Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Monday, February 10, 2025

Perfect Hero Bab 92: Rencana Pesta Pernikahan || a Romance Novel by Vella Nine

 


Hangatnya mentari pagi telah menyapa. Namun, Yeriko dan Yuna masih enggan untuk membuka mata.

 

Sinar mentari yang jatuh tepat di mata Yuna, membuatnya membuka mata perlahan. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam tujuh pagi.

 

“Astaga! Udah siang banget!?” Yuna langsung bangkit dari tidurnya.

 

“Hmm … mau ke mana?” Yeriko memicingkan mata sambil meraih pergelangan tangan Yuna.

 

“Udah siang banget, aku mau …”

 

“Ini hari libur. Tidur lagi! Aku masih ngantuk.” Yeriko langsung menarik Yuna kembali ke dalam pelukannya.

 

Yuna tersenyum menatap wajah suaminya. “Kamu tuh sering nyebelin. Tapi kenapa malah bikin aku makin sayang?” batin Yuna sembari menyentuh dahi Yeriko dengan jari telunjuknya dan merambat perlahan sampai ke bibir Yeriko.

 

Yeriko tersenyum. Ia membuka mata sejenak sambil menatap Yuna dan langsung mengecup bibir Yuna. “Tidur lagi!” perintahnya.

 

“Aku udah nggak ngantuk,” sahut Yuna sambil tersenyum. Ia membenamkan kepalanya ke dada Yeriko. Di kepalanya tiba-tiba muncul ide jahil. Ia langsung mengendus dan menjilati dada Yeriko yang kekar dan mulus.

 

Yeriko langsung membuka mata begitu merasakan lidah Yuna menyentuh lembut dadanya. Ia langsung menatap kepala Yuna yang ada di bawahnya. “Jangan mancing!” pintanya.

 

Yuna menatap Yeriko sambil meringis.

 

Yeriko langsung memutar tubuh Yuna dan menekan di bawahnya. “Kamu tahu kan gimana caranya bertanggung jawab kalau sudah membangunkan Singa yang lagi tidur?”

 

“Mmh ….” Yuna memutar bola mata, pura-pura berpikir serius.

 

“Kamu harus ngasih dia makan daging mentah!” bisik Yeriko. Ia langsung mengulum lembut bibir Yuna dan membawanya larut untuk bercinta.

 

Tok … Tok … Tok …!

 

Yuna dan Yeriko langsung menoleh ke arah pintu bersamaan.

 

“Ada apa, Bi?” teriak Yuna.

 

“Ada Nyonya Besar datang,” jawab Bibi War.

 

“Iya. Suruh tunggu sebentar, Bi! Kami mandi dulu!” seru Yeriko.

 

Yuna tersenyum saat mendengar langkah kaki Bibi War yang sudah pergi meninggalkan kamarnya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari tubuh Yeriko.

 

“Belum kelar,” tutur Yeriko sambil menekan tubuh Yuna.

 

“Mama sudah nunggu di bawah. Nggak enak kalo kelamaan. Aku mau mandi.”

 

“Nanggung. Sebentar lagi.”

 

Yuna menghela napas dan menyerah. Ia mengikuti keinginan Yeriko untuk melayaninya hingga akhir.

 

Usai bercinta, mereka langsung pergi mandi bersama. Berganti pakaian dan bergegas turun dari kamarnya.

 

“Pagi, Ma!” sapa Yeriko sambil menghampiri mamanya yang duduk di sofa.

 

“Pagi, Ma!” sapa Yuna malu-malu. Ia merasa dirinya sangat payah karena baru bangun tidur sesiang ini.

 

Rullyta tersenyum menatap Yuna dan Yeriko. “Pagi …!” balasnya.

 

“Mama, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?” tanya Yeriko.

 

“Kenapa Mama harus bilang dulu?”

 

“Yah, kalau tahu Mama mau ke sini. Kami bisa bangun lebih pagi,” jawab Yuna.

 

“Bukannya kita sudah bangun pagi?” sahut Yeriko.

 

Yuna langsung melotot ke arah Yeriko sambil menyenggol lengannya.

 

Rullyta tersenyum manis sambil menatap anak dan menantu kesayangannya. “Kalau gitu, kita sarapan bareng!” ajaknya sambil bangkit dari sofa dan melangkah menuju meja makan.

 

Yeriko dan Yuna menganggukkan kepala dan mengikuti langkah Rullyta.

 

“Yun, hari ini kamu ada agenda?” tanya Rullyta di sela-sela sarapannya.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Nggak ada, Ma. Ini kan hari minggu,” jawab Yuna dengan mulut penuh makanan.

 

“Telan dulu makanannya!” pinta Yeriko yang duduk di sebelah Yuna.

 

Yuna meringis dan menelan makanannya perlahan.

 

Rullyta tersenyum kecil melihat tingkah Yuna yang lucu dan apa adanya.

 

“Kenapa, Ma?” tanya Yuna setelah berhasil mengosongkan mulutnya.

 

“Abis ini ikut Mama ya!”

 

“Ke mana?”

 

“Ketemu WO?”

 

“Hah!? Secepat ini?” tanya Yuna.

 

“Nyiapin pernikahan itu nggak sebentar. Oh ya, kalian maunya nikah tanggal berapa?” tanya Rullyta.

 

“Mmh …”Yuna menoleh ke arah Yeriko. Rullyta juga ikut menatap wajah putranya.

 

“Eh!? Terserah kalian aja!” tutur Yeriko yang menyadari tatapan istri dan mamanya.

 

Rullyta menghela napas sejenak. “Gimana kalau kita bikin resepsinya tanggal 07 Juli?”

 

“Boleh,” jawab Yuna sambil menganggukkan kepala.

 

“Kenapa tanggal tujuh Juli? Lama banget?” tanya Yeriko. “Ini masih bulan April.”

 

Rullyta menghela napas menatap Yeriko. “Kamu pikir, nyiapin pernikahan itu gampang? Banyak yang harus diurus. Tiga bulan ini termasuk kecepatan. Biasanya, orang nyiapin resepsi pernikahan sampai setahun.”

 

“Ya udah. Tahun depan aja sekalian,” celetuk Yeriko.

 

Yuna dan Rullyta langsung menatap tajam Yeriko.

 

Yeriko meringis. “Hehehe. Terserah kalian aja dah!”

 

“Keterlaluan!” sentak Rullyta. “Sebenarnya kamu berminat bikin pesta atau nggak?”

 

Yeriko langsung membulatkan matanya menatap Rullyta. Ia melirik Yuna yang menundukkan kepala sambil menikmati makanan di depannya. Ia merasa bersalah karena celetukannya telah membuat Yuna salah paham dan mengira kalau Yeriko tidak akan memberikan pesta pernikahan untuknya.

 

“Yun, nggak usah diambil hati! Yeriko memang begitu. Pria selalu nggak peka sama keinginan wanita!”

 

Yuna tersenyum sambil menatap Rullyta. “Nggak papa, Ma. Kalau emang dia nggak mau bikin pesta, aku nggak masalah kok.”

 

“Yun, aku bukan nggak mau bikin pesta. Cuma bercanda doang. Kita bikin pesta pernikahan secepatnya. Oke?” Yeriko langsung menatap wajah Yuna lekat.

 

Yuna tersenyum kecil. “Tapi … kalau kamu keberatan …”

 

“Aku nggak keberatan!” sahut Yeriko. “Kamu boleh bikin pesta semewah mungkin sesuai keinginan kamu. Aku bakal turuti semuanya!” Yeriko langsung menggenggam tangan Yuna agar istrinya tidak murung lagi.

 

Rullyta tersenyum menatap Yeriko yang terlihat tunduk di hadapan Yuna. Ia merasa, Yuna bisa mengendalikan Yeriko dengan mudah. “So, kita ambil tanggal tujuh Juli ya?”

 

Yuna dan Yeriko mengangguk bersamaan.

 

“Good!” Rullyta tersenyum puas. “Nanti, Mama kasih jadwal ke kamu!”

 

“Jadwal apa, Ma?”

 

“Jadwal buat ngurus semuanya. Hari ini kita ketemu sama Wedding Organizer. Besok, kita ke butik untuk gaun pernikahan kamu.”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Rullyta.

 

“Kamu nggak usah ikut ya!” pinta Rullyta sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko langsung mengernyitkan dahinya. “Why?”

 

“Ntar malah bikin ribet. Cukup Mama sama Yuna aja yang ngurus pernikahan. Kamu terima beres aja!”

 

Yeriko mengangguk-anggukkan kepala. “Baguslah.”

 

“Tapi ... kalau hari ini aku pergi sama mama. Kamu di rumah sendirian, dong?” tutur Yuna sambil menatap Yeriko.

 

“Yah, mau gimana lagi. Aku kan dilarang pergi,” sahut Yeriko sambil memasang wajah murung.

 

“Ma, gimana kalau dia ikut aja hari ini?” tanya Yuna sambil menoleh ke arah Rullyta. “Setidaknya, kita punya supir sekaligus bodyguard.”

 

Rullyta tersenyum kecil. “Nggak boleh! Mama udah bawa supir sendiri. Lagian, Mama pengen punya lebih banyak waktu berdua sama kamu.”

 

Yuna langsung menatap iba ke arah Yeriko.

 

Yeriko tersenyum sambil mengusap rambut Yuna. “Pergi aja sama Mama! Aku mau pergi ke arena panahan hari ini.”

 

“Sama siapa?”

 

“Biasa. Sama Lutfi, sama Chandra.”

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Jadi, nggak papa kalau aku pergi berdua sama mama?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Memangnya ada yang bisa ngelawan perintah Nyonya Besar?”

 

Rullyta tertawa kecil menanggapi ucapan Yeriko.

 

“Mmh ... Ma, aku ganti baju dulu ya!” pamit Yuna saat mereka sudah selesai sarapan.

 

Rullyta mengangguk.

 

Yuna tersenyum riang dan melenggang menaiki anak tangga menuju kamarnya.

 

“Mama yakin nggak mau ajak aku?” tanya Yeriko.

 

Rullyta tersenyum menatap Yeriko. “Kamu ikut pun nggak akan berguna.”

 

“Ma, ini kan pesta pernikahan aku. Kenapa aku nggak boleh ikut campur?”

 

“Kamu tuh laki-laki, nggak akan paham selera perempuan!” dengus Rullyta.

 

Yeriko mengerutkan dahinya. “Selera perempuan hampir semua sama. Mereka suka sesuatu yang cantik dan mewah.”

 

“Yer, apa kamu nggak mau ngasih Mama ruang untuk lebih dekat sama Yuna?”

 

“Hmm ... ya, udah kalo gitu.”

 

“Oh ya, kamu mau foto prewedding di dalam atau di luar negeri?”

 

“Pre-wedding? Kita udah nikah, nggak usah foto-foto pre-wedding segala.”

 

“Pasca-wedding?” Rullyta menatap serius ke arah Yeriko.

 

“Terserah, Mama! Aku ikut aja!”

 

“Hmm ... ujung-ujungnya tetep ngikut aja, kan?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Asal jangan bikin yang ribet-ribet!” pinta Yeriko.

 

“Mmh ... kita lihat nanti!” tutur Rullyta sembari bangkit dari tempat duduk saat melihat Yuna sudah menuruni anak tangga.

 

Mereka bergegas menuju salah satu kantor Wedding Organizer yang telah dipilih oleh Rullyta.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas