Yuna merasa sangat bahagia karena Rullyta menyiapkan
pesta pernikahan yang mewah untuknya menggunakan Wedding Organizer terbaik. Ia
merasa sangat beruntung karena bisa masuk ke dalam keluarga Hadikusuma dan
diterima dengan sangat baik.
“Hei, kenapa senyum-senyum sendiri? Kayaknya, lagi
bahagia banget?” tanya Icha sambil menyenggol lengan Yuna.
Yuna tersenyum kecil. “Ada, deh!”
“Mmh ... hawa-hawanya, ada yang baru dapet hadiah spesial
dari suami nih?”
“Hehehe. Sok tahu!” dengus Yuna. “Aku dapet hadiah
spesial dari Mama Mertua.”
“Wah ...! Serius? Beruntung banget sih punya mama mertua
yang sayang sama menantu,” tutur Icha.
Yuna tersenyum bahagia. Ia merasa harinya semakin lebih
baik. Ia memutuskan untuk pergi makan siang di luar sembari menikmati suasana
kota yang sangat indah.
Yuna masuk ke salah satu rumah makan tradisional. Kali
ini, ia ingin makan bebek goreng dengan sambal yang super pedas. Yuna memotret
foto rumah makan tersebut dan langsung mengirimkannya kepada Yeriko.
Yuna menghentikan langkahnya saat melihat Andre tiba-tiba
sudah ada di depannya.
Andre terus menatap Yuna tanpa berkedip. Tak ada satu
kata pun yang keluar dari mulutnya. Membuat Yuna semakin canggung.
Yuna berusaha menghindari, namun langkahnya ditahan oleh
Andre.
“Sorry ...! Aku mau makan,” tutur Yuna sambil menundukkan
kepala.
“Kenapa ngindarin aku?” tanya Andre tanpa menatap Yuna.
“Aku bukan menghindar. Aku cuma ... laper banget!” tutur
Yuna sambil memegangi perutnya. Ia berusaha menghindari Andre dan bergegas
mencari meja yang masih kosong.
Andre terus mengikuti langkah Yuna dan ikut duduk di
hadapan Yuna.
Yuna memaksa bibirnya untuk tersenyum manis ke arah
Andre. Ia berusaha untuk bersikap normal walau perasaannya tak karuan sejak
acara pelelangan yang terjadi malam itu.
“Selamat siang, Mbak! Mau makan apa?” tanya pelayan
dengan ramah.
Yuna menghela napas lega karena sapaan pelayan tersebut
telah menyelamatkan dirinya dari Andre yang tak berhenti menatapnya.
“Saya pesen bebek goreng satu porsi, nggak pakai nasi dan
sambalnya dibanyakin ya!”
Pelayan tersebut menganggukkan kepala. “Minumnya apa,
Mbak?”
“Mmh ... es jeruk ada?”
“Ada.”
“Oke. Es jeruk aja!”
Pelayan tersebut mengangguk. “Masnya, mau makan lagi?”
tanyanya sambil menatap Andre.
Andre menggelengkan kepala.
Pelayan langsung bergegas ke belakang untuk memproses
pesanan para pelanggan.
“Yun ...!” panggil Andre sambil menatap Yuna.
“Hmm ...”
“Kamu ... sudah tahu sendiri kan sifat suami kamu yang
sebenarnya kayak gimana?”
Yuna mengangguk santai.
“Dia itu kejam banget. Dia bahkan menggunakan kamu untuk
kepentingan bisnis. Jangan-jangan ... dia nikahin kamu karena ada maksud
tertentu,” tutur Andre.
“Maksud kamu?”
“Bisa aja kan dia sengaja manfaatin kamu untuk
menghancurkan perusahaan aku dan Lian.”
“Nggak usah berprasangka buruk terus sama suamiku!”
sentak Yuna. “Aku menikah sama dia, nggak ada hubungannya sama sekali sama
perusahaan kalian.”
“Tapi ... kamu lihat sendiri! Malam itu ... dia sengaja
menggunakan kamu untuk menjatuhkan Lian.”
Yuna tersenyum kecil. “Lian pantas buat dapetin itu
semua.”
“Yun, aku nggak nyangka kamu sekarang berubah jadi
sejahat ini semenjak kamu nikah sama Yeriko. Pasti dia yang udah bikin kamu
kayak gini. Kamu ... bener-bener berubah, Yun.”
“Semua hal di dunia ini akan berubah. Nggak ada yang
perlu kamu khawatirkan!” sahut Yuna dingin.
“Yun, aku pengen kamu seperti dulu lagi. Ayuna yang baik
hati, ceria, apa adanya dan selalu peduli sama orang lain. Yeriko cuma mau
manfaatin kamu doang, Yun.”
“Apa yang mau dia manfaatin dari aku? Aku nggak punya
apa-apa.”
“Dia bisa aja memperalat kamu untuk kepentingan pribadi
dia. Aku nggak yakin kalau dia bener-bener cinta sama kamu.”
“Hmm ...” Yuna menanggapi ucapan Andre dengan sikap cuek.
Ia langsung menoleh ke arah pelayan yang sedang menghidangkan makanan ke atas
mejanya. “Makasih, Mbak!” tutur Yuna kepada pelayan. Ia mulai melahap
makanannya tanpa menghiraukan Andre yang masih terus menatapnya.
“Yun, sebelum semuanya terlambat, lebih baik kamu
secepatnya pisah sama Yeriko!” pinta Andre.
Yuna tersenyum sinis menatap Andre. “Kenapa harus pisah?
Aku hidup bahagia sama dia.”
“Dia cuma pura-pura sayang sama kamu. Dia itu ... nggak
sebaik yang kamu pikirkan. Dia punya julukan Si Raja Iblis Berdarah Dingin
bukan tanpa alasan.”
“Hubungan dia dengan orang lain, itu bukan hal yang harus
aku pikirkan. Selama ini, dia selalu menyayangi dan menjaga aku dengan baik.
Apa aku harus disamakan dengan orang lain?”
“Yun, kamu udah bener-bener dibikin buta ya sama dia?”
“Kalau buta, aku nggak duduk di sini sekarang!” sahut
Yuna kesal.
“Bukan mata kamu yang buta, tapi hati kamu yang buta.
Kamu udah bener-bener berubah jadi seperti dia. Jadi orang yang nggak punya
hati dan dingin.”
Yuna tersenyum ke arah Andre. “Terus, kamu mau aku
bersikap seperti apa setelah semua hal buruk yang terjadi sama aku beberapa
tahun belakangan ini? Aku sudah sangat bahagia sekarang. Kenapa harus balik
jadi Yuna yang dulu? Yuna yang selalu ditindas dan menderita.”
“Tapi ... Yuna yang aku kenal dulu adalah gadis yang
sangat baik, tidak pernah menyimpan dendam sama orang lain apalagi sampai
membuat orang lain terluka.”
“Kamu bisa nggak pergi dari sini? Aku mau makan!” sentak
Yuna makin kesal.
“Aku nggak nyangka kalau kamu sekarang sekeji ini, Yun.”
Yuna menghela napas sambil menatap tajam ke arah Andre.
“Ndre, aku ini lagi makan. Bisa nggak sih kamu nggak ngoceh terus di depan
aku!?”
Andre tersenyum kecil. “Biasanya, kamu juga selalu banyak
omong waktu makan.”
Yuna menggigit daging bebek dengan kesal dan penuh
amarah. “Kamu tahu kan kalau orang yang lagi kelaparan bisa makan orang juga!”
tutur Yuna geram sambil membelalakkan matanya ke arah Andre.
“Kamu tuh malah kelihatan lucu kalau lagi marah kayak
gini.” Andre tersenyum ke arah Yuna yang sedang melahap makanannya.
Yuna melirik sinis ke arah Andre. Ia makin kesal dengan
sikap andre yang terus mengejarnya. “Beruang, kamu lagi sibuk ya? Kenapa nggak
muncul juga sih? Aku makin gerah sama cowok ini,” batin Yuna dalam hatinya.
“Yun, kita udah berteman sejak kecil. Kenapa kamu selalu
menghindar dan dingin sama aku?”
“Karena sekarang kamu beda.”
“Apa bedanya? Bukannya kamu yang udah berubah?”
“Aku sudah nikah, Ndre. Harusnya kamu bisa ngerti
keadaanku. Sebagai seorang teman baik, apa baiknya kalau menyuruh temannya
bercerai dengan suaminya sendiri tanpa sebab yang jelas?”
Andre menelan ludah mendengar pertanyaan Yuna. “Aku cuma
mau yang terbaik buat kamu. Sebagai teman baik, aku selalu khawatir sama kamu.”
“Kamu mengkhawatirkan aku yang sudah bersuami? Suamiku
bisa menjaga dan menyayangi aku dengan baik. Kenapa kamu tiba-tiba nongol dan
nyuruh kami pisah?”
“Yun, aku cuma ...”
“Udah, deh. Nggak usah ungkit lagi soal hubungan aku sama
Yeriko!” pinta Yuna. “Aku sekarang makin pusing sama sikap kamu yang kayak
gini. Di luar sana, masih ada banyak perempuan cantik. Kenapa kamu harus ngejar
aku yang jelas-jelas udah bersuami?”
“Karena di mataku, cuma kamu wanita yang paling cantik
dan bisa bikin aku nyaman,” jawab Andre.
“Walaupun aku sudah bersuami?” tanya Yuna.
Andre menganggukkan kepala. “Aku nggak peduli soal status
kamu. Sekalipun kamu udah jadi janda sepuluh kali, aku tetep cinta sama kamu.”
Yuna mengerutkan hidungnya dan bersiap melemparkan sambal
ke wajah Andre. “Kamu mau doain aku jadi janda!?”
“Ampun, Yun! Ini sambel pedes loh.” Andre langsung meraih
mangkuk sambal yang ada di tangan Yuna.
“Siapa bilang ini manis!?” sentak Yuna.
“Iya, iya. Sorry!”
Yuna menghela napas dan langsung membersihkan tangannya.
“Yun, apa kamu beneran bahagia sama dia? Kalau iya, aku
nggak akan ganggu kamu lagi!”
Yuna tersenyum ke arah Andre. “Sangat, sangat, sangat
bahagia!” seru Yuna sambil beranjak dari tempat duduknya.
“Udah selesai makannya?” tanya Yeriko yang tiba-tiba
sudah ada di samping Yuna.
Yuna menganggukkan kepala. “Kamu ... datengnya lama
banget? Aku pikir, kamu sibuk banget di kantor.
“Tadi ketemu klien di jalan, ngobrol sebentar. Maaf kalau
bikin kamu nunggu lama.”
Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Mau makan apa?”
“Mmh ... bukannya kamu sudah makan? Gimana aku bisa makan
sendirian?”
“Aku masih bisa pesen makanan lagi, kok. Kita pindah
meja!” ajak Yuna.
Yeriko tersenyum dan langsung merangkul pinggang Yuna
dengan mesra. Ia tersenyum sinis ke arah Andre yang masih bergeming di
tempatnya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment