Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 80: The Little Devil Action || a Romance Novel by Vella Nine

 


Bellina sangat kesal karena kehadiran Yuna yang telah berani melawannya di depan semua orang. Semua karyawan sangat mengetahui siapa dirinya dan tidak ada yang berani melawan. Kehadiran Yuna benar-benar telah membuatnya kehilangan wibawa.

 

Bellina langsung menaiki lift, melangkahkan kakinya menuju lantai paling atas untuk menemui Wilian.

 

“Siang, Sayangku!” sapa Bellina sambil membuka pintu.

 

“Siang. Tumben ke sini jam segini?”

 

Bellina tersenyum sambil menatap Lian, tangan kanannya memutar kunci pintu ruangan Lian. “Biasanya juga aku ke sini. Apanya yang aneh?”

 

Lian menghela napas dan melangkah menghampiri Bellina. “Aku pulang kerjanya masih lama. Nanti kamu kelamaan nunggu.”

 

Bellina tersenyum manis. Ia melingkarkan lengannya ke leher Lian. “Kalau sama kamu, seratus tahun pun rasanya Cuma sedetik.”

 

“Ah, kamu. Bisa aja ngegombalnya.”

 

Bellina tersenyum. “Aku kangen sama kamu,” ucapnya lirih dan langsung mengulum bibir Lian. Ia merasa sangat senang karena Lian membalas ciumannya dengan mesra.

 

Perlahan, tangan Bellina masuk ke dalam kemeja Lian dan mengelus lembut dada Lian.

 

Lian menarik napas dalam-dalam. Sentuhan Bellina membuat seluruh tubuhnya menegang. Ia langsung memutar tubuh Bellina dan membaringkannya di sofa.

 

Bellina tersenyum bahagia saat menyentuh alat vital Lian yang sudah berdiri tegak. Akhirnya, ia berhasil merangsang tubuh Lian. Ia harus berhasil membuat Lian menikmati hubungan intim bersamanya agar ia bisa benar-benar mengandung anak dari Lian.

 

Bellina mendesah sambil menggigit bibirnya. Ia ikut melayang saat tangan Lian membuka pakaiannya perlahan dan menghisap perlahan bagian dadanya.

 

Bellina masih terus memancing Lian agar mengeluarkan alat vitalnya dan segera bercinta dengannya. Namun, Lian hanya menciumi tubuhnya yang telanjang.

 

Bellina tak sabar. Ia berinisiatif memasukkan tangannya ke dalam celana Lian dan mengelus lembut alat vital pria itu.

 

Lian langsung bangkit saat menyadari kalau Bellina dikuasai oleh birahi yang begitu besar.

 

“Kenapa?” tanya Bellina dengan wajah kecewa.

 

“Kamu lagi hamil muda. Aku nggak mau membahayakan anak kita. Anak kita jauh lebih penting. Seharusnya, kita bisa menahan diri.”

 

Bellina bangkit dari sofa dan langsung memeluk tubuh Lian yang masih duduk di depannya. Ia meletakkan dagunya di bahu Lian sambil menciumi tengkuk Lian.

 

“Aku udah konsultasi ke dokter. Janin kita akan baik-baik saja selama kita berhati-hati melakukannya. Kandunganku cukup kuat untuk melakukan hal ini. Kamu nggak perlu khawatir,” bisik Bellina sambil menciumi telinga Lian.

 

Lian langsung menoleh ke arah Bellina. “Serius?”

 

Bellina menganggukkan kepala. “Apa kamu nggak kangen saat-saat kita menikmati indahnya cinta kayak gini?” tanyanya sambil tersenyum manis.

 

Lian menatap mata Bellina beberapa detik. Ia langsung menarik tengkuk Bellina dan menghisap kuat bibir Bellina. Ia tak lagi bisa menahan diri, terlebih Bellina telah membangunkan sesuatu yang sedang tidur nyenyak di sela-sela pahanya. Ia pasti akan sangat menderita jika terus menahan diri dan tidak bisa melampiaskan birahinya.

 

“Hmm ... I Love you!” Bellina terus mendesah sembari menikmati permainannya bersama Lian. Ia merasa sangat bahagia karena akhirnya bisa membuat Lian menikmati sentuhan kenikmatan cinta yang ia berikan.

 

Bellina sengaja berhenti menelan pil kb sejak ia pura-pura mengandung anak dari Lian. Sejak itu pula, Lian selalu menolak berhubungan intim dengannya karena alasan janin yang ada di dalam perut Bellina. Kali ini, Bellina sangat percaya diri bisa memberikan Lian keturunan dan menguasai Lian selamanya.

 

Lian langsung merentangkan tubuhnya usai bercinta dengan Bellina. Keringat di tubuhnya mengucur deras karena permainan yang sangat panas. Ia melirik Bellina yang berbaring di sampingnya. “Makasih!” ucapnya sambil tersenyum. Ia bangkit dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

 

Bellina tersenyum bahagia. Ia meraih tisu yang ada di dekatnya dan membersihkan vagina-nya dari sisa-sisa sperma Lian yang keluar. Kemudian, ia bangkit dan menyusul Lian ke kamar mandi.

 

Usai membersihkan diri, Bellina dan Lian kembali mengenakan pakaian kerjanya.

 

“Li, aku mau nanya sesuatu,” tutur Bellina sambil duduk di pangkuan Lian.

 

“Tanya apa?”

 

“Kenapa Yuna tiba-tiba ditarik ke sini?”

 

Lian mengedikkan bahu. “Itu urusan personalia. Aku nggak begitu ngurusin.”

 

“Bukan karena permintaan kamu ‘kan?”

 

Lian menggelengkan kepala sambil tersenyum. Sebisa mungkin, ia menyembunyikan rahasia perasaannya di depan Bellina. Walau ia masih mencintai Yuna, ia juga tidak bisa melepaskan Bellina begitu saja.

 

Bellina mengerucutkan bibirnya sambil bergelayut manja di bahu Lian. “Sayang, aku juga mau kerja di sini. Jadi sekretaris kamu gimana? Aku mau kita selalu deket.”

 

Lian tersenyum kecil. “Kamu sudah jadi tunanganku. Buat apa ngelamar jadi sekretaris? Bukannya lebih baik memimpin perusahaan yang di sana?”

 

Bellina mengerutkan bibirnya. Ia merasa, Lian sengaja menarik Yuna ke kantor pusat dan membiarkan dirinya menjadi pimpinan di anak perusahaan Wijaya Group agar bisa berdekatan dengan Yuna tanpa sepengetahuannya.

 

“Kenapa murung gitu?” tanya Lian.

 

“Huft, aku cuma takut kalau Yuna bakal deketin kamu lagi dan kamu ...”

 

Lian meletakkan jemari di bibir Bellina. “Kamu tahu, Yuna sudah mengacaukan pesta pertunangan kita. Mempermalukan keluarga besar kita. Apa kamu pikir, aku masih tertarik sama wanita kayak dia?”

 

“Hmm ... iya juga, sih. Tapi, dia itu kan licik. Bisa aja kan dia ngejar-ngejar kamu lagi. Secara, dia nikah sama Yeriko kan karena terpaksa. Bukan karena cinta sama cowok itu.”

 

Lian menautkan kedua alisnya. “Kamu tahu dari mana?”

 

“Tahu, lah. Aku ini masih kakak sepupunya Yuna. Dia itu, udah ngejual dirinya sama Oom-Oom tua cuma buat biayain pengobatan ayahnya. Dia juga nikah sama Yeriko, demi bisa biayain pengobatan ayahnya dia. Dia nikah bukan karena cinta, tapi karena uang.”

 

“Hmm ... gitu ya? Aku nggak nyangka kalau dia sepicik itu.”

 

Bellina menganggukkan kepala. “Untung aja kamu udah putus sama dia. Kalo nggak, dia pasti bakal morotin kekayaan kamu terus.”

 

Lian tersenyum kecil menanggapi ucapan Bellina.

 

Bellina tersenyum dan meraih ponselnya.

 

“Hp kamu kenapa? Retak gini?” tanya Lian heran.

 

“Nggak papa. Tadi jatuh. Cuma tempered glass-nya aja yang pecah. Bisa diganti. Oh ya, aku mau nunjukin sesuatu ke kamu.”

 

“Apa?”

 

Bellina membuka galeri foto di ponselnya dan menunjukkan foto Yuna yang terlihat mesra bersama Andre.

 

Lian langsung membelalakkan matanya. “Cowok itu siapa?”

 

Bellina tersenyum sambil menarik ponsel dari hadapan Lian. “Aku kan udah bilang kalau Yuna itu nggak beneran cinta sama Yeriko. Buktinya, dia masih jalan sama cowok lain. Dia pasti lagi ngincar harta cowok ini.”

 

“Kamu jangan ngada-ngada! Belum tentu seperti itu. Bisa aja foto itu cuma editan.”

 

Bellina tersenyum. “Ya udah kalo nggak percaya. Yang jelas, aku dapet foto ini tadi siang dan aku juga lihat dengan kepalaku sendiri.” Ia bangkit dari pangkuan Lian dan duduk di sofa.

 

Lian menatap Bellina dari meja kerjanya. Ia tidak menyangka kalau ada pesaing bari dalam hidupnya. Ia belum berhasil merebut Yuna dari tangan Yeriko, sekarang sudah muncul pria lain yang juga berusaha mendekati Yuna.

 

Bellina terus tersenyum sambil memainkan ponselnya. Diam-diam, ia membuat email anonim dan mengirimkan foto-foto kemesraan Andre dan Yuna ke email Yeriko.

 

“Kamu harus tahu akibatnya kalau cari gara-gara sama aku!” gumam Bellina kesal. “Huhuhu ... saatnya menikmati perang dunia baru. Yeriko pasti bakal menyingkirkan Yuna saat tahu kalau istrinya jalan sama cowok lain,” ucap Bellina lirih. Ia merasa sangat puas setelah mengirimkan foto Yuna ke email Yeriko.

 

 (( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas