“Aargh ...! Malam ini aku seneng banget!” seru Yuna
sambil menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.
Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna sembari melepas jas
dan dasinya. Ia duduk di tepi tempat tidur dan terus memandangi Yuna yang
begitu bahagia.
Yuna bangkit dan duduk di samping Yeriko. “Beruang,
makasih ya! Malam ini aku bener-bener bahagia banget karena berhasil
mempermalukan Bellina. Aku nggak nyangka kalau kamu bisa bikin pesta
pertunangan mereka kayak pesta pertunangan kita aja.”
“Apa pun yang bikin kamu senang, aku pasti melakukannya
buat kamu.”
“Hmm ...” Yuna bergelayut manja di tubuh Yeriko sambil
menyentuh pipi suaminya.
Yeriko tersenyum dan langsung mengecup bibir Yuna. Ia
menarik tubuh Yuna ke pangkuannya. “Tadi, ngobrolin apa aja sama Cantika?”
tanyanya sambil menempelkan hidungnya ke hidung Yuna.
Yuna menggeleng kecil. “Nggak ada.”
“Hmm ... kalian kelihatan asyik banget ngobrolnya. Nggak
mungkin nggak ada yang diobrolin.”
Yuna
tertawa kecil. “Urusan perempuan, mau tahu aja!”
Yeriko
geregetan melihat wajah lucu Yuna, ia langsung menggigit hidung Yuna yang
mungil.
“Kamu udah mulai jadi beruang beneran? Main gigit-gigit
aja,” celetuk Yuna sambil mengelus hidungnya.
Yeriko tertawa kecil. “Mau gigit balik?” tanyanya sambil
menyodorkan lehernya ke mulut Yuna.
Yuna menatap leher Yeriko penuh gairah dan langsung
menggigit leher suaminya.
“Aargh ...! Yuna! Jangan serius gigitnya!” teriak Yeriko.
Yuna langsung membungkam mulut Yeriko. “Jangan
teriak-teriak! Ini udah malam. Kalau didengar sama tetangga gimana?”
Yeriko tersenyum kecil. “Tetangga yang mana? Rumah kita
jauh dari tetangga.”
“Tetangga yang di bawah, Bibi War,” bisik Yuna.
“Kamu bisa aja.” Yeriko tersenyum sambil memeluk pinggang
Yuna. Ia langsung menghisap kuat bibir Yuna yang mungil. Tangannya mulai meraba
punggung Yuna dan melepas gaun Yuna perlahan.
Yuna tak bisa mengendalikan diri setiap kali jemari
tangan Yeriko menyentuh seluruh tubuhnya. Ia terus mengikuti irama jemari
tangan Yeriko dan tenggelam dalam kenikmatan bercinta bersama suaminya.
Keesokan harinya ...
Yuna dan Yeriko sarapan pagi seperti biasa.
“Oh ya, aku belum bilang ke kamu kalau aku dipindahin ke
kantor pusat,” tutur yuna sambil menggigit roti bakar yang ada di tangannya.
Yeriko mengernyitkan dahi. “Kantor pusat?”
Yuna menganggukkan kepala.
“Apa itu nggak berbahaya?”
“Berbahaya apanya?” tanya Yuna balik.
“Berbahaya buat aku. Kamu bakal sering ketemu sama mantan
pacar kamu itu,” jawab Yeriko sambil melipat wajahnya.
Yuna tersenyum kecil menatap wajah Yeriko. “Kamu
cemburu?”
Yeriko menggelengkan kepala.
“Bilang cemburu!” seru Yuna.
“Enggak,” sahut Yeriko.
“Oke. Kalau gitu, aku bakal ke ruangannya setiap hari.
Nggak cemburu kan?”
Yeriko mengerutkan kening dan bibirnya.
Yuna tersenyum dan langsung mengecup bibir Yeriko.
“Bercanda.”
“Jadi, hari ini aku antar kamu ke kantor baru?”
Yuna menganggukkan kepala. “Eh, ke kantor lama dulu ya.
Ada barang yang mau aku ambil.”
Yeriko menganggukkan kepala.
“Eh, pelayan yang kemarin pada di sini ke mana ya? Kok,
udah nggak ada?” tanya Yuna.
“Bukannya kamu sendiri yang mau mereka pergi. Mereka udah
pergi, kenapa malah dicari?”
“Hihihi. Iya, juga sih. Aku pikir mereka bakal menetap di
rumah ini.”
“Mama udah tarik mereka semua.”
“Oh, baguslah. Aku bisa tenang tanpa banyak orang di
sini.”
Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. “Yun, kamu
dipindah ke kantor pusat secepat ini. Karena kinerja kamu bagus atau karena
Wilian?” tanya Yeriko serius.
Yuna memonyongkan bibirnya menatap Yeriko. “Apa otakku
kelihatan payah banget? Biar gini-gini, aku lulusan Melbourne!” dengus Yuna.
Yeriko tersenyum kecil sambil mengangguk-anggukkan
kepala.
Yuna mengibaskan rambutnya di depan Yeriko. “Gimana?
Istri kamu ini lumayan juga kan?” tanyanya sambil memainkan alisnya.
Yeriko manggut-manggut menanggapi pertanyaan Yuna.
Yuna tersenyum manis. Ia mengambil cermin dari dalam
tasnya. Ia mengamati riasan wajahnya dan memperbaiki rambutnya yang sedikit
berantakan.
Yeriko mengerutkan kening menatap Yuna. “Nggak biasanya
kamu kayak gini.”
“Kenapa?”
“Nggak papa.”
Yuna tersenyum sambil menatap dirinya di cermin. Matanya
tertuju pada kalung berlian yang diberikan Yeriko semalam. Ia langsung
meletakkan cermin ke atas meja dan melepas kalung dari lehernya.
“Kenapa dilepas?” tanya Yeriko.
Yuna menghela napas sambil menyimpan kalung tersebut ke
dalam dompetnya. “Barang ini terlalu mahal. Aku nggak bisa pakai untuk kerja.
Ntar dibilang pamer,” ucapnya sambil tersenyum dan memasukkan dompetnya kembali
ke dalam tas.
“Cuma mereka yang iri sama kamu yang bakal ngusik apa
yang kamu pakai,” sahut Yeriko.
Yuna terkekeh mendengar ucapan Yeriko. “Lagian, pakai
barang mewah di tempat umum nggak begitu baik. Kalau aku dijambret gimana?”
“Apa aku perlu sewa pengawal buat kamu?”
“Nggak usah berlebihan!” pinta Yuna. “Aku baru mau masuk
ke kantor baru dan nggak mau semua orang lihat aku terlalu berlebihan. Aku mau
terlihat biasa aja seperti yang lainnya.”
Yeriko tersenyum bangga menatap Yuna. Sekalipun ia bisa
memberikan semua untuk Yuna, tapi istrinya itu tidak pernah rewel dan meminta
banyak hal kepadanya.
“Ayo, berangkat!” pinta Yuna sambil melirik arloji di
tangannya.
“Sebentar,” jawab Yeriko santai sambil menyalakan
sebatang rokok.
Yuna mengerutkan kening dan bibirnya. “Malah ngerokok?”
celetuknya kesal. “Ntar aku telat masuk kantor.”
“Masuk kantor masih tiga puluh menit lagi,” sahut Yeriko
sambil melihat arloji di tangannya. Ia menghisap rokoknya dengan santai sambil
memeriksa email yang masuk ke ponselnya.
Yuna bangkit dari meja makan dan berjalan menuju sofa. Ia
mengeluarkan ponsel dan bermain game online sembari menunggu Yeriko
menghabiskan rokok dan kopinya.
“Kenapa dia santai banget sih!?” gumam Yuna sambil
melirik ke arah Yeriko. “Apa sebenarnya ... dia nggak senang kalau aku pindah
ke kantor yang baru? Kayaknya ... dia sengaja lama-lama berangkat kerja?”
“Beruang ... masih lama atau nggak?” teriak Yuna. “Kalau
masih lama, aku naik taksi aja nih.”
“Sebentar,” jawab Yeriko santai.
“Sebentarnya lama banget. Aku keburu telat nih.”
Yeriko mematikan rokoknya dan bangkit dari tempat duduk.
Ia tidak begitu semangat mengantarkan Yuna ke kantor barunya.
“Kenapa hari ini lambat banget? Aku masih harus ke kantor
lama buat ngambil barang. Nggak enak banget kalau baru pertama kerja dan
telat,” cerocos Yuna sambil bangkit dari sofa.
“Nggak enak sama siapa?”
“Nggak enak sama karyawan yang lain,” jawab Yuna. Ia
memasukkan ponsel ke dalam tas dan bergegas keluar dari rumah.
“Kamu nggak enak sama yang lain atau sama Wilian?”
Yuna menghela napas dan menghentikan langkahnya. Ia
berbalik menatap Yeriko yang berjalan di belakangnya. “Kamu beneran cemburu
sama Lian?”
Yeriko menggelengkan kepala.
“Kenapa dari tadi bahas Lian terus sih?”
“Aku cuma takut kamu balik ke dia lagi.”
Yuna tersenyum dan menghampiri Yeriko perlahan. “Bukannya
Tuan Ye nggak pernah takut sama apa pun?” tanyanya sambil melingkarkan
lengannya ke leher Yeriko.
Yeriko bergeming, ia mengangkat dagunya lebih tinggi.
Sikap angkuhnya terlihat sangat jelas dan membuat Yuna tersenyum kecil.
“Sikap angkuh kamu ini sudah nggak berguna lagi buat
aku,” tutur Yuna sambil mencubit pipi Yeriko. “Kamu ... sekarang adalah beruang
aku yang lucu.”
Yeriko memaksakan bibirnya untuk tersenyum.
Yuna tersenyum kecil dan mengecup bibir Yeriko. “Nggak
perlu khawatir! I’m your’s, now and forever.”
Yeriko tersenyum menatap Yuna. Ia balas mengecup bibir
Yuna, merangkulnya dengan mesra dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Yuna merasa sangat bahagia. Walau Yeriko adalah pria yang
dingin dan kejam, tapi ia tidak kesulitan untuk mengendalikannya. Ia bisa
dengan mudah meluluhkan hati suaminya.
“Sepertinya benar apa kata orang, cuma wanita yang
bisa menguasai pria yang menguasai dunia,” tutur Yuna dalam hatinya. Ia
terus tersenyum sepanjang jalan melihat sikap Yeriko yang mulai cemburu.
Yuna merasa hidupnya sangat beruntung sejak mengenal
Yeriko. Bukan hanya menjadi ‘Hero’ dalam hidupnya, tapi juga memiliki sayap
‘Angel’ yang selalu melindungi dan menghangatkan dirinya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment