Hangatnya mentari pagi telah menyapa. Namun, Yeriko dan
Yuna masih enggan untuk membuka mata.
Sinar mentari yang jatuh tepat di mata Yuna, membuatnya
membuka mata perlahan. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan
jam tujuh pagi.
“Astaga! Udah siang banget!?” Yuna langsung bangkit dari
tidurnya.
“Hmm … mau ke mana?” Yeriko memicingkan mata sambil
meraih pergelangan tangan Yuna.
“Udah siang banget, aku mau …”
“Ini hari libur. Tidur lagi! Aku masih ngantuk.” Yeriko
langsung menarik Yuna kembali ke dalam pelukannya.
Yuna tersenyum menatap wajah suaminya. “Kamu tuh sering
nyebelin. Tapi kenapa malah bikin aku makin sayang?” batin Yuna sembari
menyentuh dahi Yeriko dengan jari telunjuknya dan merambat perlahan sampai ke
bibir Yeriko.
Yeriko tersenyum. Ia membuka mata sejenak sambil menatap
Yuna dan langsung mengecup bibir Yuna. “Tidur lagi!” perintahnya.
“Aku udah nggak ngantuk,” sahut Yuna sambil tersenyum. Ia
membenamkan kepalanya ke dada Yeriko. Di kepalanya tiba-tiba muncul ide jahil.
Ia langsung mengendus dan menjilati dada Yeriko yang kekar dan mulus.
Yeriko langsung membuka mata begitu merasakan lidah Yuna
menyentuh lembut dadanya. Ia langsung menatap kepala Yuna yang ada di bawahnya.
“Jangan mancing!” pintanya.
Yuna menatap Yeriko sambil meringis.
Yeriko langsung memutar tubuh Yuna dan menekan di
bawahnya. “Kamu tahu kan gimana caranya bertanggung jawab kalau sudah
membangunkan Singa yang lagi tidur?”
“Mmh ….” Yuna memutar bola mata, pura-pura berpikir
serius.
“Kamu harus ngasih dia makan daging mentah!” bisik
Yeriko. Ia langsung mengulum lembut bibir Yuna dan membawanya larut untuk
bercinta.
Tok … Tok … Tok …!
Yuna dan Yeriko langsung menoleh ke arah pintu bersamaan.
“Ada apa, Bi?” teriak Yuna.
“Ada Nyonya Besar datang,” jawab Bibi War.
“Iya. Suruh tunggu sebentar, Bi! Kami mandi dulu!” seru
Yeriko.
Yuna tersenyum saat mendengar langkah kaki Bibi War yang
sudah pergi meninggalkan kamarnya. Ia berusaha untuk melepaskan diri dari tubuh
Yeriko.
“Belum kelar,” tutur Yeriko sambil menekan tubuh Yuna.
“Mama sudah nunggu di bawah. Nggak enak kalo kelamaan.
Aku mau mandi.”
“Nanggung. Sebentar lagi.”
Yuna menghela napas dan menyerah. Ia mengikuti keinginan
Yeriko untuk melayaninya hingga akhir.
Usai bercinta, mereka langsung pergi mandi bersama.
Berganti pakaian dan bergegas turun dari kamarnya.
“Pagi, Ma!” sapa Yeriko sambil menghampiri mamanya yang
duduk di sofa.
“Pagi, Ma!” sapa Yuna malu-malu. Ia merasa dirinya sangat
payah karena baru bangun tidur sesiang ini.
Rullyta tersenyum menatap Yuna dan Yeriko. “Pagi …!”
balasnya.
“Mama, kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?” tanya
Yeriko.
“Kenapa Mama harus bilang dulu?”
“Yah, kalau tahu Mama mau ke sini. Kami bisa bangun lebih
pagi,” jawab Yuna.
“Bukannya kita sudah bangun pagi?” sahut Yeriko.
Yuna langsung melotot ke arah Yeriko sambil menyenggol
lengannya.
Rullyta tersenyum manis sambil menatap anak dan menantu
kesayangannya. “Kalau gitu, kita sarapan bareng!” ajaknya sambil bangkit dari
sofa dan melangkah menuju meja makan.
Yeriko dan Yuna menganggukkan kepala dan mengikuti
langkah Rullyta.
“Yun, hari ini kamu ada agenda?” tanya Rullyta di
sela-sela sarapannya.
Yuna menggelengkan kepala. “Nggak ada, Ma. Ini kan hari
minggu,” jawab Yuna dengan mulut penuh makanan.
“Telan dulu makanannya!” pinta Yeriko yang duduk di
sebelah Yuna.
Yuna meringis dan menelan makanannya perlahan.
Rullyta tersenyum kecil melihat tingkah Yuna yang lucu
dan apa adanya.
“Kenapa, Ma?” tanya Yuna setelah berhasil mengosongkan
mulutnya.
“Abis ini ikut Mama ya!”
“Ke mana?”
“Ketemu WO?”
“Hah!? Secepat ini?” tanya Yuna.
“Nyiapin pernikahan itu nggak sebentar. Oh ya, kalian
maunya nikah tanggal berapa?” tanya Rullyta.
“Mmh …”Yuna menoleh ke arah Yeriko. Rullyta juga ikut
menatap wajah putranya.
“Eh!? Terserah kalian aja!” tutur Yeriko yang menyadari
tatapan istri dan mamanya.
Rullyta menghela napas sejenak. “Gimana kalau kita bikin
resepsinya tanggal 07 Juli?”
“Boleh,” jawab Yuna sambil menganggukkan kepala.
“Kenapa tanggal tujuh Juli? Lama banget?” tanya Yeriko.
“Ini masih bulan April.”
Rullyta menghela napas menatap Yeriko. “Kamu pikir,
nyiapin pernikahan itu gampang? Banyak yang harus diurus. Tiga bulan ini
termasuk kecepatan. Biasanya, orang nyiapin resepsi pernikahan sampai setahun.”
“Ya udah. Tahun depan aja sekalian,” celetuk Yeriko.
Yuna dan Rullyta langsung menatap tajam Yeriko.
Yeriko meringis. “Hehehe. Terserah kalian aja dah!”
“Keterlaluan!” sentak Rullyta. “Sebenarnya kamu berminat
bikin pesta atau nggak?”
Yeriko langsung membulatkan matanya menatap Rullyta. Ia
melirik Yuna yang menundukkan kepala sambil menikmati makanan di depannya. Ia
merasa bersalah karena celetukannya telah membuat Yuna salah paham dan mengira
kalau Yeriko tidak akan memberikan pesta pernikahan untuknya.
“Yun, nggak usah diambil hati! Yeriko memang begitu. Pria
selalu nggak peka sama keinginan wanita!”
Yuna tersenyum sambil menatap Rullyta. “Nggak papa, Ma.
Kalau emang dia nggak mau bikin pesta, aku nggak masalah kok.”
“Yun, aku bukan nggak mau bikin pesta. Cuma bercanda
doang. Kita bikin pesta pernikahan secepatnya. Oke?” Yeriko langsung menatap
wajah Yuna lekat.
Yuna tersenyum kecil. “Tapi … kalau kamu keberatan …”
“Aku nggak keberatan!” sahut Yeriko. “Kamu boleh bikin
pesta semewah mungkin sesuai keinginan kamu. Aku bakal turuti semuanya!” Yeriko
langsung menggenggam tangan Yuna agar istrinya tidak murung lagi.
Rullyta tersenyum menatap Yeriko yang terlihat tunduk di
hadapan Yuna. Ia merasa, Yuna bisa mengendalikan Yeriko dengan mudah. “So, kita
ambil tanggal tujuh Juli ya?”
Yuna dan Yeriko mengangguk bersamaan.
“Good!” Rullyta tersenyum puas. “Nanti, Mama kasih jadwal
ke kamu!”
“Jadwal apa, Ma?”
“Jadwal buat ngurus semuanya. Hari ini kita ketemu sama
Wedding Organizer. Besok, kita ke butik untuk gaun pernikahan kamu.”
Yuna mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Rullyta.
“Kamu nggak usah ikut ya!” pinta Rullyta sambil menatap
Yeriko.
Yeriko langsung mengernyitkan dahinya. “Why?”
“Ntar malah bikin ribet. Cukup Mama sama Yuna aja yang
ngurus pernikahan. Kamu terima beres aja!”
Yeriko mengangguk-anggukkan kepala. “Baguslah.”
“Tapi ... kalau hari ini aku pergi sama mama. Kamu di
rumah sendirian, dong?” tutur Yuna sambil menatap Yeriko.
“Yah, mau gimana lagi. Aku kan dilarang pergi,” sahut
Yeriko sambil memasang wajah murung.
“Ma, gimana kalau dia ikut aja hari ini?” tanya Yuna
sambil menoleh ke arah Rullyta. “Setidaknya, kita punya supir sekaligus
bodyguard.”
Rullyta tersenyum kecil. “Nggak boleh! Mama udah bawa
supir sendiri. Lagian, Mama pengen punya lebih banyak waktu berdua sama kamu.”
Yuna langsung menatap iba ke arah Yeriko.
Yeriko tersenyum sambil mengusap rambut Yuna. “Pergi aja
sama Mama! Aku mau pergi ke arena panahan hari ini.”
“Sama siapa?”
“Biasa. Sama Lutfi, sama Chandra.”
Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Jadi, nggak papa kalau
aku pergi berdua sama mama?”
Yeriko menganggukkan kepala. “Memangnya ada yang bisa
ngelawan perintah Nyonya Besar?”
Rullyta tertawa kecil menanggapi ucapan Yeriko.
“Mmh ... Ma, aku ganti baju dulu ya!” pamit Yuna saat
mereka sudah selesai sarapan.
Rullyta mengangguk.
Yuna tersenyum riang dan melenggang menaiki anak tangga
menuju kamarnya.
“Mama yakin nggak mau ajak aku?” tanya Yeriko.
Rullyta tersenyum menatap Yeriko. “Kamu ikut pun nggak
akan berguna.”
“Ma, ini kan pesta pernikahan aku. Kenapa aku nggak boleh
ikut campur?”
“Kamu tuh laki-laki, nggak akan paham selera perempuan!”
dengus Rullyta.
Yeriko mengerutkan dahinya. “Selera perempuan hampir
semua sama. Mereka suka sesuatu yang cantik dan mewah.”
“Yer, apa kamu nggak mau ngasih Mama ruang untuk lebih
dekat sama Yuna?”
“Hmm ... ya, udah kalo gitu.”
“Oh ya, kamu mau foto prewedding di dalam atau di luar
negeri?”
“Pre-wedding?
Kita udah nikah, nggak usah foto-foto pre-wedding segala.”
“Pasca-wedding?”
Rullyta menatap
serius ke arah Yeriko.
“Terserah, Mama! Aku ikut aja!”
“Hmm ... ujung-ujungnya tetep ngikut aja, kan?”
Yeriko tersenyum kecil. “Asal jangan bikin yang
ribet-ribet!” pinta Yeriko.
“Mmh ... kita lihat nanti!” tutur Rullyta sembari bangkit
dari tempat duduk saat melihat Yuna sudah menuruni anak tangga.
Mereka bergegas menuju salah satu kantor Wedding
Organizer yang telah dipilih oleh Rullyta.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment