Yeriko mengernyitkan dahi saat melihat empat gadis cantik
berjalan menghampirinya.
“Hai ...!” sapa keempat gadis cantik itu sambil tersenyum
manis ke arah Yeriko.
Yeriko melangkah mundur perlahan dan langsung berbalik
meninggalkan empat gadis cantik yang berusaha mendekatinya. “Perempuan zaman
sekarang, sudah tahu aku beristri, masih aja digodain,” celetuk Yeriko kesal.
Keempat gadis itu menghentakkan kaki dan menatap kesal ke
arah Yeriko. “Sombong banget!” celetuk salah satu wanita itu.
“Ganteng, tapi kejam!” sahut wanita lainnya.
“Aku bisa mati berdiri kalau punya suami kayak gitu.”
“Tapi ... dia ganteng dan kaya raya. Nggak papa, deh
meski harus jadi istrinya yang ke tujuh.”
“Gila! Nggak segitunya juga kali.”
“Beruntung banget sih perempuan itu bisa dapetin hatinya
Pak Yeri.”
“Rasanya, dia biasa aja. Kok, bisa Pak Yeri suka sama dia
ya?”
“Jangan-jangan, itu cewek pake pelet buat dapetin Pak
Yeri?”
“Emangnya masih zaman pake begituan?”
“Kayaknya sih, masih ada beberapa orang yang percaya
begituan.”
“Sst ...! Jangan berpikir macem-macem! Kita nggak bisa
sembarangan gosipin istrinya Pak Yeri. Kalau sampai dia dengar, bisa habis kita
semua!”
Semuanya terdiam dan memilih untuk mengalihkan
pembicaraan mereka.
Saat keluar dari toilet, Yuna berpapasan dengan Bellina
yang sedang terbakar cemburu dan iri karena kehadiran Yuna telah mencuri
perhatian semua orang. Keduanya saling pandang dan bersitegang.
“Yun, bukannya kamu bilang kalau nggak mau dateng ke
pesta pertunanganku? Kenapa tiba-tiba muncul dan mengalihkan perhatian semua
orang? Kamu pikir, kamu sudah hebat?”
Yuna tersenyum kecil menanggapi ucapan Bellina. “Kenapa?
Kamu ngerasa tersaingi?”
“Kamu bener-bener nggak tahu diri ya!? Ini pesta
pertunangan aku dan kamu bikin seolah-olah ini pesta punya kamu dan Yeriko.
Mentang-mentang punya suami kaya, kamu bisa mengambil semuanya dari aku?”
Yuna tersenyum sinis ke arah Bellina. “Enak kan kalau apa
yang kamu punya direbut sama orang lain?”
Bellina mengerutkan hidungnya dan bersiap menyerang Yuna
dengan tangannya.
“Kamu harus ingat gimana kamu memperlakukan aku!” sentak
Yuna. “Kamu udah ngerebut Lian dari aku. Udah menyulitkan hidupku. Ini belum
seberapa kalau dibandingkan sama apa yang sudah kamu lakuin ke aku.”
“Kamu ...!?” Bellina mengangkat tangan dan bersiap
memukul Yuna.
Dengan cepat, Yuna menangkap lengan Bellina. “Aku ke sini
memang sengaja mau ngancurin pesta pertunangan ini. Aku sengaja mencuri
perhatian semua orang dan mengambil alih pesta ini. Kamu tahu, kami bisa
melakukannya dengan sangat mudah.”
Bellina terus menggerakkan lengannya yang digenggam erat
oleh Yuna. Ia makin geram dengan ucapan Yuna yang sengaja mengacaukan hari
pertunangannya. “Aku nggak akan ngebiarin kamu menang gitu aja!”
Yuna tersenyum sinis menatap Bellina. “Aku sudah menang
dengan mudah. Mengambil alih perhatian semua orang bisa dilakuin sama suamiku
dengan mudah. Dia juga bisa dengan mudah mengambil alih saham perusahaan
kalian!” sentak Yuna sambil menepis kasar tangan Bellina.
Napas Bellina semakin kencang mendengar ucapan Yuna.
Pundaknya naik turun dengan cepat karena emosinya yang hampir meledak. “Aku
nggak akan ngebiarin kamu mengambil semuanya dari aku!”
Yuna tersenyum sinis. “Asal kamu tahu, Lian masih cinta
dan tergila-gila sama aku. Sayangnya, aku sudah nggak berminat sama cowok
murahan kayak dia,” ucap Yuna, ia berusaha membuat hati Bellina semakin panas.
“Nggak mungkin! Lian cuma cinta sama aku. Dia sudah
mencampakkan kamu demi aku. Cuma aku, satu-satunya wanita yang bisa bikin dia
bahagia!” tegas Bellina.
“Oh ya?” Yuna menatap tajam ke arah Bellina. “Aku kasih
tahu ya,” bisik Yuna di telinga Bellina. “Kemarin ... Lian datang ke aku. Dia
minta aku bercerai sama Yeriko dan kembali sama dia. Dia bahkan menjanjikan
untuk menceraikan kamu setelah anak kamu lahir. Aku ... bisa dengan mudah
ngerebut Lian dari kamu.”
Bellina tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Ia
langsung menjambak rambut Yuna dengan keras. “Dasar cewek murahan!” teriak
Bellina.
Yuna memegangi rambutnya yang ditarik oleh Bellina. “Kamu
yang murahan!” sentak Yuna. Tangan satunya balik menjambak rambut Bellina.
“Berani-beraninya kamu mau ngerebut Lian dari aku!”
teriak Bellina.
“Kamu yang udah ngerebut Lian dari aku. Harusnya kamu
yang tahu diri!” sentak Yuna tak mau kalah. Ia mengumpulkan kekuatan untuk
mendorong tubuh Bellina menjauh dari dirinya.
Bellina masih tidak mau melepaskan rambut Yuna.
Yuna semakin kesal. Ia menggunakan kakinya untuk
menendang perut Bellina hingga Bellina terjatuh ke lantai.
Saat itu juga, Lian datang dan melihat perkelahian dua
wanita bersaudara itu. Ia langsung menghampiri Bellina yang terduduk di lantai.
“Kamu nggak papa?” tanyanya panik.
Bellina berpura-pura menangis. “Lian, aku takut!”
tuturnya sambil memeluk Lian. “Cewek ini bener-bener kayak monster.”
“Yun, kenapa kamu bisa sekasar ini sama kakak sepupu kamu
sendiri!?” sentak Lian.
“Aku nggak kasar. Dia yang mulai duluan!” sahut Yuna tak
mau kalah.
“Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu yang
nendang Bellina sampai jatuh,” sahut Lian.
“Aku cuma membela diriku aja. Kalau bukan dia yang mulai
duluan mukul aku. Aku nggak bakal nyerang balik!” tegas Yuna.
Pertengkaran Yuna dan Bellina memancing Mega dan Yeriko.
Mereka yang mendengar suara Yuna dan Bellina langsung datang.
“Ada apa, Yun?” tanya Yeriko sambil memeluk Yuna. Ia
melihat rambut Yuna yang sudah acak-acakan.
“Cewek gila satu ini bener-bener menguji kesabaranku!”
sahut Yuna sambil menunjuk Bellina yang masih terduduk di lantai.
“Kamu datang ke sini cuma mau mencelakai Bellina, hah!?”
sentak Mega sambil menatap Yuna penuh amarah.
“Nggak kebalik? Jelas-jelas dia yang nyerang aku duluan!”
sahut Yuna.
“Kamu ini bener-bener nggak tahu diri ya! Masih aja
datang cari masalah. Kamu pikir, kami nggak tahu niat kamu datang ke pesta ini?
Wanita pengacau!” seru Mega.
Yeriko langsung menatap tajam ke arah Mega. “Jangan
pernah macem-macem sama Yuna. Aku bakal bikin perhitungan sama kalian!”
tegasnya.
Bibir Mega bergetar. Ia tidak bisa bersuara lagi
mendapati tatapan tajam dari Yeriko.
“Kamu nggak papa, kan?” tanya Yeriko sambil merapikan
rambut Yuna.
Yuna menganggukkan kepala. “Rambut aku berantakan banget
ya?” tanya Yuna. “Gimana baikinnya? Aku nggak bisa baikin sendiri, ini kan
dibikinin sama hairstylist termahal di Indonesia,” lanjutnya sambil melirik ke
arah Bellina.
“Kamu tenang aja, aku bakal bikin mereka membayar semua
yang udah mereka lakuin ke kamu,” tutur Yeriko. “Harga sandal jepit kamu aja
masih jauh lebih mahal daripada pakaian yang mereka pakai.”
Bellina makin geram mendengar pembicaraan Yuan dan
Yeriko. Ia bangkit dari lantai dan bersiap menyerang Yuna kembali.
Lian menarik lengan Bellina dan mencegahnya agar tidak
terpancing emosi. Ia melirik ke arah Mega yang berdiri di sampingnya.
Mega juga sangat kesal melihat Yeriko dan Yuna yang
sengaja memamerkan kekayaan yang mereka miliki.
Yeriko merangkul tubuh Yuna dan tersenyum ke arah Bellina
yang berdiri di hadapannya. “Aku nggak akan ngebiarin siapa pun menyakiti
istriku. Asal kamu tahu, harga rumah kamu pun nggak sebanding dengan apa yang
dipakai Yuna!” tegasnya.
Bellina mengerutkan hidungnya menahan emosi. Sebenarnya
ia sangat ketakutan karena sebelumnya Yuna mengancam untuk mengambil alih semua
harta kekayaannya dan harta kekayaan keluarga Lian. Ia tidak bisa membayangkan
dirinya jatuh miskin.
“Yun, sorry banget! Bellina lagi hamil muda dan emosinya
nggak stabil. Maaf kalau sudah menyusahkan kamu!” tutur Lian mencoba
menenangkan keadaan.
“Kamu pikir, maaf bisa mengembalikan keadaan?” sahut
Yeriko. “Aku sudah tahu gimana kamu memperlakukan Yuna,” lanjut Yeriko sambil
menatap tajam ke arah Bellina. “Aku nggak akan ngebiarin kamu menindas Yuna
terus-menerus!” tegas Yeriko.
“Yer, tolong dengerin dulu penjelasan Bellina. Ini pasti
cuma salah paham,” sela Lian.
Yeriko tersenyum sinis. “Salah paham kalau sekali. Kalau
sudah lebih dari tiga kali, itu bukan salah paham lagi!”
Lian terdiam, ia sama sekali tidak mengetahui hal apa
yang telah terjadi pada calon istri dan mantan pacarnya itu. Ia bahkan tidak
mengetahui sama sekali kalau Bellina terus menindas Yuna selama bekerja di
kantornya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment