pria lain.”
“Aku nggak akan ngelepasin dia gitu aja,” sahut Yeriko.
“Huft, kalau emang itu mau kamu. Jangan pernah menyesali
keputusan kamu!” pinta Lutfi. “Sekalipun terjadi hal paling buruk di antara
kalian.”
Yeriko tersenyum kecil sambil menatap Lutfi. “Kamu akan
mengerti setelah ketemu sama wanita yang tulus memberikan seluruh hidupnya buat
kamu.”
“Maksud kamu?”
Yeriko hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Lutfi.
Mereka langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka.
“Pagi ...!” sapa Bibi War. “Ini, Bibi bawakan sarapan
untuk kalian.”
“Wah ...! Bibi War memang yang paling cantik dan
pengertian di dunia ini,” sahut Lutfi. Ia melihat kotak makanan yang dibawa
oleh Bibi War.
“Kalau ada maunya aja baru muji-muji Bibi,” tutur Bibi
War. “Kalian sarapan dulu!” pintanya sambil melangkah mendekati ranjang
Chandra.
“Mmh ... masakan bibi pasti enak banget nih,” tutur Lutfi
sambil mencicipi makanan yang dibawakan Bibi War.
“Bibi siapa dulu? Dia yang paling jago soal rasa,” sahut
Yeriko ikut memakan makanan yang dibawakan bibi War.
“Mmh ... kok, kedengarannya kayak iklan ya?” tanya Lutfi
sambil melirik ke langit-langit ruangan.
Yeriko tertawa kecil sambil menyenggol lengan Lutfi.
Mereka tertawa bersama sambil menikmati sarapan bersama.
“Mas, Bibi pulang dulu ya! Salam buat Mas Chandra kalau
dia sudah sadar,” pamit Bibi War.
“Oke,” sahut Lutfi dengan mulut penuh makanan.
“Oh ya, Bi. Yuna ...”
“Mbak Yuna sudah pergi kerja. Tadinya, dia yang mau
antarkan sarapan. Tapi nggak jadi. Katanya, tiba-tiba ada telepon penting
banget dari kantor.”
Yeriko dan Lutfi saling pandang mendengar ucapan Bibi
War.
Bibi War tersenyum dan berpamitan untuk pergi sekali
lagi.
“Yer, bukannya kamu yang ngelarang dia buat dateng ke
sini?”
“He-em.” Yeriko mengangguk santai sambil mengunyah
makanannya.
“Santai banget? Kenapa dia bohong sama Bibi?”
“Karena dia nggak mau bikin aku susah.”
“Maksud kamu?”
“Kalau Bibi War tahu, aku bikin Yuna sedih lagi. Dia bisa
ceramahin aku dari pagi sampai pagi. Belum lagi Mamaku yang cerewet banget itu!
Dua orang itu, bakalan ngomel terus setiap kali aku bikin Yuna sedih sedikit
aja.”
Lutfi tergelak mendengar ucapan Yeriko. “Hmm ...
ternyata, bukan cuma laki-laki yang sayang sama Kakak Ipar. Bahkan, Bibi War
dan Tante Rully juga sayang banget sama dia? Kalau kamu sampai menindas Yuna,
pasti banyak musuh yang akan kamu hadapi.”
Yeriko tersenyum kecil menanggapi ucapan Lutfi. “Apa aku
kelihatan seperti laki-laki yang mau menindas istrinya sendiri?” dengusnya.
Lutfi terkekeh. “Ya, nggak kelihatan sih. Eh, kamu
belajar dari mana jadi suami yang romantis? Aku perhatiin, Kakak Ipar makin
lengket aja sama kamu.”
Yeriko mengedikkan bahu sambil menghabiskan sup udang
buatan Bibi War.
“Pelit banget!” celetuk Lutfi.
Yeriko bangkit dari sofa saat melihat tubuh Chandra mulai
bergerak perlahan. Ia langsung menghampiri Chandra.
“Amara ...!” panggil Chandra lirih. Ia membuka matanya
perlahan. Perasaannya sangat sakit saat tidak menemukan tunangannya di dalam
ruangan itu.
“Kamu sudah sadar?” tanya Lutfi dengan wajah sumringah.
“Amara mana?” tanya Chandra lirih.
“Jangan cari dia lagi! Dia aja nggak peduli sama kamu.
Buat apa kamu masih mikirin dia!” sahut Lutfi kesal.
Chandra memejamkan mata sembari menahan rasa sakit yang
bersarang di otaknya.
Lutfi membuka mulut ketika melihat Chandra terlihat
sangat menderita. Namun, Yeriko menahan lengannya dan mengisyaratkan agar Lutfi
tidak mengatakan hal buruk yang membuat kondisi Chandra menjadi tidak stabil.
“Chan, nggak usah memikirkan dia dulu!” pinta Yeriko.
“Lebih baik, kamu pikirkan kesehatan kamu dulu!”
“Aku baik-baik aja,” sahut Chandra sambil meringis
menahan rasa sakit di tubuhnya. Ia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur.
“Chan, jangan banyak gerak dulu!” pinta Yeriko. “Lut,
panggilin suster!”
“Oh iya. Sampai lupa laporan kalau dia sudah sadar.
Saking senengnya,” sahut Lutfi. Ia bergegas mengambil telepon dan memanggil
suster khusus untuk pasien VVIP.
“Yer, apa Amara sama sekali nggak ada datang ke sini?”
tanya Chandra.
Yeriko menggelengkan kepalanya.
Chandra mendesah kecewa. “Sekarang, dia
terang-terangan selingkuh sama Harry. Aku sudah nggak bisa mempertahankan
hubungan kami lagi,” tutur Chandra tak bersemangat.
Yeriko mengernyitkan dahinya. “Harry?”
Chandra mengangguk pelan. “Yang punya PT. Cahaya Gemilang
itu.”
“Real Estate itu?”
Chandra mengangguk pelan.
Wajah Yeriko berubah masam. Ia merasa tidak terima dengan
apa yang telah dilakukan Harry. Merebut tunangan orang lain secara
terang-terangan, membuat jiwanya memberontak. “Biar aku yang urus masalah ini
sendiri!”
“Kamu mau ngapain?” tanya Chandra sambil menatap iba ke
arah Yeriko. Yeriko sangat menyayangi orang-orang terdekatnya. Tapi juga bisa
menghancurkan kehidupan orang lain tanpa ampun. Ia tetap tidak ingin kalau
Yeriko melakukan hal buruk pada Amara.
Yeriko bergeming. Wajahnya sangat dingin dan menimbulkan
kekhawatiran di benak Chandra. Ia langsung berbalik dan melangkah keluar dari
ruangan.
“Yer ...!” panggil Chandra lirih. Ia berusaha untuk
bangkit, namun tubuhnya terlalu lemah dan tidak bisa mencegah Yeriko.
“Chan ...!” Lutfi langsung menahan tubuh Chandra agar
tidak terjatuh dari ranjangnya.
“Lut, tolong cegah Yeriko!” pinta Chandra. “Dia bisa
melukai Amara.”
“Dia tahu batasan. Dia nggak akan berbuat kejam sama
Amara.”
“Kamu tahu sifat Yeriko seperti apa. Aku nggak yakin
kalau ...”
“Percaya sama dia! Kamu nggak usah mikirin Amara lagi!”
sentak Lutfi. “Dia nggak baik buat kamu. Ngapain sih masih aja kamu belain!?”
Lutfi makin kesal dengan sikap Chandra yang terlihat sangat lemah.
Chandra menatap pilu ke arah Lutfi. Ia tidak bisa
berkata-kata. Hatinya sangat sakit saat mengetahui kalau Amara akan benar-benar
meninggalkan dirinya.
“Masih ada banyak cewek di luar sana! Tuhan nunjukkin ini
semua, karena Dia tahu kalau Amara bukan perempuan yang baik buat kamu. Sadar,
Chan!”
Chandra menjatuhkan kembali kepalanya ke bantal. Ia masih
tidak bisa menerima kenyataan kalau hubungannya dengan Amara akan segera
berakhir.
Hampir semua orang telah mengetahui statusnya dengan
Amara. Bagaimana bisa membiarkan dirinya dipandang gagal oleh semua orang.
Gagal dalam membina hubungan dengan tunangannya sendiri. Bukannya segera
menikah, mereka justru malah berpisah.
Lutfi juga tak bisa berbuat apa pun untuk mencegah
Yeriko.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment