Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 83 : Sudah Bosan || a Romance Novel by Vella Nine

 

Yuna mengendus leher Yeriko. Hembusan napas yang keluar dari hidung dan mulut Yuna membuat Yeriko memejamkan mata. Jantungnya berdegup kencang dan darahnya mengalir deras berbalik arah.

 

“Yun, kamu nggak mau ngasih tapi mancing terus,” tutur Yeriko sambil menutup laptopnya.

 

“Mancing apa sih?” tanya Yuna sambil menahan tawa. Ia mengeratkan pelukannya.

 

“Mmh ...!” Yeriko berusaha melepaskan Yuna dari tubuhnya. Namun istrinya menempel sangat erat dan membuatnya sulit bergerak. “Yun, lepasin! Aku nggak bisa bernapas!” serunya.

 

Yuna malah cekikikan dan terus memeluk tubuh Yeriko dengan erat.

 

“Huft ...!” Yeriko menyerah, ia memutar kursinya dan bangkit.

 

Yuna langsung turun dari tubuh Yeriko. Ia tertawa kecil menatap Yeriko.

 

“Kamu ... makin hari makin manja!” tutur Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.

 

Yuna meringis ke arah Yeriko. “Ayo, kita makan! Aku udah laper banget nih.”

 

Yeriko mengangguk. Mereka keluar dari ruang kerja dan menuruni anak tangga sambil bergandengan tangan.

 

Bibi War tersenyum melihat Yuna dan Yeriko yang sudah kembali akur seperti biasanya.

 

“Malam, Bi ...!” sapa Yuna sambil tersenyum ceria.

 

“Malam ...” Bibi War tersenyum sambil menyusun makanan di atas meja.

 

Yuna dan Yeriko langsung duduk di meja makan.

 

“Wah ...! Bibi masak kepiting?” seru Yuna.

 

Bibi War menganggukkan kepala. “Suka?”

 

Yuna mengangguk penuh semangat. Ia merasa sangat senang melihat hidangan laut yang dibuat oleh Bibi War.

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Sini, biar aku yang bantu ambilin dagingnya buat kamu!” pinta Yeriko.

 

“Nggak usah!” sahut Yuna. “Nggak seru banget kalau tinggal makan doang. Sensasinya makan kepiting itu waktu milihin dagingnya. Apalagi nyedotin cangkang-cangkangnya. Nikmat banget!”

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia tidak begitu suka makan kepiting. Tapi ia sangat suka melihat Yuna makan kepiting dengan lahap.

 

“Kamu nggak makan?” tanya Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Lihat kamu makan, aku udah kenyang.”

 

“Mmm ... jangan gitu! Ntar kamu sakit!” Yuna langsung meraih udang goreng tepung dan menyodorkannya ke mulut Yeriko. “Ayo, makan!”

 

Yeriko membuka mulutnya perlahan dan langsung melahap udang goreng yang diberikan oleh Yuna.

 

“Kamu harus makan yang banyak!” pinta Yuna dengan mulut penuh makanan. Ia berusaha menelan semua makanan yang ada di mulutnya. “Bukannya kamu perlu tenaga lebih banyak untuk malam ini?” tanya Yuna berbisik.

 

“Uhuk ... uhuk ...!” Yeriko langsung tersedak mendengar ucapan Yuna. Ia meraih gelas air putih dan menenggaknya.

 

Yuna tertawa kecil. “Kenapa? Tiba-tiba grogi kayak gitu?”

 

“Ck, kamu ini perempuan. Apa nggak malu ngomong kayak gitu?”

 

“Eh!? Malu sama siapa? Kita kan udah nikah.”

 

Yeriko manggut-manggut. Ia mengambil piring udang dan melahapnya satu persatu.

 

Yuna tersenyum. Ia terus menatap Yeriko yang tetap terlihat elegan saat makan. Lagi-lagi, ia tidak bisa mengubah kebiasaannya dan tetap saja seperti seorang bandit yang tidak makan selama tiga hari.

 

“Bi ...!” panggil Yuna.

 

“Ya!” sahut Bibi War dari arah dapur.

 

“Kepitingnya masih ada lagi?”

 

“Masih. Sebentar Bibi bawakan.”

 

“Oke.”

 

Beberapa detik kemudian, Bibi War sudah datang sambil membawa ember kecil berisi kepiting yang sudah ia masak.

 

“Mmh .. masakan Bibi enak banget!” puji Yuna sambil menyomot kepiting yang baru dibawa oleh Bibi War.

 

“Syukur deh kalo Mbak Yuna suka,” sahut Bibi War.

 

“Suka banget!”

 

“Besok mau dimasakin lagi?”

 

“Eh!? Jangan, Bi! Kolesterolku langsung tinggi kalau tiap hari dimasakin kepiting,” jawab Yuna sambil tertawa kecil.

 

“Ah, Mbak Yuna bisa aja,” tutur Bibi War sambil  membereskan cangkang kepiting bekas makan Yuna.

 

“Oh ya, Bi. Aku bisa minta tolong?” tanya Yeriko.

 

“Bisa. Apa?”

 

“Besok pesenin sofa baru yang agak luas dan nyaman!” pinta Yeriko.

 

“Mau ganti sofa lagi?” tanya Bibi War.

 

“Bukan. Buat di ruang kerjaku.”

 

Bibi War tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Siap! Besok Bibi pesankan.”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

Bibi War bergegas kembali ke dapur.

 

“Kenapa tiba-tiba pasang sofa di ruang kerja? Bukannya kamu lebih suka kerja sendirian dan nggak ada yang ganggu?”

 

“Buat kamu.”

 

“Aku!?” Yuna menunjuk dirinya sendiri. Ia masih tidak mengerti maksud Yeriko.

 

“Iya. Bisa kamu pakai istirahat kalau nemenin aku kerja.”

 

Yuna tertawa kecil menanggapi ucapan Yeriko.

 

“Kenapa ketawa?” Yeriko mengernyitkan dahi menatap Yuna.

 

“Kamar tidur ada di sebelahnya. Kalau mau istirahat tinggal pindah aja,” jawab Yuna.

 

“Hmm ... bukannya bakal lebih indah kalau bisa bekerja sambil bercinta?” tutur Yeriko sambil menatap lekat mata Yuna.

 

Pipi Yuna menghangat, mengeluarkan rona merah di wajahnya. “Kamu mau nyiapin tempat buat kita ...?” Yuna memutar bola matanya. “Apa kamar kita masih kurang nyaman?”

 

“Bercinta nggak harus di dalam kamar. Kita buat suasananya selalu baru. Gimana?” bisik Yeriko.

 

“Yah ..  sekalian aja pindah-pindah kamar hotel, pindah-pindah kota atau negara biar suasananya baru terus!” sahut Yuna kesal.

 

Yeriko mengernyitkan dahi. Ia merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Tapi malah membuat Yuna kesal.

 

“Kamu kenapa? Tiba-tiba ngambek gitu? Ada yang salah?” tanya Yeriko hati-hati.

 

“Masih tanya,” sahut Yuna lirih.

 

Yeriko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 

Yuna menatap tajam ke arah Yeriko. “Kamu udah bosan sama aku!?” dengus Yuna.

 

“Astaga! Kamu salah paham, Yun. Maksud aku nggak kayak gitu.” Yeriko langsung menepuk dahinya.

 

Yuna mengerutkan bibirnya. Ia langsung bangkit dan bergegas ke dapur untuk membersihkan tangannya menggunakan air kran.

 

“Yun ...!” panggil Yeriko sambil mengikuti langkah Yuna.

 

Yuna tidak memperdulikan panggilan dari Yuna. Ia bergegas naik ke kamar dan langsung berbaring di atas tempat tidur.

 

Yeriko tidak menyerah begitu saja. Ia terus mengikuti Yuna dan berbaring di sampingnya.

 

“Istriku, jangan salah paham! Maksud aku ... cuma pengen ngerasain sensasi yang lain aja. Bukan karena bosan sama kamu,” bisik Yeriko sambil memeluk tubuh Yuna dari belakang.

 

Yuna bergeming. Suasana hatinya belum begitu baik. Ia pura-pura tertidur agar Yeriko tak lagi mengganggunya.

 

“Huft ...! Perempuan memang susah dimengerti,” gumam Yeriko sambil melepas pelukannya.

 

Ia mengambil ponsel dan berdiri di dekat jendela. Ia kembali melihat email anonim yang telah mengirimkan pesan kepadanya.

 

“Sebenarnya, siapa orang yang ada di balik akun ini? Bellina atau justru Andre sendiri?” Yeriko terus bertanya-tanya. Ia merasa kalau Andre bukanlah orang yang sembarangan.

 

Yeriko menatap tubuh Yuna yang terbaring di atas tempat tidur. Ia bergegas keluar dari kamar dan melangkah menuju Balkon. Tanpa pikir panjang, ia langsung menelepon Riyan.

 

“Halo ...! Ada apa, Bos?” tanya Riyan saat panggilan telepon Yeriko tersambung.

 

“Yan, kamu bisa bantu aku selidiki soal Andre?” tanya Yeriko.

 

“Andre? Dia siapa?”

 

“Teman masa kecil Yuna itu.”

 

“Oh ... ya, ya, ya. Kenapa tiba-tiba mau menyelidiki dia?”

 

“Aku ngerasa, dia sedikit berbahaya.”

 

“Oh ... oke, Bos!”

 

“Oke. Aku tunggu informasi secepatnya!”

 

“Siap!”

 

Yeriko menyunggingkan senyum penuh tanya dan  langsung mematikan panggilan telepon. Ia bergegas kembali ke dalam kamar. Ia langsung berbaring sambil memeluk tubuh Yuna. Tangannya sengaja menjalar ke seluruh tubuh Yuna perlahan untuk membangunkan istrinya dan mengajaknya bercinta seperti biasa.

 

 (( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas