“Yun,
are you ok?” tanya Andre hati-hati sambil menatap wajah Yuna.
Yuna
memasang wajah sedih. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Terlebih di depan Andre, teman
masa kecil sekaligus sahabatnya. “Dia pasti salah paham lihat kita makan berdua
di sini,” tutur Yuna dengan mata berkaca-kaca.
“Jangan sedih! Aku bantu jelasin ke suami kamu. Gimana?”
tanya Andre sambil menyentuh punggung tangan Yuna.
Yuna langsung menarik tangannya. “Nggak perlu. Aku bisa
jelasin sendiri!” tegas Yuna sambil menundukkan kepalanya. Ia menoleh ke meja
Yeriko dan langsung kesal melihat wanita cantik yang sedang mengobrol dengan
suaminya.
“Kamu yakin?” tanya Andre. Ia khawatir akan terjadi hal
buruk pada Yuna begitu melihat ekspresi wajah Yeriko yang tidak bersahabat
dengan istrinya sendiri.
Yuna mengangguk. Ia langsung mengusap matanya yang basah
dan bangkit dari tempat duduk. “Ini masalah rumah tangga aku. Biar aku atasi
sendiri.” Ia melangkah perlahan menghampiri meja makan Yeriko.
Yuna berdiri di samping Yeriko sambil melirik wanita
cantik yang sedang makan bersama suaminya itu.
Cantika juga ikut menatap Yuna yang tiba-tiba berdiri di
dekat mereka. Ia tersenyum manis ke arah Yuna.
“Nggak usah senyum-senyum! Seneng banget udah jalan sama
suami orang?” dengus Yuna dalam hati.
“Gimana dengan penawaran yang kami buat?” tanya Yeriko
sambil menatap Cantika.
“Eh!?” Ia langsung mengalihkan pandangannya pada Yeriko.
“Aku sih oke. Tapi, masih ada beberapa hal yang aku nggak sreg. Apa proposalnya
masih bisa diubah?”
“Bisa.”
Yuna semakin kesal dengan Yeriko yang berpura-pura tidak
melihat kehadirannya.
“Yeriko!” panggil Yuna.
Yeriko hanya menarik napas dalam-dalam. Ia benar-benar
tidak ingin menoleh ke arah Yuna.
Yuna menelan ludah melihat sikap Yeriko yang dingin.
Matanya mulai perih dan berkaca-kaca. “Aku ... nggak sengaja ketemu sama Andre.
Kebetulan, aku juga belum makan siang. Dia teman kecilku yang udah nggak ketemu
selama bertahun-tahun. Kami nggak ada hubungan lain selain berteman baik. Kamu
jangan salah paham kayak gini. Aku bener-bener minta maaf karena ...” Yuna
menghentikan ucapannya sambil melirik Cantika.
Yeriko sengaja mengabaikan Yuna dan justru mengajak
Cantika berbicara soal kehidupan pribadi, bahkan melontarkan pujian kepada
Cantika.
Yuna mengerutkan hidung, ia menghentakkan kaki dan
berbalik pergi meninggalkan Yeriko.
“Bener-bener nggak punya perasaan!” celetuk Yuna dengan
mata berkaca-kaca. “Aku udah coba buat minta maaf, tapi dia malah kayak gitu.”
Yuna mengusap air matanya yang menetes. Ia langsung menghampiri Andre dan
meraih tas tangan miliknya.
“Ayo, kita pulang!” ajak Yuna.
Andre merasa ngilu melihat Yuna yang begitu sedih karena
diabaikan oleh suaminya sendiri. Andai saja ia bisa bertemu dengan Yuna sebelum
gadis itu menikah, ia pasti akan membuat Yuna menjadi wanita yang paling
bahagia dan tidak akan pernah membuatnya menangis.
“Aku bayar dulu.”
Yuna menganggukkan kepala.
Andre langsung memanggil pelayan dan menyerahkan sebuah
kartu. Ia terus melirik wajah Yuna yang masih diselimuti kesedihan. Ia tidak
tahu bagaimana caranya menghibur Yuna. Apa gadis itu masih akan tersenyum jika
ia berikan lolipop seperti yang pernah ia lakukan dua puluh tahun silam.
Usai membayar tagihan makannya, Andre dan Yuna melangkah
keluar dari restoran.
Diam-diam, Yeriko memerhatikan Yuna yang sedang bersama
dengan Andre.
“Dia pacar Pak Yeri ya?” tanya Cantika.
Yeriko menggelengkan kepala.
Cantika tersenyum senang sambil menatap wajah Yeriko.
“Istri,” tutur Yeriko selanjutnya.
“Hah!?” Cantika membelalakkan mata saat mendengar
pertanyaan Yeriko. “Dia istri Pak Yeri? Apa tadi itu nggak keterlaluan?”
“Keterlaluan gimana?”
“Aku lihat, dia bener-bener tulus buat minta maaf. Dia
istri Pak Yeri, pasti bakal sedih banget lihat Pak Yeri nyuekin dia.”
Yeriko tak menyahut. Ia menoleh ke arah pintu restoran.
Sosok Yuna dan Andre sudah tak terlihat lagi. Ia menarik napas dalam-dalam.
“Semuanya akan baik-baik aja kalau dia nggak jalan sama cowok lain tanpa
sepengetahuanku,” ucapnya dalam hati.
Selama di perjalanan, Yuna memilih untuk diam dan tidak
bersemangat membicarakan apa pun bersama Andre.
“Yun, apa kamu yakin dia pria yang tepat buat jadi suami
kamu?” tanya Andre. “Sikapnya bener-bener nggak berperasaan!”
Yuna tak menyahut. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Andre melirik ke arah Yuna yang masih melamun saat mereka
sudah tiba di depan kantor Yuna. Ia menghela napas dan segera keluar dari
mobil. Ia membukakan pintu untuk Yuna.
“Kita sudah sampai,” tutur Andre sambil menepuk bahu
Yuna.
Yuna tersadar dari lamunannya. Ia langsung melepas safety
belt dan keluar dari mobil Andre. “Makasih ya, udah diantar sampai sini.”
Andre menganggukkan kepala. Ia tersenyum arah Yuna.
“Jangan sedih lagi!” pintanya sambil mengacak ujung kepala Yuna.
Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Andre tersenyum manis ke arah Yuna yang sudah mulai masuk
ke dalam gedung kantornya. Ia merasa sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan
Yuna. Tapi juga merasa sangat sedih karena melihat Yuna harus bertengkar dengan
suaminya sendiri.
Saat yang sama, Bellina melihat Yuna dan Andre
turun dari mobil. Ia tersenyum sinis sambil menatap Yuna yang mulai melangkah
masuk ke dalam kantor.
“Ada hal menarik,” celetuk Bellina lirih. “Gimana kalau
Yeriko tahu soal kedekatan Yuna dan Andre?”
“Hai, Yuna!” sapa Bellina saat ia dan Yuna
berpapasan di lobi.
“Nggak usah sok manis! Kamu mau apa?”
Belina tersenyum kecil. “Aku tahu siapa Andre. Gimana
kalo suami kmu tahu, kalo istrinya berselingkuh sama cowok lain?”
Yuna tersenyum dan bersiap melawan Bellina. “Aku habis
makan siang sama Andre dan suamiku di restoran yang sama. Kamu nggak perlu
mengkhawatirkan hubungan kami. Lebih baik, kamu urus tunangan kamu yang
menyebalkan itu biar nggak selingkuh dari kamu!” sahut Yuna sambil menatap
tajam ke arah Bellina.
“Maksud kamu?” tanya Bellina kesal.
Yuna tertawa kecil. “Orang yang sudah pernah
berselingkuh, pasti akan tergoda untuk selingkuh lagi. Kamu harus ingat gimana
cara kamu ngerebut Lian dari aku. Begitu juga orang lain akan ngerebut Lian
dari kamu,” bisik Yuna di telinga Bellina.
Bellina sangat geram mendengar ucapan Yuna. Hatinya
terbakar cemburu. Ia tidak akan membiarkan Lian jatuh ke tangan orang lain.
Yuna tersenyum kecil dan melangkah pergi meninggalkan
Bellina. “Benar-benar menyebalkan!” gumamnya dalam hati. Ia segera melangkah
menuju lift untuk naik ke ruang kerjanya.
Yuna duduk berpangku tangan sambil memandangi layar
komputer. Ia terlihat bekerja seperti biasa. Tapi, pikirannya melayang jauh
pada Yeriko yang begitu kejam terhadapnya.
“Apa dia beneran marah lihat aku jalan sama Andre?
Bukannya kemarin udah aku jelasin siapa Andre dan semuanya sudah baik-baik
aja,” gumam Yuna dalam hati. Ia meraih ponselnya dan langsung mengirimkan pesan
singkat pada Yeriko.
“Beruang ...” tutur Yuna sambil mengetik di ponselnya,
kemudian menghapusnya kembali. “Ah, masa aku harus manggil Beruang di saat
kayak gini?” tanyanya pada diri sendiri.
Yuna menggaruk pipinya yang tidak gatal dan menoleh ke
arah Pak Tono yang sedang sibuk bekerja. “Pak Tono!” panggil Yuna.
“Hmm ...” Pak Tono menyahut tanpa mengalihkan perhatian
dari layar komputernya.
“Pak, panggilan sayang dari istri untuk Bapak apa ya?”
tanya Yuna.
“Nggak ada,” jawab Pak Tono sambil menoleh ke arah Yuna.
Yuna menghela napas kecewa. “Gimana bisa nggak punya
panggilan sayang?” celetuknya.
Pak Tono tersenyum kecil menatap Yuna. “Kenapa?”
Yuna menggelengkan kepala tak bersemangat dan tertunduk
lesu.
“Lagi berantem sama suami?” tanya Pak Tono.
Yuna langsung mengangkat kepala dan menoleh ke arah Pak
Tono. “Kok, tahu?”
Pak Tono tersenyum kecil. “Bapak ini sudah tua. Sudah
lebih berpengalaman.”
Yuna menatap Pak Tono dengan mata berbinar. Ia langsung
menyeret kursinya mendekati Pak Tono. “Gimana caranya biar suami nggak marah
lagi?” bisik Yuna.
Bagus dan Selma yang ada di ruangan itu ikut penasaran
dengan pembicaraan Yuna dan Pak Tono, tapi mereka tidak berani bertanya.
“Penyebabnya apa dulu?” tanya Pak Tono.
“Mmh ... dia mergokin aku lagi makan sama temen cowok.”
“Hah!? Kamu selingkuh?”
Yuna langsung membungkam mulut Pak Tono. “Bukan
selingkuh. Temen baikku, cuma temen. Temen masa kecil yang udah nggak ketemu
bertahun-tahun, jadi kami makan bareng.”
“Oh ... jadi, dia cemburu?”
Yuna menganggukkan kepala.
“Cemburu itu tandanya cinta. Buat apa khawatir?”
Yuna menghela napas. “Dia nyuekin aku, Pak. Nggak mau
ngomong sama aku sedikit pun.”
“Tinggal minta maaf dan jelaskan saja!”
“Udah.
Tapi ... dia tetep cuek. Di saat perang dingin kayak gini, kalau aku manggil dia nama atau julukan
yang menyebalkan, apa itu baik?”
“Dia suami kamu. Panggillah dengan sopan dan terdengar
enak di telinga!”
“Contohnya?”
“Sayang, Cinta, Mas, Kakak dan sejenisnya yang terlihat
lebih romantis dan menghargai pasangan kamu.”
“Hihihi.” Yuna terkekeh geli.
“Kenapa ketawa?”
Yuna menggelengkan kepala. “Makasih ya!” Ia langsung
menggeser kembali kursi yang ia duduki ke meja kerjanya.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment