Wajah
Yeriko membeku saat melihat Yuna bersama pria lain. Ia langsung merangkul
pinggang Yuna dengan mesra.
“Pak
Yeriko!” sapa Andre dengan sopan.
Yeriko
hanya tersenyum. “Jangan dekati wanita yang sudah bersuami!”
“Hah!?”
Andre melongo menatap Yuna dan Yeriko.
Yuna
tersenyum manis ke arah Andre.
“Kamu
... beneran udah nikah?” tanya Andre.
Yuna
tersenyum mendengar pertanyaan dari Andre.
“Nggak
mungkin! Kamu pasti pura-pura kan, Yun?” tanya Andre sambil menggoyangkan
pundak Yuna.
Yeriko
langsung menepis tangan Andre dengan kasar. Matanya menatap tajam ke arah
Andre, memberikan isyarat yang berbahaya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun
mendekati bahkan menyentuh istrinya.
“Yuna
...!” Andre menatap Yuna. Ia masih berharap apa yang ada di depan matanya itu
adalah sebuah kebohongan. Ia baru saja merasa sangat bahagia karena bisa
bertemu kembali dengan Yuna. Bagaimana bisa, Yuna telah menjadi milik orang
lain?
“Jangan
ganggu hubungan kami. Kami sudah menikah dan harusnya kamu tidak mengganggu
istri orang!” tegas Yeriko. Ia langsung mengajak Yuna masuk ke dalam lift.
Andre
tertunduk lesu saat mengetahui kalau Yuna telah menikah dengan orang lain. Ia
tidak percaya kalau Yuna, wanita yang telah ia kenal sejak kecil dan selalu
bersamanya, wanita yang diam-diam ia sukai ternyata telah bersama dengan orang
lain.
Andre
melangkahkan kakinya menghampiri anak buahnya.
“Ada
apa, Pak?”
“Tolong
selidiki wanita ini! Apa yang sudah terjadi sama dia beberapa tahun belakangan
ini?” perintah Andre sambil menyerahkan foto Yuna yang ada di ponselnya.
“Siap,
Pak!”
Andre
mengangguk dan bergegas pergi.
Di
saat yang sama, Yeriko membawa Yuna ke ruangan pribadinya yang ada di lantai
paling atas.
Ruang
kerja Yeriko sangat besar. Ada sofa yang besar, lemari kaca yang penuh dengan
koleksi barang-barang antik dan beberapa penghargaan. Juga dilengkapi ruang
istirahat yang nyaman.
“Maaf,
aku tadi nggak sengaja ketemu sama Andre. Dia temen kecilku dan aku terlalu
senang bisa ketemu sama dia lagi setelah bertahun-tahun nggak ketemu. Aku nggak
bisa mengendalikan diriku sendiri. Maafin aku!” tutur Yuna.
“Lain
kali, jangan pegangan tangan sama cowok lain di tempat umum!” pinta Yeriko.
Yuna
menganggukkan kepala.
“Bebanku
makin berat kalau kayak gini,” gumam Yeriko.
“Eh!?
Maksudnya?”
“Dari
awal aku sudah saingan sama mantan pacar kamu itu. Sekarang, muncul satu cowok
lagi yang deketin kamu. Besok, siapa lagi yang bakal jadi sainganku!?” seru
Yeriko.
“Yer,
aku nggak suka sama mereka!” tegas Yuna.
“Sekarang
kamu bilang begitu. Tapi, mereka udah suka sama kamu. Gimana kalau suatu saat
hati kamu berubah? Bisa aja kan kamu suka sama dia juga?”
Yuna
tersenyum kecil melihat Yeriko yang mengomel.
“Kenapa
malah ketawa!?” sentak Yeriko.
“Aku
nggak pernah denger kamu ngomong sebanyak ini. Kamu cemburu?”
Yeriko
menarik napas dalam-dalam. “Apa sebagai suami, aku nggak boleh punya rasa
cemburu?”
“Boleh,”
jawab Yuna sambil menganggukkan kepala. Hatinya tersenyum, seolah ada
bunga-bunga yang bermekaran.
“Kalau
aku yang dikelilingi banyak cewek cantik, apa kamu nggak akan cemburu?”
“Mmh
... tergantung.”
“Why?”
“Karena
... aku tahu kalau suamiku tampan dan kaya. Kalau nggak ada wanita yang suka,
artinya itu bohong?”
“Maksud
kamu?”
“Kalau
nggak ada cewek yang suka, berarti kamu nggak tampan dong,” sahut Yuna sambil
menyentuh hidung Yeriko menggunakan hidungnya.
Yeriko
tersenyum kecil. Ia mencubit hidung Yuna dan langsung menggendong gadis
kecilnya masuk ke ruang istirahatnya.
“Ternyata,
kamu punya ruang istirahat senyaman ini,” tutur Yuna saat Yeriko membaringkan
tubuh Yuna ke atas kasur.
“Kamu
suka?” tanya Yeriko sambil berbaring di samping Yuna.
Yuna
menganggukkan kepala perlahan sambil tersenyum ke arah Yeriko. “Apa kamu ...
pernah bawa orang lain masuk ke sini?”
Yeriko
menggelengkan kepala. “Cuma kamu,” jawabnya berbisik.
“Beneran?”
“Iya.”
“Mmh
... ruangan ini terlalu pribadi. Sebelum kita kenal, apa kamu bener-bener nggak
pernah bawa orang lain masuk ke sini. Kamu bukan orang biasa, pasti ada banyak
....” Yuna menghentikan ucapannya saat Yeriko membungkam mulutnya dengan bibir.
Tubuh
Yuna membeku, semua saraf di tubuhnya menegang, ia menikmati ciuman Yeriko dan
tak ingin menghentikannya begitu saja.
Yeriko
menghentikan ciumannya dan tersenyum manis pada Yuna. Ia merapikan rambut yang
menutupi wajah Yuna. “Kamu sudah nggak malu-malu lagi?”
“Kenapa
harus malu sama suami sendiri?”
“Kalau
gitu ...”
Yuna
langsung mencium bibir Yeriko. Ia merasa sangat bahagia dan ingin terus
bermesraan dengan suaminya.
Yeriko
tak ingin melewatkannya begitu saja. Ia menciumi leher dan dada Yuna, tangannya
melepas kancing baju Yuna perlahan. Ia menyentuh lembut tubuh Yuna yang mulus
dan terus melangkah maju, menikmati romansa cinta yang panas dan penuh gairah.
Usai
bercinta, Yuna dan Yeriko pergi mandi bersama.
“Beruang,
apa kamu manggil aku ke sini cuma untuk melayani kamu? Bukannya setiap malam
kita sudah ngelakuin ini?” tanya Yuna sambil merapikan rambutnya usai mandi.
Yeriko
tersenyum sambil memakai kemejanya. “Rencananya, aku mau kenalin kamu sama
semua karyawan di kantor ini. Tapi ...”
“Tapi
apa?”
“Kamu
mancing aku duluan,” jawab Yeriko.
“Mancing
apaan?” tanya Yuna sambil menahan tawa.
“Mancing
nafsu,” sahut Yeriko tanpa basa-basi.
Yuna
berbalik dan menatap Yeriko. “Kamu tuh kalo ngomong nggak ada basa-basinya sama
sekali,” ucapnya sambil membantu Yeriko memakai dasi.
“Aku
bukan sales, nggak perlu basa-basi.”
Yuna
tersenyum sambil mengambilkan jam tangan Yeriko yang diletakkan di atas meja.
Ia juga membantu suaminya memakai jas.
“Udah
ganteng,” puji Yuna saat suaminya sudah berpakaian rapi.
“Kamu
juga udah cantik.” Yeriko tersenyum sambil mengecup bibir Yuna. “Ayo!” ajak
Yeriko.
“Ke
mana?”
“Aku
mau kenalin kamu ke karyawan kantorku,” jawab Yeriko.
“Oh.
Tapi ... aku malu,” rengek Yuna. “Harus kenalan ya?”
Yeriko
menganggukkan kepala. “Semua orang harus tahu kalau kamu adalah Nyonya Yeriko.
Biar nggak ada lagi cowok lain yang berani deketin kamu!” tegas Yeriko.
“Apa
itu artinya aku cantik?” tanya Yuna sambil memainkan matanya menatap Yeriko.
“Kalau
nggak cantik, aku nggak akan nikahin kamu.” Yeriko langsung merangkul Yuna dan
mengajaknya keluar.
Yeriko
langsung mengajak Yuna masuk ke dalam ruang pertemuan. Ruangan tersebut sudah
penuh dengan karyawan yang telah menanti kehadirannya.
“Selamat
siang semua!” sapa Yeriko.
“Siang,
Pak!” sapa semua karyawan serentak. Pandangan mereka langsung tertuju pada
Yuna. Gadis kecil yang sederhana dan memiliki senyum manis.
“Eh,
itu istrinya Pak Ye?” bisik-bisik karyawan mulai terngiang.
“Kayaknya
sih iya. Sederhana dan cantik,” sahut lainnya.
“Iya.
Aku pikir, Pak Yeri bakal nikah sama cewek yang glamour gitu. Ternyata,
istrinya sederhana banget. Kalo tahu gitu, aku bakal ngejar-ngejar dia juga.
Kali aja dia jatuh cinta sama aku.”
“Nggak
usah ngimpi!”
“Selamat
siang semua!” seru Riyan mengalihkan perhatian. “Hari ini, Pak Yeri ngajak kita
berkumpul di sini karena ada hal penting yang mau disampaikan. Silakan Bos!”
Yeriko
tersenyum sambil menatap semua karyawan yang ada dalam ruangan. “Hari ini, saya
ingin memperkenalkan orang yang spesial dalam perusahaan dan hidup saya,” ucap
Yeriko sambil tersenyum menatap Yuna. “Dia ... Nyonya Yeriko, istri sah saya,”
lanjutnya memperkenalkan Yuna.
“Selamat
siang semua! Salam kenal semuanya!” sapa Yuna sambil tersenyum manis.
“Selamat
siang, Bu!” sapa semuanya serentak.
Yeriko
tersenyum. Ia mengajak Yuna duduk bersama sembari bercengkrama dengan beberapa
pegawainya. Mereka juga menikmati makan siang yang telah dipersiapkan.
“Kamu
nyiapin ini semua cuma buat ngenalin aku?” tanya Yuna berbisik.
Yeriko
menganggukkan kepala.
Yuna
tertawa kecil. “Aku pikir, kamu beruang kutub yang dingin dan nggak akan bikin
acara makan-makan kayak gini.”
Yeriko
tersenyum kecil sambil mengetuk dahi Yuna. “Kenapa nggak ada hal baik yang kamu
lihat dari aku?”
“Siapa
bilang?” tanya Yuna sambil meletakkan dagunya di pundak Yeriko.
“Aku.”
“Bukannya
aku sudah banyak muji kamu? Apa kamu nggak pernah ngitung berapa banyak pujian
yang udah aku kasih ke kamu?” bisik Yuna.
Yeriko
tersenyum sambil mencubit hidung Yuna.
Yuna
balas tersenyum ke arah Yeriko.
Mereka
terlihat sangat romantis dan berhasil membuat semua orang merasa isi. Mereka
tidak menyangka kalau bos mereka yang sangat dingin dan kejam bisa tersenyum
manis dan sangat romantis di depan istrinya.
0 komentar:
Post a Comment