Wednesday, February 5, 2025

Perfect Hero Bab 61 : Sama-Sama Cemburu | a Romance Novel by Vella Nine

 


“Yun, are you ok?” tanya Andre hati-hati sambil menatap wajah Yuna.

 

Yuna memasang wajah sedih. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Terlebih di depan Andre, teman masa kecil sekaligus sahabatnya. “Dia pasti salah paham lihat kita makan berdua di sini,” tutur Yuna dengan mata berkaca-kaca.

 

“Jangan sedih! Aku bantu jelasin ke suami kamu. Gimana?” tanya Andre sambil menyentuh punggung tangan Yuna.

 

Yuna langsung menarik tangannya. “Nggak perlu. Aku bisa jelasin sendiri!” tegas Yuna sambil menundukkan kepalanya. Ia menoleh ke meja Yeriko dan langsung kesal melihat wanita cantik yang sedang mengobrol dengan suaminya.

 

“Kamu yakin?” tanya Andre. Ia khawatir akan terjadi hal buruk pada Yuna begitu melihat ekspresi wajah Yeriko yang tidak bersahabat dengan istrinya sendiri.

 

Yuna mengangguk. Ia langsung mengusap matanya yang basah dan bangkit dari tempat duduk. “Ini masalah rumah tangga aku. Biar aku atasi sendiri.” Ia melangkah perlahan menghampiri meja makan Yeriko.

 

Yuna berdiri di samping Yeriko sambil melirik wanita cantik yang sedang makan bersama suaminya itu.

 

Cantika juga ikut menatap Yuna yang tiba-tiba berdiri di dekat mereka. Ia tersenyum manis ke arah Yuna.

 

“Nggak usah senyum-senyum! Seneng banget udah jalan sama suami orang?” dengus Yuna dalam hati.

 

“Gimana dengan penawaran yang kami buat?” tanya Yeriko sambil menatap Cantika.

 

“Eh!?” Ia langsung mengalihkan pandangannya pada Yeriko. “Aku sih oke. Tapi, masih ada beberapa hal yang aku nggak sreg. Apa proposalnya masih bisa diubah?”

 

“Bisa.”

 

Yuna semakin kesal dengan Yeriko yang berpura-pura tidak melihat kehadirannya.

 

“Yeriko!” panggil Yuna.

 

Yeriko hanya menarik napas dalam-dalam. Ia benar-benar tidak ingin menoleh ke arah Yuna.

 

Yuna menelan ludah melihat sikap Yeriko yang dingin. Matanya mulai perih dan berkaca-kaca. “Aku ... nggak sengaja ketemu sama Andre. Kebetulan, aku juga belum makan siang. Dia teman kecilku yang udah nggak ketemu selama bertahun-tahun. Kami nggak ada hubungan lain selain berteman baik. Kamu jangan salah paham kayak gini. Aku bener-bener minta maaf karena ...” Yuna menghentikan ucapannya sambil melirik Cantika.

 

Yeriko sengaja mengabaikan Yuna dan justru mengajak Cantika berbicara soal kehidupan pribadi, bahkan melontarkan pujian kepada Cantika.

 

Yuna mengerutkan hidung, ia menghentakkan kaki dan berbalik pergi meninggalkan Yeriko.

 

“Bener-bener nggak punya perasaan!” celetuk Yuna dengan mata berkaca-kaca. “Aku udah coba buat minta maaf, tapi dia malah kayak gitu.” Yuna mengusap air matanya yang menetes. Ia langsung menghampiri Andre dan meraih tas tangan miliknya.

 

“Ayo, kita pulang!” ajak Yuna.

 

Andre merasa ngilu melihat Yuna yang begitu sedih karena diabaikan oleh suaminya sendiri. Andai saja ia bisa bertemu dengan Yuna sebelum gadis itu menikah, ia pasti akan membuat Yuna menjadi wanita yang paling bahagia dan tidak akan pernah membuatnya menangis.

 

“Aku bayar dulu.”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Andre langsung memanggil pelayan dan menyerahkan sebuah kartu. Ia terus melirik wajah Yuna yang masih diselimuti kesedihan. Ia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Yuna. Apa gadis itu masih akan tersenyum jika ia berikan lolipop seperti yang pernah ia lakukan dua puluh tahun silam.

 

Usai membayar tagihan makannya, Andre dan Yuna melangkah keluar dari restoran.

 

Diam-diam, Yeriko memerhatikan Yuna yang sedang bersama dengan Andre.

 

“Dia pacar Pak Yeri ya?” tanya Cantika.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

Cantika tersenyum senang sambil menatap wajah Yeriko.

 

“Istri,” tutur Yeriko selanjutnya.

 

“Hah!?” Cantika membelalakkan mata saat mendengar pertanyaan Yeriko. “Dia istri Pak Yeri? Apa tadi itu nggak keterlaluan?”

 

“Keterlaluan gimana?”

 

“Aku lihat, dia bener-bener tulus buat minta maaf. Dia istri Pak Yeri, pasti bakal sedih banget lihat Pak Yeri nyuekin dia.”

 

Yeriko tak menyahut. Ia menoleh ke arah pintu restoran. Sosok Yuna dan Andre sudah tak terlihat lagi. Ia menarik napas dalam-dalam. “Semuanya akan baik-baik aja kalau dia nggak jalan sama cowok lain tanpa sepengetahuanku,” ucapnya dalam hati.

 

Selama di perjalanan, Yuna memilih untuk diam dan tidak bersemangat membicarakan apa pun bersama Andre.

 

“Yun, apa kamu yakin dia pria yang tepat buat jadi suami kamu?” tanya Andre. “Sikapnya bener-bener nggak berperasaan!”

 

Yuna tak menyahut. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

Andre melirik ke arah Yuna yang masih melamun saat mereka sudah tiba di depan kantor Yuna. Ia menghela napas dan segera keluar dari mobil. Ia membukakan pintu untuk Yuna.

 

“Kita sudah sampai,” tutur Andre sambil menepuk bahu Yuna.

 

Yuna tersadar dari lamunannya. Ia langsung melepas safety belt dan keluar dari mobil Andre. “Makasih ya, udah diantar sampai sini.”

 

Andre menganggukkan kepala. Ia tersenyum arah Yuna. “Jangan sedih lagi!” pintanya sambil mengacak ujung kepala Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala.

 

Andre tersenyum manis ke arah Yuna yang sudah mulai masuk ke dalam gedung kantornya. Ia merasa sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Yuna. Tapi juga merasa sangat sedih karena melihat Yuna harus bertengkar dengan suaminya sendiri.

 

Saat yang sama, Bellina melihat  Yuna dan Andre turun dari mobil. Ia tersenyum sinis sambil menatap Yuna yang mulai melangkah masuk ke dalam kantor.

 

“Ada hal menarik,” celetuk Bellina lirih. “Gimana kalau Yeriko tahu soal kedekatan Yuna dan Andre?”

 

 “Hai, Yuna!” sapa Bellina saat ia dan Yuna berpapasan di lobi.

 

“Nggak usah sok manis! Kamu mau apa?”

 

Belina tersenyum kecil. “Aku tahu siapa Andre. Gimana kalo suami kmu tahu, kalo istrinya berselingkuh sama cowok lain?”

 

Yuna tersenyum dan bersiap melawan Bellina. “Aku habis makan siang sama Andre dan suamiku di restoran yang sama. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan hubungan kami. Lebih baik, kamu urus tunangan kamu yang menyebalkan itu biar nggak selingkuh dari kamu!” sahut Yuna sambil menatap tajam ke arah Bellina.

 

“Maksud kamu?” tanya Bellina kesal.

 

Yuna tertawa kecil. “Orang yang sudah pernah berselingkuh, pasti akan tergoda untuk selingkuh lagi. Kamu harus ingat gimana cara kamu ngerebut Lian dari aku. Begitu juga orang lain akan ngerebut Lian dari kamu,” bisik Yuna di telinga Bellina.

 

Bellina sangat geram mendengar ucapan Yuna. Hatinya terbakar cemburu. Ia tidak akan membiarkan Lian jatuh ke tangan orang lain.

 

Yuna tersenyum kecil dan melangkah pergi meninggalkan Bellina. “Benar-benar menyebalkan!” gumamnya dalam hati. Ia segera melangkah menuju lift untuk naik ke ruang kerjanya.

 

Yuna duduk berpangku tangan sambil memandangi layar komputer. Ia terlihat bekerja seperti biasa. Tapi, pikirannya melayang jauh pada Yeriko yang begitu kejam terhadapnya.

 

“Apa dia beneran marah lihat aku jalan sama Andre? Bukannya kemarin udah aku jelasin siapa Andre dan semuanya sudah baik-baik aja,” gumam Yuna dalam hati. Ia meraih ponselnya dan langsung mengirimkan pesan singkat pada Yeriko.

 

“Beruang ...” tutur Yuna sambil mengetik di ponselnya, kemudian menghapusnya kembali. “Ah, masa aku harus manggil Beruang di saat kayak gini?” tanyanya pada diri sendiri.

 

Yuna menggaruk pipinya yang tidak gatal dan menoleh ke arah Pak Tono yang sedang sibuk bekerja. “Pak Tono!” panggil Yuna.

 

“Hmm ...” Pak Tono menyahut tanpa mengalihkan perhatian dari layar komputernya.

 

“Pak, panggilan sayang dari istri untuk Bapak apa ya?” tanya Yuna.

 

“Nggak ada,” jawab Pak Tono sambil menoleh ke arah Yuna.

 

Yuna menghela napas kecewa. “Gimana bisa nggak punya panggilan sayang?” celetuknya.

 

Pak Tono tersenyum kecil menatap Yuna. “Kenapa?”

 

Yuna menggelengkan kepala tak bersemangat dan tertunduk lesu.

 

“Lagi berantem sama suami?” tanya Pak Tono.

 

Yuna langsung mengangkat kepala dan menoleh ke arah Pak Tono. “Kok, tahu?”

 

Pak Tono tersenyum kecil. “Bapak ini sudah tua. Sudah lebih berpengalaman.”

 

Yuna menatap Pak Tono dengan mata berbinar. Ia langsung menyeret kursinya mendekati Pak Tono. “Gimana caranya biar suami nggak marah lagi?” bisik Yuna.

 

Bagus dan Selma yang ada di ruangan itu ikut penasaran dengan pembicaraan Yuna dan Pak Tono, tapi mereka tidak berani bertanya.

 

“Penyebabnya apa dulu?” tanya Pak Tono.

 

“Mmh ... dia mergokin aku lagi makan sama temen cowok.”

 

“Hah!? Kamu selingkuh?”

 

Yuna langsung membungkam mulut Pak Tono. “Bukan selingkuh. Temen baikku, cuma temen. Temen masa kecil yang udah nggak ketemu bertahun-tahun, jadi kami makan bareng.”

 

“Oh ... jadi, dia cemburu?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Cemburu itu tandanya cinta. Buat apa khawatir?”

 

Yuna menghela napas. “Dia nyuekin aku, Pak. Nggak mau ngomong sama aku sedikit pun.”

 

“Tinggal minta maaf dan jelaskan saja!”

 

“Udah. Tapi ... dia tetep cuek. Di saat perang dingin kayak gini, kalau aku manggil dia nama atau julukan yang menyebalkan, apa itu baik?”

 

“Dia suami kamu. Panggillah dengan sopan dan terdengar enak di telinga!”

 

“Contohnya?”

 

“Sayang, Cinta, Mas, Kakak dan sejenisnya yang terlihat lebih romantis dan menghargai pasangan kamu.”

 

“Hihihi.” Yuna terkekeh geli.

 

“Kenapa ketawa?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Makasih ya!” Ia langsung menggeser kembali kursi yang ia duduki ke meja kerjanya.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas