Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 75 : Cemburu Lagi | a Romance Novel by Vella Nine

 


“Aargh ...! Malam ini aku seneng banget!” seru Yuna sambil menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna sembari melepas jas dan dasinya. Ia duduk di tepi tempat tidur dan terus memandangi Yuna yang begitu bahagia.

 

Yuna bangkit dan duduk di samping Yeriko. “Beruang, makasih ya! Malam ini aku bener-bener bahagia banget karena berhasil mempermalukan Bellina. Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bikin pesta pertunangan mereka kayak pesta pertunangan kita aja.”

 

“Apa pun yang bikin kamu senang, aku pasti melakukannya buat kamu.”

 

“Hmm ...” Yuna bergelayut manja di tubuh Yeriko sambil menyentuh pipi suaminya.

 

Yeriko tersenyum dan langsung mengecup bibir Yuna. Ia menarik tubuh Yuna ke pangkuannya. “Tadi, ngobrolin apa aja sama Cantika?” tanyanya sambil menempelkan hidungnya ke hidung Yuna.

 

Yuna menggeleng kecil. “Nggak ada.”

 

“Hmm ... kalian kelihatan asyik banget ngobrolnya. Nggak mungkin nggak ada yang diobrolin.”

 

Yuna tertawa kecil. “Urusan perempuan, mau tahu aja!”

 

Yeriko geregetan melihat wajah lucu Yuna,  ia langsung menggigit hidung Yuna yang mungil.

 

“Kamu udah mulai jadi beruang beneran? Main gigit-gigit aja,” celetuk Yuna sambil mengelus hidungnya.

 

Yeriko tertawa kecil. “Mau gigit balik?” tanyanya sambil menyodorkan lehernya ke mulut Yuna.

 

Yuna menatap leher Yeriko penuh gairah dan langsung menggigit leher suaminya.

 

“Aargh ...! Yuna! Jangan serius gigitnya!” teriak Yeriko.

 

Yuna langsung membungkam mulut Yeriko. “Jangan teriak-teriak! Ini udah malam. Kalau didengar sama tetangga gimana?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Tetangga yang mana? Rumah kita jauh dari tetangga.”

 

“Tetangga yang di bawah, Bibi War,” bisik Yuna.

 

“Kamu bisa aja.” Yeriko tersenyum sambil memeluk pinggang Yuna. Ia langsung menghisap kuat bibir Yuna yang mungil. Tangannya mulai meraba punggung Yuna dan melepas gaun Yuna perlahan.

 

Yuna tak bisa mengendalikan diri setiap kali jemari tangan Yeriko menyentuh seluruh tubuhnya. Ia terus mengikuti irama jemari tangan Yeriko dan tenggelam dalam kenikmatan bercinta bersama suaminya.

 

 

 

Keesokan harinya ...

 

Yuna dan Yeriko sarapan pagi seperti biasa.

 

“Oh ya, aku belum bilang ke kamu kalau aku dipindahin ke kantor pusat,” tutur yuna sambil menggigit roti bakar yang ada di tangannya.

 

Yeriko mengernyitkan dahi. “Kantor pusat?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Apa itu nggak berbahaya?”

 

“Berbahaya apanya?” tanya Yuna balik.

 

“Berbahaya buat aku. Kamu bakal sering ketemu sama mantan pacar kamu itu,” jawab Yeriko sambil melipat wajahnya.

 

Yuna tersenyum kecil menatap wajah Yeriko. “Kamu cemburu?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Bilang cemburu!” seru Yuna.

 

“Enggak,” sahut Yeriko.

 

“Oke. Kalau gitu, aku bakal ke ruangannya setiap hari. Nggak cemburu kan?”

 

Yeriko mengerutkan kening dan bibirnya.

 

Yuna tersenyum dan langsung mengecup bibir Yeriko. “Bercanda.”

 

“Jadi, hari ini aku antar kamu ke kantor baru?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Eh, ke kantor lama dulu ya. Ada barang yang mau aku ambil.”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Eh, pelayan yang kemarin pada di sini ke mana ya? Kok, udah nggak ada?” tanya Yuna.

 

“Bukannya kamu sendiri yang mau mereka pergi. Mereka udah pergi, kenapa malah dicari?”

 

“Hihihi. Iya, juga sih. Aku pikir mereka bakal menetap di rumah ini.”

 

“Mama udah tarik mereka semua.”

 

“Oh, baguslah. Aku bisa tenang tanpa banyak orang di sini.”

 

 Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. “Yun, kamu dipindah ke kantor pusat secepat ini. Karena kinerja kamu bagus atau karena Wilian?” tanya Yeriko serius.

 

Yuna memonyongkan bibirnya menatap Yeriko. “Apa otakku kelihatan payah banget? Biar gini-gini, aku lulusan Melbourne!” dengus Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil mengangguk-anggukkan kepala.

 

Yuna mengibaskan rambutnya di depan Yeriko. “Gimana? Istri kamu ini lumayan juga kan?” tanyanya sambil memainkan alisnya.

 

Yeriko manggut-manggut menanggapi pertanyaan Yuna.

 

Yuna tersenyum manis. Ia mengambil cermin dari dalam tasnya. Ia mengamati riasan wajahnya dan memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan.

 

Yeriko mengerutkan kening menatap Yuna. “Nggak biasanya kamu kayak gini.”

 

“Kenapa?”

 

“Nggak papa.”

 

Yuna tersenyum sambil menatap dirinya di cermin. Matanya tertuju pada kalung berlian yang diberikan Yeriko semalam. Ia langsung meletakkan cermin ke atas meja dan melepas kalung dari lehernya.

 

“Kenapa dilepas?” tanya Yeriko.

 

Yuna menghela napas sambil menyimpan kalung tersebut ke dalam dompetnya. “Barang ini terlalu mahal. Aku nggak bisa pakai untuk kerja. Ntar dibilang pamer,” ucapnya sambil tersenyum dan memasukkan dompetnya kembali ke dalam tas.

 

“Cuma mereka yang iri sama kamu yang bakal ngusik apa yang kamu pakai,” sahut Yeriko.

 

Yuna terkekeh mendengar ucapan Yeriko. “Lagian, pakai barang mewah di tempat umum nggak begitu baik. Kalau aku dijambret gimana?”

 

“Apa aku perlu sewa pengawal buat kamu?”

 

“Nggak usah berlebihan!” pinta Yuna. “Aku baru mau masuk ke kantor baru dan nggak mau semua orang lihat aku terlalu berlebihan. Aku mau terlihat biasa aja seperti yang lainnya.”

 

Yeriko tersenyum bangga menatap Yuna. Sekalipun ia bisa memberikan semua untuk Yuna, tapi istrinya itu tidak pernah rewel dan meminta banyak hal kepadanya.

 

“Ayo, berangkat!” pinta Yuna sambil melirik arloji di tangannya.

 

“Sebentar,” jawab Yeriko santai sambil menyalakan sebatang rokok.

 

Yuna mengerutkan kening dan bibirnya. “Malah ngerokok?” celetuknya kesal. “Ntar aku telat masuk kantor.”

 

“Masuk kantor masih tiga puluh menit lagi,” sahut Yeriko sambil melihat arloji di tangannya. Ia menghisap rokoknya dengan santai sambil memeriksa email yang masuk ke ponselnya.

 

Yuna bangkit dari meja makan dan berjalan menuju sofa. Ia mengeluarkan ponsel dan bermain game online sembari menunggu Yeriko menghabiskan rokok dan kopinya.

 

“Kenapa dia santai banget sih!?” gumam Yuna sambil melirik ke arah Yeriko. “Apa sebenarnya ... dia nggak senang kalau aku pindah ke kantor yang baru? Kayaknya ... dia sengaja lama-lama berangkat kerja?”

 

“Beruang ... masih lama atau nggak?” teriak Yuna. “Kalau masih lama, aku naik taksi aja nih.”

 

“Sebentar,” jawab Yeriko santai.

 

“Sebentarnya lama banget. Aku keburu telat nih.”

 

Yeriko mematikan rokoknya dan bangkit dari tempat duduk. Ia tidak begitu semangat mengantarkan Yuna ke kantor barunya.

 

“Kenapa hari ini lambat banget? Aku masih harus ke kantor lama buat ngambil barang. Nggak enak banget kalau baru pertama kerja dan telat,” cerocos Yuna sambil bangkit dari sofa.

 

“Nggak enak sama siapa?”

 

“Nggak enak sama karyawan yang lain,” jawab Yuna. Ia memasukkan ponsel ke dalam tas dan bergegas keluar dari rumah.

 

“Kamu nggak enak sama yang lain atau sama Wilian?”

 

Yuna menghela napas dan menghentikan langkahnya. Ia berbalik menatap Yeriko yang berjalan di belakangnya. “Kamu beneran cemburu sama Lian?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Kenapa dari tadi bahas Lian terus sih?”

 

“Aku cuma takut kamu balik ke dia lagi.”

 

Yuna tersenyum dan menghampiri Yeriko perlahan. “Bukannya Tuan Ye nggak pernah takut sama apa pun?” tanyanya sambil melingkarkan lengannya ke leher Yeriko.

 

Yeriko bergeming, ia mengangkat dagunya lebih tinggi. Sikap angkuhnya terlihat sangat jelas dan membuat Yuna tersenyum kecil.

 

“Sikap angkuh kamu ini sudah nggak berguna lagi buat aku,” tutur Yuna sambil mencubit pipi Yeriko. “Kamu ... sekarang adalah beruang aku yang lucu.”

 

Yeriko memaksakan bibirnya untuk tersenyum.

 

Yuna tersenyum kecil dan mengecup bibir Yeriko. “Nggak perlu khawatir! I’m your’s, now and forever.”

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. Ia balas mengecup bibir Yuna, merangkulnya dengan mesra dan membawanya masuk ke dalam mobil.

 

Yuna merasa sangat bahagia. Walau Yeriko adalah pria yang dingin dan kejam, tapi ia tidak kesulitan untuk mengendalikannya. Ia bisa dengan mudah meluluhkan hati suaminya.

 

Sepertinya benar apa kata orang, cuma wanita yang bisa menguasai pria yang menguasai dunia,” tutur Yuna dalam hatinya. Ia terus tersenyum sepanjang jalan melihat sikap Yeriko yang mulai cemburu.

 

Yuna merasa hidupnya sangat beruntung sejak mengenal Yeriko. Bukan hanya menjadi ‘Hero’ dalam hidupnya, tapi juga memiliki sayap ‘Angel’ yang selalu melindungi dan menghangatkan dirinya. 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas