Yuna merasa sangat canggung menghadapi tatapan Andre yang tidak seperti
biasanya. Ia merasa, kali ini Andre tak banyak bercanda dan lebih serius.
“Kamu nggak makan?” tanya Yuna sambil menyuap makanan menggunakan sumpit
yang ada di tangannya.
Andre tersenyum kecil. Ia meraih sumpit yang ada di atas meja dan mulai
mencicipi hidangan ala Jepang yang ada di hadapan mereka.
Sesekali Yuna menatap Andre yang terlihat lesu, tak seperti biasanya. “Kamu
kenapa?”
“Eh!? Nggak papa.” Andre melanjutkan makannya perlahan. Ia terus melirik
Yuna yang duduk di hadapannya. Ia menarik napas beberapa kali. Ada hal yang
ingin ia ungkapkan namun tertahan di kerongkongannya.
Yuna terlihat sangat bersemangat menikmati hidangan yang ada di depannya.
Ia bahkan memesan beberapa menu tambahan yang ia sukai.
“Yun ...!” panggil Andre lirih.
“Hmm ...,” sahut Yuna dengan mulut penuh makanan.
“Kamu ingat nggak, dulu kamu pernah ngasih aku sapu tangan gambar bunga
yang kamu sulam sendiri?”
Yuna menganggukkan kepala. “Masih ada?”
Andre menganggukkan kepala. “Aku selalu bawa ke mana pun.”
“Oh ya? Good!” Yuna mengacungkan jempolnya. “Kamu bilang, nggak suka gambar
bunga. Aku Cuma bisa buat gambar itu doang. Kamu tahu, aku bikinnya susah
payah. Kalau sampai kamu buang, persahabatan kita END!” tegas Yuna.
“Apa beneran bisa diakhiri?” tanya Andre.
“Eh!? Maksud kamu?”
“Aku mau ... hubungan kita bukan sekedar persahabatan, Yun. Dari dulu, aku
suka sama kamu lebih dari sahabat, lebih dari saudara. Aku pengen jadi
pendamping hidup kamu.”
Yuna melongo mendengar ucapan Andre. Ia mengerdipkan mata beberapa kali.
Masih tak percaya dengan kalimat yang keluar dari mulut Andre.
“Yun ...!” panggil Andre lirih. “Aku Cuma pengen tahu perasaan kamu ke aku.
Apa kamu ...?”
“Kamu tahu aku sudah nikah. Kenapa masih bilang kayak gini?”
“Aku tahu. Aku cuma mau ngungkapin perasaanku. Nggak peduli gimana status
kamu sekarang. Sekalipun kamu sudah nikah dan punya anak dari orang lain, aku
tetep cinta sama kamu.”
“Jangan gila, Ndre! Ada banyak cewek di dunia ini. Kamu juga ganteng,
berbakat dan kaya raya. Nggak susah buat dapetin cewek cantik dan kaya juga.
Aku nggak punya apa-apa. Saat ini, aku cuma ayah dan suamiku.”
Andre menarik napas dalam-dalam. “Aku sudah tahu semuanya,” tuturnya lirih.
“Seharusnya aku nggak ninggalin kamu di saat kamu terpuruk. Bukanya nemenin
kamu, aku malah pindah ke luar negeri dan membiarkan kamu menjalani kesulitan
seorang diri. Aku bener-bener ngerasa bersalah ...”
“Aku baik-baik aja,” sahut Yuna sambil menikmati makanannya.
“Saat aku balik dari Italia, orang yang pertama aku cari adalah kamu. Aku
pergi ke rumah kamu yang dulu, tapi rumah itu sudah dijual dan ganti pemilik.
Aku coba nyari ke rumah keluarga kamu, kamu juga nggak tinggal di sana. Aku
hampir putus asa buat nyari kamu. Saat Tuhan menakdirkan kita bertemu, kamu
justru sudah menikah dengan pria lain. Aku bener-bener benci sama diriku
sendiri karena nggak bisa nemenin kamu di saat-saat paling sulit dalam hidup
kamu.”
Yuna tidak menanggapi ucapan Andre. Ia tetap fokus menikmati makanannya
dengan santai.
“Kenapa kamu harus pura-pura?” tanya Andre sambil menatap Yuna.
“Pura-pura apa?”
“Pura-pura bahagia. Aku tahu semua penderitaan yang kamu alami beberapa
tahun belakangan ini. Kamu masih bilang kalau kamu baik-baik aja. Kamu nikah
sama Yeriko juga karena terpaksa kan?”
Yuna tersenyum menatap Andre. “Nggak ada yang memaksa aku nikah sama dia.
Aku mau nikah, karena aku memang suka sama dia.”
“Oh ya? Andai hari itu yang berdiri di sana adalah aku, apa kamu juga bakal
bersedia nikah sama aku?”
“Maksud kamu?”
“Yeriko biayain semua perawatan ayah kamu dengan syarat kamu mau nikah sama
dia kan? Kalau memang dia ikhlas nolong kamu, nggak seharusnya dia minta kamu
jadi istrinya. Modus banget kan?”
Yuna menghela napas mendengar ucapan Andre. “Aku nggak punya pilihan lain.
Lagian, aku juga sudah suka sama dia sejak awal kenal sama dia. Bukan dia yang
manfaatin aku. Tapi, aku yang udah manfaatin dan ngambil keuntungan dari dia.”
“Yun, sudah sejauh ini dan kamu masih aja belain suami kamu. Dia nggak
sebaik yang kamu pikirkan!” tutur Andre.
Yuna meletakkan sumpitnya. Ia melipat kedua tangan ke atas meja dan menatap
Andre serius. “Apa kamu jauh lebih baik dari dia?” tanya Yuna kesal.
“Setidaknya, aku sudah kenal kamu sejak kecil. Ada masalah sama ayah kamu,
harusnya kamu cari aku dan nggak perlu menikah dengan orang lain yang nggak
kamu kenal kan?”
“Aku harus cari kamu ke mana? Lagipula, Yeriko memperlakukan aku dengan
baik. Aku percaya sama dia!” tegas Yuna.
“Yun ...!” Andre menggenggam tangan Yuna. “Kita sudah berteman baik sejak
kecil. Apa kamu nggak percaya sama aku?”
“Aku percaya sama kamu, juga percaya sama Yeriko,” jawab Yuna.
Andre menatap lekat ke arah Yuna. “Yun, dia bukan laki-laki sembarangan.
Dia nikahin kamu, pasti ada maksud terselubung. Aku lihat, hampir semua media
memberitakan sifat buruk Yeriko yang angkuh dan kejam. Apa kamu beneran akan
menghabiskan sisa hidup kamu bersama orang yang seperti dia?”
Yuna tersenyum menatap Andre. “Aku udah tahu semuanya. Saat ini, aku merasa
sangat bahagia menjadi istri Yeriko. Banyak hal yang orang lain tidak tahu
tentang dia. Walau dia seorang pebisnis yang angkuh dan kejam, tapi dia sangat
menyayangi keluarga dan istrinya. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan aku! Aku
selalu bahagia bareng dia.”
Andre menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia hampir putus
asa menjelaskan pada Yuna. Ia ingin, Yuna bisa mengakhiri sandiwaranya.
“Yun ... apa kamu beneran cinta sama dia?” tanya Andre.
Yuna menganggukkan kepala.
“Apa dia juga cinta sama kamu?” tanya Andre lagi.
Yuna menganggukkan kepala. “Banget!”
“Kamu tahu dari mana? Gimana kalau dia cuma pura-pura cinta dan mau manfaatin
kamu doang?”
“Nggak mungkinlah,” sahut Yuna sambil tertawa kecil. “Aku ini nggak punya
apa-apa. Apa yang mau dia ambil dari aku?”
Andre terdiam menatap Yuna. Ucapan Yuna ada benarnya juga. Tapi ... ia
masih saja tidak bisa menerima pernikahan Yuna dan Yeriko yang terjadi begitu
cepat.
Yuna tersenyum dan melanjutkan menikmati makanannya kembali. “Banyak orang
yang mengatakan hal buruk tentang suamiku. Tapi, aku selalu melihat banyak
kebaikan yang ada dalam dirinya.”
Andre mengangguk-anggukkan kepala. “Semoga saja dia selalu baik sama kamu!”
“Aamiin,” sahut
Yuna bersemangat.
Andre tersenyum kecut. Ia tidak menyangka kalau Yuna sangat antusias
terhadap Yeriko. Setiap kali Yuna menyebut nama Yeriko, matanya menggambarkan
kebahagiaan yang sangat menyayat hatinya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment