Wednesday, February 5, 2025

Perfect Hero Bab 64: Cinta Karena Luka | a Romance Novel by Vella Nine

 


“Bi, udah telepon dokter?” tanya Yeriko sambil menatap Bibi War.

 

Bibi War mengangguk. “Sudah, Mas.” Ia mengambil handuk basah yang ada di dahi Yuna, memasukkannya kembali ke dalam ember air hangat dan memerasnya.

 

“Biar aku yang urus dia,” pinta Yeriko sambil merebut handuk yang ada di tangan Bibi War. “Bibi tolong buatkan bubur atau sup untuk Yuna!” perintahnya kemudian.

 

Bibi War mengangguk dan bangkit dari tempat tidur.

 

Yeriko langsung mengambil alih untuk merawat Yuna.

 

“Mas ...!” panggil Bibi War lirih.

 

“Ya.” Yeriko langsung menoleh ke arah Bibi War.

 

“Apa kesalahan Mbak Yuna nggak bisa dimaafkan? Bibi nggak tega ngelihat dia merasa bersalah dan menyiksa diri sendiri seperti ini,” tutur Bibi War sambil mengusap air matanya.

 

Yeriko tersenyum kecil ke arah Bibi War. “Dia nggak salah. Aku yang udah bersalah banget sama dia,” ucapnya sambil menatap wajah Yuna yang pucat pasi. “Andai aku bisa bersikap lebih baik, mungkin dia nggak akan seperti ini.”

 

Bibi War tersenyum lega. Ia sangat berharap kedua majikannya itu bisa akur kembali. Ia langsung bergegas keluar dari kamar Yeriko, melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuatkan sup jahe agar tubuh Yuna kembali fit.

 

Yeriko terus merasa bersalah. Dadanya begitu sesak melihat Yuna yang terbaring lemah. Ia menyentuh pipi Yuna perlahan sambil merapikan anak rambut yang menempel di wajah Yuna.

 

Yuna langsung menggenggam tangan Yeriko begitu pipinya disentuh. “Yeriko ... jangan tinggalin aku!” ucapnya lirih.

 

“Aku di sini, nggak akan ninggalin kamu,” sahut Yeriko berbisik.

 

Mata Yuna masih terpejam dan terus mengigau sembari menyebut nama Yeriko.

 

Yeriko semakin merasa bersalah. Karena sikapnya yang acuh telah membuat Yuna menderita. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Yuna begitu menyayanginya. Ia pikir, Yuna masih mencintai Lian atau pria lain. Sebab, ia menikahi Yuna bukan karena saling mencintai sejak awal.

 

Yeriko terus menggenggam tangan Yuna. Ia bisa merasakan suhu tubuh Yuna yang sangat panas.

 

“Yeriko!” teriak Yuna terbangun dari tidurnya. Ia duduk dengan napas tersengal. Ia melihat tangan Yeriko yang masih menggenggam tangannya.

 

“Jangan khawatir, aku di sini!” tutur Yeriko sambil tersenyum.

 

Yuna menatap wajah Yeriko sesaat dan langsung memeluk suaminya itu. “Jangan tinggalin aku!” bisiknya. Ia tersadar dari mimpi buruk yang begitu menyiksanya. Ia benar-benar takut kehilangan suaminya.

 

Yeriko mengelus pundak Yuna lembut. “Aku nggak akan ninggalin kamu,” tuturnya lembut. Ia bisa merasakan suhu tubuh Yuna yang panas dan tetesan air mata hangat yang menetes di pundaknya.

 

“Aku takut,” ucap Yuna lirih. Ia kembali memejamkan mata dan tubuhnya sangat lemas.

 

Yeriko langsung membaringkan Yuna ke tempat tidur. Ia sangat khawatir dengan keadaan Yuna. Dokter yang ia tunggu tak kunjung datang dan hampir membuatnya naik pitam.

 

Beberapa menit kemudian, Bibi War masuk ke kamar bersama seorang dokter.

 

“Dokter, tolong istri saya!” pinta Yeriko panik.

 

Dokter tersebut tersenyum dan langsung memeriksa Yuna.

 

“Gimana keadaannya, Dok?” tanya Yeriko.

 

Yuna membuka matanya perlahan dan mendapati seorang dokter sedang memeriksa. Ia berusaha mengangkat kepala tapi terasa sangat berat.

 

“Yuna!” Yeriko langsung menghampiri Yuna dan memeluk kepala istrinya.

 

Yuna membelalakkan matanya saat dokter yang memeriksanya mengeluarkan jarum suntik. “Dok, aku nggak mau disuntik!” seru Yuna. Ia sangat ketakutan dan langsung memeluk Yeriko.

 

“Disuntik jarum yang gede keenakan, masa jarum yang kecil kayak gini aja takut?” tutur dokter tersebut sambil tersenyum.

 

Yeriko tertawa kecil mendengar ucapan dokter.

 

“Maksudnya?” Yuna makin kesal karena dokter tersebut malah mengajaknya bercanda.

 

“Masa nggak ngerti? Udah pernah disuntik apa belum sama suaminya?” goda dokter tersebut sambil mengalihkan perhatian Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. Ia melihat dokter sudah bersiap menyuntik Yuna. Dokter tersebut mengerdipkan mata ke arah Yeriko. Yeriko sangat mengerti bahasa isyarat yang disampaikan oleh dokter. Ia langsung menarik tengkuk Yuna dan mencium bibir istrinya untuk mengalihkan perhatian.

 

Yuna tertegun saat Yeriko menciumnya. Ia sangat malu dengan dokter dan Bibi War yang ada di ruangan itu. Ia berusaha melepaskan diri, tapi Yeriko malah menghisap bibirnya lebih kuat dan membuat Yuna tidak berdaya.

 

Dokter tersebut tersenyum melihat cara Yeriko mengendalikan istrinya yang ketakutan. “Sudah selesai,” ucapnya sambil membereskan alat medisnya.

 

Yeriko langsung melepaskan ciumannya.

 

“Eh!?” Yuna melongo menatap dokter yang baru saja menyuntiknya. “Aku udah disuntik?”

 

Dokter tersebut tersenyum sambil mengangkat kotak medisnya. “Nggak sakit kan?”

 

Yuna nyengir menanggapi pertanyaan dari dokter. “Gimana bisa ngerasain sakit kalau ciuman Yeriko bikin aku lupa segalanya?” gumamnya dalam hati. Pipinya menghangat dan tersenyum malu.

 

“Gimana keadaan dia, Dok?” tanya Yeriko.

 

“Dia akan baik-baik aja. Dia Cuma kelelahan dan dehidrasi. Setelah istirahat yang cukup, dia akan pulih seperti biasa,” jawab dokter tersebut. “Ini resep untuk Nyonya Ye!” lanjutnya sambil memberikan secarik kertas pada Yeriko.

 

“Makasih, Dok!” Yeriko meraih kertas tersebut dan tersenyum sopan.

 

“Oh ya, satu lagi. Buat dia rileks dan tidak membuat pikirannya terbebani. Setress sangat mempengaruhi kesehatannya.”

 

“Baik, Dok!” sahut Yeriko sambil menganggukkan kepalanya.

 

Dokter tersebut tersenyum sambil menepuk bahu Yeriko. “Kalau gitu, saya pamit pulang! Jaga istri kamu dengan baik!” pesan dokter tersebut.

 

“Iya.” Yeriko mengangguk. “Biar saya antar Anda keluar.”

 

Dokter tersebut menganggukkan kepala. Yeriko menoleh ke arah Yuna yang masih berbaring di tempat tidurnya. “Aku antar dokter dulu sampai ke depan.”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko langsung melangkah keluar kamar dan bergegas mengantar dokter tersebut sampai depan pintu rumahnya.

 

Yeriko mengucapkan terima kasih beberapa kali, kemudian kembali masuk ke rumahnya?

 

“Bi, masak apa?” tanya Yeriko.

 

“Bikin sup untuk mbak Yuna.”

 

“Oh ... oke. Oh ya, habis masak, Bibi bisa pergi ke apotek depan?”

 

“Bisa.”

 

Yeriko tersenyum. Ia bergegas naik ke atas untuk menemui Yuna. Ia menghampiri Yuna perlahan. Ia duduk di tepi ranjang sembari menatap Yuna yang terbaring lemah.

 

Yuna membuka matanya perlahan saat Yeriko duduk di sampingnya.

 

“Tidurlah!” pinta Yeriko sambil mengelus lembut ujung kepala Yuna.

 

Yuna tersenyum, ia berusaha mengangkat kepala dan bangkit dari tempat tidur.

 

“Kamu masih terlalu lemah. Istirahatlah dulu! Aku temani kamu di sini.”

 

Yuna langsung meraih telapak tangan Yeriko dan menggenggamnya erat. “Suamiku, maafin aku!” pinta Yuna. “Aku dan Andre bener-bener nggak ada hubungan apa-apa selain kami berteman baik sejak kecil.”

 

Yeriko tersenyum ke arah Yuna. “Sudahlah, nggak perlu dibahas lagi. Aku percaya sama kamu.”

 

Yuna kembali meneteskan air mata sambil menatap Yeriko.

 

“Jangan nangis!” pinta Yeriko sambil mengusap air mata Yuna yang hangat. “Kamu masih harus istirahat, nggak perlu memikirkan hal lain.”

 

“Tapi ...”

 

Yeriko menarik kepala Yuna perlahan dan memeluknya erat.

 

“Aku takut ...” bisik Yuna sambil memeluk Yeriko.

 

“Takut apa?”

 

“Aku mimpi buruk semalaman,” ucap Yuna lirih sambil mengeratkan pelukannya. “Aku takut ... kamu ninggalin aku seperti cara Lian ninggalin aku.” Ia makin terisak di pelukan Yeriko.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam. Ia tak menyangka kalau Yuna masih sangat menderita dengan masa lalunya, sikapnya yang mengabaikan Yuna dan pergi dengan wanita lain ternyata membuat Yuna begitu tersiksa.

 

“Aku nggak akan ninggalin kamu,” tutur Yeriko sambil melepas pelukannya dan mengusap air mata Yuna.

 

“Cewek itu ...” Bibir Yuna bergetar sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Dia cuma klien aku. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan!”

 

“Kamu tampan dan kaya. Di luar sana, pasti ada banyak perempuan yang pengen deketin kamu. Mereka cantik, punya tubuh yang bagus dan kaya raya. Sedangkan aku nggak punya apa-apa. Gimana aku bisa bersaing dengan mereka yang ...”

 

“Sst ...!” Yeriko langsung meletakkan jari telunjuk di bibir Yuna. “Sekalipun semua wanita di dunia ini mengejarku, aku cuma lihat kamu di dunia ini.”

 

Yuna merasa ucapan Yeriko begitu hangat dan menenangkan hatinya. Ia langsung memeluk tubuh suaminya. “Janji?”

 

“Iya.” Yeriko membalas pelukan Yuna. Ia berusaha untuk tersenyum, dadanya begitu sesak karena telah membuat Yuna mengkhawatirkan hubungan mereka. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membuat Yuna menderita.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas