“Yun ...!” Andre langsung menahan pergelangan tangan
Yuna.
Yuna langsung menoleh ke arah Andre. “Lepasin!” sentak
Yuna.
“Kamu bisa jaga sikap nggak? Yuna ini istri aku!” Yeriko
langsung menepiskan tangan Andre.
“Istri atau cuma perempuan yang kamu manfaatin karena
kepolosan dia?” sahut Andre.
Yeriko membalikkan tubuhnya dan langsung menatap tajam ke
arah Andre. “Maksud kamu apa?”
Andre tersenyum sinis. “Orang kayak kamu apa bisa
menyayangi orang lain? Kamu bahkan memanfaatkan dia untuk kepentingan bisnis.
Bisa-bisa, kamu jual dia buat jatuhin pesaing bisnis kamu kan?”
Yuna langsung menatap pilu ke arah Andre. “Ndre, aku
nggak nyangka kalau kamu lihat aku serendah itu,” tutur Yuna dengan mata
berkaca-kaca.
Andre tertegun melihat wajah sedih Yuna. “Maksud aku
bukan gitu, Yun. Kamu harus sadar kalau laki-laki ini nggak sebaik yang kamu
lihat.”
Yuna memejamkan mata, menahan air mata jatuh di pipi.
“Stop, Ndre! Kalau memang kamu masih anggap aku teman baik, biarkan kami
bahagia!” pinta Yuna.
Yeriko tersenyum sinis ke arah Andre. “Aku suaminya Yuna.
Aku tahu kewajibanku sebagai suami. Sekalipun kamu sahabat istriku, aku nggak
akan ngebiarin kamu bikin dia sedih! Kamu harus ingat, aku bisa melakukan apa
pun buat ngancurin hidup kamu!” tegas Yeriko. Ia kembali merangkul pinggang
Yuna dan membawanya keluar dari rumah makan tersebut.
Andre tertawa kecil. “Yun, kalau suatu saat dia
mencampakkan kamu. Ingat aku yang siap kapan aja buat jadi selingkuhan kamu!”
seru Andre sambil menatap tubuh Yuna dan Yeriko yang berjalan menjauhinya.
Yuna menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata
untuk menenangkan perasaannya sendiri.
“Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan!” bisik Yeriko, ia
langsung membawa Yuna masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Andre yang masih kesal
dengan sikap Yuna dan Yeriko.
Yuna memijat keningnya begitu ia masuk ke dalam mobil.
Yeriko menoleh ke arah Yuna. Ia langsung mengelus kepala
Yuna dan meraih jemari tangan Yuna. Ia mengecup punggung tangan Yuna. “Jangan
sedih! Aku akan melindungi kamu dari apa pun dan siapa pun yang menyakiti
kamu.”
Yuna menatap Yeriko sambil tersenyum. “Makasih,” ucapnya
lirih.
Yeriko merengkuh kepala Yuna dan mengecupnya perlahan.
Hatinya ikut sakit setiap kali melihat Yuna bersedih. Banyak hal sulit yang
telah dihadapi oleh istrinya selama beberapa tahun terakhir.
Sampai saat ini, Yeriko belum bisa membawa Yuna keluar
dari penderitaan. Justru semakin banyak orang yang menindas dan menyulitkan
hidup Yuna karena statusnya sebagai bagian dari keluarga Hadikusuma.
“Kita pulang sekarang!” Yeriko memasang safety belt dan
menyalakan mesin mobilnya.
“Aku mau balik ke kantor.”
“Nggak usah! Perasaan kamu lagi nggak baik. Lebih baik
istirahat di rumah!” pinta Yeriko sembari menjalankan mobilnya perlahan.
“Tapi ...”
“Kamu bisa telepon HR kamu buat izin kan?”
Yuna menganggukkan kepala. “Kamu ... nggak jadi makan
gara-gara aku.”
“Nggak masalah. Bisa makan di rumah.”
Yuna tersenyum. Ia menyandarkan kepala ke kursi sambil
memejamkan matanya. Hati dan pikirannya terasa sangat lelah. Banyak hal yang
harus ia hadapi. Ia benar-benar tidak menyangka kalau kehadiran Andre justru
membuat hidupnya semakin tidak tenang.
( You still have all of my ... You still have all of my ...
You still have all of my heart ...)
Ponsel Yuna berdering. Yuna membuka mata dan langsung
merogoh ponsel yang ada di dalam tasnya. Ia menatap layar ponselnya sejenak dan
langsung menjawab panggilan telepon.
“Halo ...!” sapa Yuna begitu ia menjawab panggilan
telepon.
“Kamu di mana, Yun?”
“Di jalan, Jhen. Kenapa?” tanya Yuna tak bersemangat.
“Mmh
... aku mau curhat,” jawab Jheni.
“Cerita aja! Ada apa?”
“Mmh ... Yun, kalau aku ...” Jheni menghentikan ucapannya
sejenak. “Aku ...”
“Apa, Jhen?”
“Mmh ... aku ... lagi deket sama cowok.”
“Hah!? Serius?
Gimana cowok itu?” tanya Yuna. Ia melirik Yeriko yang sedang fokus menyetir di
sampingnya. “Berarti, bentar lagi bakal punya pacar dong?”
Jheni terdengar menghela napas. “Aku nggak yakin bisa
bersatu sama dia.”
“Why?”
“Karena dia udah punya tunangan, Yun,” jawab Jheni dengan
nada rendah.
“What!? Kamu gila ya?”
“Aku tahu aku udah gila. Aku nggak tahu harus gimana
lagi, Yun. Cowok itu baik banget sama aku. Dia bikin aku suka sama dia. Aku
harus gimana?” Jheni mulai terisak. “Aku benci sama diriku sendiri!”
“Tenang, Jhen! Mungkin, ini cuma perasaan sementara aja.
Bisa aja kamu cuma suka sama perhatian dia, bukan karena cinta.”
“Tapi, Yun ... aku bener-bener ngerasa sakit banget. Aku
suka sama dia, tapi aku nggak bisa dapetin dia. Aku juga nggak akan sanggup
nyakitin wanita lain.” Jheni makin terisak.
“Mmh ... kamu tenang dulu! Besok kita ketemu ya!” pinta
Yuna.
“Oke.”
“Aku juga lagi puyeng banget, nih.”
“Kenapa?”
“Si Lian sama Andre ... mereka terus-terusan ganggu
hubungan aku sama Yeriko,” jawab Yuna lirih.
“Mereka masih aja ngejar kamu?”
“He-em.”
“Huft, susah memang kalo jadi cewek cantik. Jadi rebutan
cowok tampan dan kaya,” celetuk Jheni. “Nggak kayak kita ini, mau cari pacar
aja susah. Sekali suka sama cowok, udah punya tunangan. Huaaa ...!” tangisan
Jheni semakin menjadi.
Yuna menghela napas menghadapi Jheni. “Jhen, kamu jangan
bikin perasaan aku makin kacau, deh!” pinta Yuna. “Besok aja kita ketemu,
gimana? Aku traktir makan.”
“Hmm ... oke, deh.”
Yuna tersenyum kecil. “Jangan nangis lagi, ya!”
“He-em. Aku matikan ya, teleponnya. Sorry! Udah bikin
kamu repot.”
“Santai aja!”
“Hehehe. Bye-bye!” Jheni langsung menutup teleponnya.
Yuna menghela napas dan meletakkan ponselnya begitu saja.
“Kenapa?” tanya Yeriko sambil menoleh sejenak ke arah
Yuna.
“Jheni ... lagi deket sama cowok,” jawab Yuna.
“Terus? Apa yang bikin dia sedih?”
“Cowok yang dia suka, udah punya tunangan.”
Yeriko mengernyitkan dahi. “Apa sekarang lagi musim
ngerebut pasangan orang?” gumamnya lirih.
“Apa?”
“Eh!? Nggak papa. Kayaknya, zaman sekarang ini ...
pasangan orang lain terlihat jauh lebih menarik.”
“Maksud kamu?”
“Yah ... lihat aja si Lian sama Andre. Dia suka sama kamu
yang jelas-jelas udah jadi istri orang lain. Sekarang, sahabat kamu juga suka
sama cowok yang udah punya tunangan. Apa emang lagi nge-trend jatuh cinta sama
pasangan orang lain?”
Yuna langsung menatap tajam ke arah Yeriko.
“Jangan-jangan, kamu juga pernah lihat orang lain lebih menarik dari istri kamu
sendiri?” tanyanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yeriko.
Yeriko
tertawa kecil menanggapi pertanyaan Yuna.
“Kenapa ketawa? Beneran!?” dengus Yuna.
“Normal, Yun,” jawab Yeriko sambil menahan tawa.
Yuna memonyongkan bibirnya.
Yeriko tersenyum kecil dan langsung mengecup bibir Yuna.
“Di luar sana, ada banyak wanita yang jauh lebih menarik dari kamu kalau
dilihat secara fisik. Tapi, cuma kamu satu-satunya wanita yang bisa masuk ke
dalam hati dan pikiranku.”
Pipi Yuna langsung menghangat mendengar ucapan yang
keluar dari mulut Yeriko. Ia tidak menyangka kalau Beruang Kutub yang awalnya
ia kenal sangat dingin dan kejam, telah berubah menjadi kelinci lucu yang
romantis dan penuh kasih sayang.
“Serius?” tanya Yuna sambil tersenyum senang.
Yeriko menganggukkan kepala sambil menatap jalanan yang
ada di depannya.
Yuna tersenyum dan menyondongkan badannya ke arah Yeriko.
Ia berusaha mencium pipi Yeriko.
Yeriko sengaja menjauhkan wajahnya dari Yuna, ia
tersenyum kecil karena Yuna tidak berhasil mencium pipinya. Tubuhnya terhalang
oleh safety belt yang dikenakan Yuna.
Yuna mendengus kesal ke arah Yeriko. Ia memperbaiki
posisi duduknya sambil menatap jalanan. Ia melipat kedua tangannya karena kesal
dengan candaan Yeriko.
“Nanti di rumah,” tutur Yeriko sambil tersenyum.
“Apanya?” sahut Yuna kesal.
“Kamu bisa cium aku sepuasmu.”
“Nggak, ah. Udah nggak nafsu,” sahut Yuna.
Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna sejenak. “Beneran
udah nggak nafsu? Apa aku harus cari istri lagi buat ngelayani aku?”
Yuna langsung menatap tajam ke arah Yeriko. “Berani!?”
“Berani,” jawab Yeriko sambil tersenyum kecil.
“Iih ... kamu ngeselin banget sih!?” seru Yuna sambil
memukul pundak Yeriko.
“Makanya, jangan ngambekan!” pinta Yeriko.
“Kamu juga yang bikin aku ngambek,” sahut Yuna sambil
mengerucutkan bibirnya.
Yeriko tersenyum kecil sambil mengacak ujung kepala Yuna.
“Cuma bercanda, Sayang. Jangan terlalu dianggap serius!”
Yuna tersenyum kecil. Ia merasa sangat bahagia setiap
kali Yeriko menggodanya dan membuatnya kesal. Yeriko tidak sungguh-sungguh
ingin menyakitinya. Bahkan, suaminya itu selalu memperlakukannya dengan baik
seperti kucing kesayangan.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment