Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 9, 2025

Perfect Hero Bab 68: Penata Rias Terbaik

 


Yuna terkejut saat pulang kerja dan mendapati banyak orang di dalam kamarnya.

 

“Yer, mereka ini siapa lagi?” seru Yuna mengejutkan Yeriko yang berdiri di sampingnya.

 

Yeriko mengedikkan bahunya. “Kalian siapa?” tanya Yeriko dengan tatapan dingin.

 

“Selamat sore, Mas Yeri!” sapa salah seorang pria baru saja keluar dari kamar mandi.

 

“Irvan!?” Yeriko mengernyitkan dahi menatap pria bertubuh tinggi dengan pakaian yang sangat nyentrik.

 

“Masih ingat sama saya?”

 

“Ingatlah. Desainer dan penata rias terkenal di Indonesia, masa saya nggak kenal?” sahut Yeriko. “Kamu kok bisa di sini?” tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

 

“Saya diminta sama Bu Rullyta ke sini. Katanya, disuruh merias menantunya yang mau pergi ke pesta pertunangan.”

 

Yuna langsung menaikkan sebelah alisnya begitu mendengar ucapan dari Irvan. “Mama mertua tahu dari mana kalau kita mau pergi ke acara pesta pertunangan?” bisiknya di telinga Yeriko.

 

Yeriko mengedikkan bahunya.

 

Yuna menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

 

“Kalian semua keluar dulu!” perintah Yeriko. “Kami mau mandi dulu,” lanjut Yeriko.

 

“Kami harus melayani kalian saat mandi,” sahut Irvan.

 

“Hah!? Apa-apaan?”

 

“Maksudnya, kamu akan mendapat fasilitas spa dan massage sebelum kami merias.” Irvan menepuk tangannya memberi isyarat pada pegawainya.

 

Empat orang pegawai Irvan langsung menyeret Yuna masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan perawatan tubuh.

 

“Eh, apa-apaan ini?” seru Yuna. Tapi ia tetap tak berdaya untuk memberontak. Pelayanan dari pegawai Irvan juga sangat memuaskan bahkan membuatnya tertidur lelap.

 

Yeriko jauh lebih santai, ia memilih untuk menunggu Yuna di ruang kerjanya sambil merokok.

 

Satu jam kemudian, Yuna terbangun dari tidurnya. Ia menatap pegawai Irvan yang masih berada di sisinya. “Kalian masih di sini?” tanya Yuna dengan suara berat.

 

Salah satu pegawai sedang menyiapkan air di dalam bathtub dan dipenuhi dengan kelopak bunga mawar yang sangat wangi.

 

“Mmh ...!” Yuna mengendus aroma mawar yang menyeruak ke seluruh ruang kamar mandi. “Wanginya enak banget.”

 

“Silakan berendam, Nyonya Muda!” tutur salah seorang gadis muda dengan senyum yang sangat ramah.

 

Yuna tersenyum, ia langsung bangkit dan masuk ke dalam bathtub untuk berendam.

 

Setelah berendam cukup lama, akhirnya pegawai Irvan membawa Yuna untuk berias. Mereka membantu Yuna memakai gaun yang telah dipesan oleh Rullyta. Usai memakai gaun, mereka memanggil Irvan untuk merias Yuna.

 

Irvan mengamati wajah Yuna sambil tersenyum.

 

“Kenapa?” tanya Yuna heran.

 

“Nggak papa. Aku suka aja sama kulit kamu. Putih, mulus dan sehat banget,” jawab Irvan. Ia meminta pegawainya untuk mempersiapkan peralatan rias.

 

Yuna tersenyum menatap Irvan. “Aku cantik nggak?” tanyanya sambil memainkan mata.

 

Irvan tertawa kecil. “Cantik, dong! Kalau nggak cantik, nggak mungkin Yeriko mau nikahin kamu. Nanti, kalau sudah selesai dandan, dia bakalan lebih terpesona sama kamu.”

 

“Beneran!?” tanya Yuna dengan mata berbinar.

 

Irvan menganggukkan kepala dan mulai merias wajah Yuna. “Kamu belum pernah dandan sebelumnya?” tanya Irvan sembari memakaikan bulu mata.

 

“Pernah. Dandan sendiri, cuma pakai bedak sama lipstik doang,” jawab Yuna.

 

“Jadi, baru kali ini dirias sama make-up artist profesional?” tanya Irvan.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia sudah tidak sabar ingin melihat dirinya sendiri usai dirias oleh Irvan.

 

“Waktu nikah, emang nggak dirias?” tanya Irvan lagi.

 

“Nggak. Dia buru-buru ngajak aku nikah. Mana sempat dirias segala. Pakai bedak aja nggak sempat lagi.”

 

“Oh ya? Kok, bisa?”

 

“Bisa. Dia nggak ngomong kalau mau nikahin aku. Tiba-tiba udah ada penghulu sama saksi yang dia undang. Yah, langsung nikah aja,” jawab Yuna santai.

 

Irvan tertawa kecil. “Aku nggak nyangka kalau Yeriko sesederhana itu. Tapi, itu romantis banget loh. Daripada pacaran bertahun-tahun tapi nggak ngajak-ngajak nikah.”

 

“Hmm ... bener juga, sih.” Yuna manggut-manggut pelan. Ia baru menyadari beberapa hal yang tidak pernah diberikan Yeriko. Yeriko telah mengumumkan pernikahan mereka, tapi belum juga menghadiahkan cincin pernikahan. Yeriko juga belum melamarnya secara resmi. Bahkan, mereka tidak memiliki pesta pernikahan layaknya para pengantin yang lain.

 

“Sudah selesai,” tutur Irvan sambil bangkit.

 

Yuna juga ikut bangkit dan menatap seluruh tubuhnya di depan cermin.

 

“Gimana? Cantik kan?” tanya Irvan sambil menatap Yuna dari ujung rambut hingga ujung kaki.

 

“Ini ... beneran aku?” tanya Yuna sambil menepuk-nepuk pipinya.

 

Irvan menganggukkan kepala.

 

“Aku masih nggak percaya. Tisu!” pinta Yuna.

 

Pegawai Yuna langsung memberikan tisu pada Yuna.

 

“Eh, mau ngapain? Aku udah capek-capek make-up masa mau dihapus?” tanya Irvan.

 

Yuna tak menghiraukan ucapan Irvan. Ia mendekatkan wajahnya ke cermin. Menghembuskan napasnya ke depan cermin tersebut dan langsung mengelap cermin menggunakan tisu. “Ini beneran aku?” tanya Yuna sambil mengerutkan dahinya.

 

Irvan menghela napas lega dan tersenyum ke arah Yuna. Ia pikir, Yuna akan membuang make-upnya karena tidak menyukai hasilnya. Kalau sampai hal itu terjadi, Nyonya Besar keluarga Hadikusuma akan membuat karirnya hancur dalam sekejap.

 

“Cantik banget!” seru Yuna sambil melompat kegirangan dan memutar-mutar tubuhnya. Gaun biru mewah dengan hiasan kristal swarovski membuat Yuna terlihat sangat menarik, seksi dan dewasa.

 

“Sepatunya mana?” tanya Irvan pada pegawainya.

 

Pegawai Irvan langsung mengambilkan sepatu dan memasangkannya di kaki Yuna.

 

Yuna terlihat sangat cantik dan sempurna.

 

Di saat semua orang terpesona dengan kecantikan Yuna, Yeriko tiba-tiba masuk. Ia sudah mengenakan setelan jas berwarna biru navy yang membuatnya terlihat sangat tampan.

 

Yuna tertegun menikmati ketampanan Yeriko. Ia baru menyadari kalau Yeriko bukan hanya tampan, tapi sangat tampan.

 

Yeriko tersenyum sambil melangkah menghampiri Yuna. Ia tidak berkedip melihat istrinya yang berubah sangat cantik.

 

“Gimana? Cantik nggak?” tanya Yuna sambil tersenyum manis ke arah Yeriko.

 

“Cantik banget!” puji Yeriko. “Aku punya hadiah buat kamu.” Yeriko langsung mengeluarkan kotak perhiasan berwarna biru dari saku jasnya. Ia membuka kotak tersebut dan mengambil sebuah kalung berlian berharga milyaran rupiah.

 

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung melongo dan merasa sangat iri dengan hadiah yang diberikan oleh Yeriko. Yeriko benar-benar suami yang romantis. Ia juga tidak pernah memperhitungkan hadiah-hadiah mahal yang ia berikan untuk Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil menyentuh kalung yang sudah melingkar di lehernya. “Aku juga punya sesuatu buat kamu.” Yuna membuka laci meja riasnya. Ia mengambil jam tangan Rolls Royce edisi terbatas dan memakaikannya ke tangan Yeriko.

 

Yeriko tersenyum. “Makasih!” ucapnya sambil mengecup kening Yuna.

 

“Duh, romantis banget!” seru Irvan sambil tersenyum senang.

 

Yeriko balas tersenyum menatap Irvan. “Makasih untuk hari ini!”

 

Irvan menganggukkan kepala. “Eh, Mas Yeri belum bikin pesta pernikahan kan?” tanyanya kemudian.

 

“Iya. Kenapa?”

 

“Kalau bikin pesta nanti, panggil Irvan lagi buat ngerias Nyonya Muda ya!”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Beres!” sahutnya. Ia menoleh ke arah Yuna. “Kita berangkat sekarang?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Tas kamu mana?”

 

“Oh iya. Lupa!” Yuna menepuk dahinya sendiri. Ia membuka lemari dan menatap deretan tas yang ada di dalam lemari tersebut. Yuna terus menimbang-nimbang, ia tidak tahu tas mana yang cocok untuk ia pakai.

 

“Kak Irvan, bantu aku pilih tas dong!”

 

Irvan langsung bangkit dan berdiri di samping Yuna. “Ini kayaknya lebih cocok,” tuturnya sambil menunjuk tas tangan berwarna silver dengan hiasan permata biru safir.

 

Yuna tersenyum dan langsung mengambil tas tersebut.

 

“Ckckck, semuanya tas mahal. Ini semua, suami kamu yang belikan?” bisik Irvan.

 

Yuna menggelengkan kepala. “Bukan. Ini mertua aku yang sering kasih hadiah dan siapin buat aku.”

 

“Bu Rulyta?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Betapa beruntungnya kamu karena bisa menjadi menantu Bu Rullyta. Dia bukan cuma cantik dan kaya, tapi juga baik hati dan penyayang.”

 

Yuna tersenyum sambil mengangguk. Ia langsung menghampiri Yeriko yang sudah menunggunya.

 

Yeriko langsung memeluk pinggang Yuna dan membawanya turun dari kamar. Mereka bergegas pergi ke Shangri-La untuk menghadiri perjamuan pesta pertunangan Bellina dan Wilian.

 

Yuna menarik napas dalam berkali-kali sambil menggenggam telapak tangan Yeriko. Ia sangat gugup. Bukan karena acara pertunangan mantan kekasihnya, tapi karena takut tidak terlihat serasi berada di samping Yeriko.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas