Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, February 26, 2025

Perfect Hero Bab 173 : Double Couple || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Abis jengukin Refi?” tanya Yuna sambil bergelayut manja di tubuh Yeriko. Mereka berjalan bergandengan setelah keluar dari mobil.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Gimana keadaannya?”

 

“Lumayan baik.”

 

“Gimana? Dia mau datang?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Kamu pasti ngerayu dia ya?” goda Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Terus, gimana caranya bikin dia mau datang?”

 

“Aku punya cara sendiri.”

 

“Nggak ngerayu-ngerayu gitu? Bilang dia cantik atau apa gitu?”

 

Yeriko tertawa kecil. “Nggak perlu.”

 

“Why?”

 

“Kamu mau dia ngejar-ngejar aku lagi?”

 

Yuna menggelengkan kepala.

 

“Kenapa masih mikir kalo aku bakal ngerayu dia?”

 

“Nggak papa. Biar dia makin nge-bucin. Hehehe.” Yuna meringis sambil mengeratkan pelukannya. “Asal kamu tetep meluk aku kayak gini. Aku nggak takut.”

 

Yeriko mengetuk dahi Yuna. “Kucing nakal!” celetuknya.

 

Yuna memonyongkan bibirnya sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko langsung menyambar bibir Yuna.

 

“Iih ... dilihatin banyak orang!” tutur Yuna sambil memukul dada Yeriko.

 

“Biar aja. Biar yang jomblo makin panas,” sahut Yeriko sambil melirik Jheni dan Chandra yang masih ada di belakangnya.

 

“Iih ... jahat!” dengus Yuna. Mereka melangkah memasuki area taman kota yang berada tak jauh dari Pantai Kenjeran.

 

Chandra tersenyum melihat keharmonisan Yuna dan Yeriko dari kejauhan. Di kepalanya, ada hal yang tiba-tiba ingin ia rencanakan. Ia memainkan kunci di tangannya sambil menunggu Jheni keluar dari mobil.

 

“Lama banget? Ngapain?” tanya Chandra begitu melihat Jheni keluar dari mobil.

 

“Aku nyari tali rambutku. Rasanya, udah aku masukin di dalam tas. Abisnya, tadi agak buru-buru berangkatnya.” Jheni masih terus mencari di dalam tasnya sambil melangkah perlahan.

 

“Ini?” tanya Chandra sambil menunjukkan tali rambut yang melingkar di pergelangan tangannya.

 

Jheni menghela napas sambil menatap Chandra. “Kenapa nggak bilang kalo tali rambutnya ada sama kamu?” tanya Jheni.

 

“Kamu nggak nanya. Aku nggak tahu kalo kamu nyari ini.”

 

“Kenapa bisa ada sama kamu?”

 

“Jatuh. Aku ambil.”

 

“Iih ... sini!” Jheni berusaha menyambar lengan Chandra, tapi cowok itu justru menjauhkan lengannya.

 

“Heh!? Apa maksudnya? Mau main-main sama aku?” seru Jheni.

 

Chandra menggelengkan kepala sambil melipat kedua tangan di belakang punggungnya.

 

“Kalo gitu, balikin ke aku! Kalo nggak, aku marah nih!” Jheni membuang wajah dan berbalik membelakangi Chandra.

 

“Awas Jhen!” seru Chandra sambil menarik tubuh Jheni yang hampir tersambar mobil yang tiba-tiba melintas.

 

Jheni tertegun saat tubuhnya terjatuh di pelukan Chandra. Matanya tak berkedip saat menatap dirinya memenuhi manik mata Chandra.

 

Chandra menelan ludah sambil menatap wajah Jheni yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya. Debar jantungnya tak teratur dan sulit ia kendalikan.

 

“Sorry ...!” ucap Chandra lirih sambil melepas pelukannya.

 

“Eh, nggak papa. Aku yang nggak hati-hati. Makasih ya!” sahut Jheni sambil tersenyum kecil. Ia menundukkan kepala sambil menyelipkan rambut ke belakang telinganya. Ia melangkah perlahan memasuki area taman kota sambil mengatur napasnya beberapa kali.

 

Chandra tersenyum kecil dan langsung mengikuti langkah Jheni dari belakang.

 

Jheni mempercepat langkahnya, menghampiri Yuna dan Yeriko yang sudah berjalan mendahuluinya.

 

Chandra ikut berlari mengejar langkah Jheni. "Kamu mau jadi obat nyamuk?" tanyanya sambil menarik lengan Jheni.

 

"Eh!?" Jheni berbalik menatap Chandra.

 

"Kita ke sana aja!" Chandra menunjuk ke arah yang berlawanan dengan Yuna dan Yeriko.

 

Jheni tersenyum dan mengikuti ajakan Chandra. “Mereka lagi ada masalah. Difitnah ini itu soal rumah tangganya. Tapi, masih aja harmonis banget,” tutur Jheni.

 

Chandra tersenyum kecil. “Yeriko orangnya tenang, Yuna juga cewek yang penurut. Selama bisa ngimbangin alurnya Yeri, semua bakal baik-baik aja.”

 

“Emangnya, mereka lagi ngerencanain sesuatu? Bilang Yuna, sebentar lagi mau konferensi pers?”

 

Chandra menganggukkan kepala. “Refi juga udah setuju buat dateng dan jelasin semuanya.”

 

“Serius?”

 

“Iya.”

 

“Dia mau datang?”

 

“Iya.”

 

“Apa kalian nggak takut?”

 

“Takut kenapa?”

 

“Siapa tahu aja, dia datang buat nambah kekacauan.”

 

“Aku rasa nggak berani.”

 

“Nggak berani gimana? Dia aja berani fitnah Yuna sampe segitunya.”

 

“Yeriko pasti udah punya pertimbangan sendiri.”

 

“Huft, aku tetep aja mengkhawatirkan Yuna.”

 

“Yeriko pasti ngelindungi dia.”

 

“Kamu yakin banget?”

 

“Karena dia sayang banget sama Yuna.”

 

“Tahu dari mana? Bisa aja kan dia cuma pura-pura sayang. Secara, mereka itu nikah tanpa kenalan dulu. Aku juga nggak habis pikir, kenapa banyak banget masalah yang harus mereka hadapi? Aku pikir, dengan menikah sama Yeriko. Semua penderitaan Yuna sudah berakhir.”

 

“Kamu temen yang baik. Yuna beruntung punya sahabat kayak kamu.”

 

“Dia juga baik. Rasanya, nggak rela kalo lihat orang baik selalu ditindas.” Jheni menatap Yeriko dan Yuna dari kejauhan.

 

Chandra menatap wajah Jheni. Ia bisa merasakan ketulusan hati Jheni, menyayangi sahabatnya seperti saudara sendiri. Bukan hanya menyayangi sahabatnya, tai juga menyayangi Chandra, kasih sayang yang belum mampu ia balas sampai saat ini.

 

Di sisi lain, Yuna dan Yeriko berdiri sambil menatap lautan yang terbentang luas di hadapan mereka.

 

“Dulu, tempat ini belum sebagus ini,” tutur Yuna.

 

“Kamu punya kenangan di tempat ini.”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Tepatnya di pantai itu. Waktu SMA, kami sering main di sana,” tuturnya sambil menunjuk pantai yang tak jauh dari taman tempat mereka berdiri.

 

“Sama Lian?” tanya Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Sama Bellina juga. Waktu itu, hubungan kami masih sangat baik. Aku bahkan nggak tahu kalau ternyata, mereka udah selingkuh di belakang aku. Semuanya kelihatan bahagia dan ...”

 

“Ah, sudahlah. Aku nggak mau kamu sedih karena ingat masa lalu.” Yeriko merangkul Yuna dan membalikkan tubuh istrinya membelakangi pantai.

 

“Aku nggak sedih.”

 

“Beneran?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Kalau bukan karena mereka mengkhianati aku, aku nggak akan pernah kenal sama kamu,” tutur Yuna sambil menengadahkan kepala menatap Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil dan memeluk Yuna lebih erat. Ia menatap anak-anak kecil yang berlarian di taman bersama dengan orang tuanya.

 

Yuna menyadari tatapan Yeriko yang tertuju pada anak-anak kecil yang berlarian di hadapan mereka.

 

“Yer ...!”

 

“Umh.” Yeriko langsung menatap wajah Yuna.

 

“Mereka lucu-lucu ya?”

 

Yeriko mengangguk sambil tersenyum.

 

“Mmh ... kalo punya anak nanti, pengen cewek atau cowok?”

 

“Cowok.”

 

“Kenapa?”

 

“Biar bisa nerusin perusahaan.”

 

“Kalau dikasih cewek, gimana?”

 

“Nggak masalah. Biar ada yang masakin papanya setiap hari.”

 

“Kamu mau nyuruh anak kita jadi tukang masak? Tega banget!”

 

“Nggaklah. Bercanda doang. Kalo punya anak cewek, pasti secantik ibunya. Mana boleh kena asap dapur,” sahut Yeriko.

 

“Mmh ... tapi, cewek kan harus bisa masak, ngurus rumah, ngurus suami dengan baik ...”

 

“Kamu mikirnya terlalu jauh,” sela Yeriko. “Bisa bayar orang buat itu semua.”

 

“Nggak bisa!”

 

“Kenapa?” Yeriko mengernyitkajn dahi.

 

“Anak-anak kita, harus hidup sederhana. Mandiri dan nggak dilayani sama orang lain!” tegas Yuna.

 

“Kamu lagi nyinggung aku?” dengus Yeriko.

 

Yuna meringis. Ia melepas tangan Yeriko dari pundaknya dan berlari menjauh.

 

“Hei, awas kamu ya!” Yeriko mengejar Yuna dan menangkap tubuhnya.

 

“Aargh ...! Ampun ...!” seru Yuna yang tak lagi bisa bergerak dalam dekapan Yeriko.

 

“Kamu berani main-main sama Tuan Ye!?” bisik Yeriko.

 

Yuna menggeleng sambil tertawa lepas. Mereka menghabiskan waktu bersama penuh bahagia.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas