Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, February 26, 2025

Perfect Hero Bab 168 : Bukan Cuma Indah || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Yun, kamu beneran mau ninggalin kantor ini?” tanya Icha sambil bergelayut manja di pundak Yuna.

 

“Uch ... My Little Catty,” sahut Yuna sambil mengelus-ngelus pipi Icha. “Aku mau resign. Bukan mau mati. Kita masih bisa ketemu setiap hari.”

 

Icha meringis menatap Yuna.

 

“Yun, kamu beneran mau resign?” tanya Ana, salah satu karyawan di Departemen Keuangan.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Masa magangku habis minggu ini.”

 

“Jadi, kamu traktir kita makan di sini karena kamu mau resign?” tanya karyawan yang lainnya.

 

Yuna mengangguk lagi. “Kalian makan yang banyak! Aku yang bayar.”

 

“Kita semua bakal kehilangan kamu. Gimana bisa makan banyak?”

 

Yuna tertawa kecil. “Aku nggak ke mana-mana. Nanti, aku bakal rajin berkunjung ke sini. Asalkan, nggak kalian kunci pintu kantornya.”

 

“Hahaha. Pintu kantor selalu terbuka buat cewek cantik kayak kamu,” sahut yang lainnya.

 

Yuna tersenyum, ia sangat bahagia karena memiliki rekan kerja yang begitu hangat dan menyenangkan.

 

“Kalian harus tetep jadi tim yang solid, jadi keluarga yang baik. Jangan sering berantem dan terus semangat!” seru Yuna.

 

“Semangat!” sahut semua karyawan yang ikut makan siang bersama Yuna.

 

“Rencana kamu selanjutnya apa, Yun?” tanya Ana.

 

“Mmh ... belum ada rencana.”

 

“Apa kamu bakal pindah ke Galaxy?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Belum tahu,” jawab Yuna. “Bisa iya, bisa nggak.”

 

“Yah, kalo mau kerja lagi. Di sini lagi aja, Yun!” pinta salah seorang karyawan yang duduk bersama Ana.

 

“Iya. Pak Lian, pasti mau nerima kamu lagi, kok. Karyawan kesayangan,” sahut Ana sambil menjentikkan jari.

 

“Ah, kamu bisa aja. Aku sama aja kayak kalian. Nggak ada yang spesial.”

 

“Hahahaha.”

 

Semua tenggelam dalam canda tawa sembari menikmati makan siang bersama.

 

“Eh, itu bukannya Bapak yang punya perusahaan di ujung sana itu ya?” tutur salah seorang karyawan sambil menatap layar televisi yang ada di rumah makan tersebut.

 

“Oh, iya. Yang kantornya sebelahan sama Indoapril itu kan?”

 

“Indomaret, Rek!”

 

“Sebelahan aja Maret sama April.”

 

“Hahaha.”

 

Yuna ikut menatap layar televisi yang ada di ruangan tersebut. Ia melongo saat melihat wajah Ery memakai seragam orange dan menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi.

 

“Loh? Itu ...?” Yuna menunjuk layar ponselnya. “Bukannya ... dia bapaknya Harry ya? Kayaknya, baru kemarin berantem sama dia?” tanya Yuna dalam hati. “Sekarang udah ditangkap polisi. Hihihi, beruntung banget sih aku.”

 

“Heh!? Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Icha sambil menyenggol lengan Yuna.

 

“Eh!? Nggak papa.”

 

“Kamu seneng banget mau berhenti kerja. Udah bosen ketemu sama aku?” dengus Icha.

 

“Nggaklah, Sayangku. Aku bakal sering main ke rumah kamu. Gimana?”

 

Icha menganggukkan kepala. “Janji?” tanya Icha sambil mengacungkan kelingkingnya.

 

“Mmh ... Tapi, kamu yang kerja bakal lebih sibuk dari aku. Gimana kalau kamu yang main ke rumahku kalo udah pulang kerja?”

 

“Hmm ... boleh juga.”

 

“Janji?” Yuna menautkan kelingkingnya ke kelingking Icha.

 

Icha mengangguk sambil tersenyum.

 

Yuna langsung memeluk tubuh Icha.

 

 

 

Setelah jam kerja usai, Yuna langsung keluar dari ruangannya seperti biasa. Ia langsung tersenyum lebar begitu melihat Yeriko sudah menunggunya di lobi.

 

“Selamat sore, istriku yang cantik!” sapa Yeriko saat Yuna sudah berdiri di hadapannya.

 

Yuna tersenyum menatap suaminya. “Sore juga, suamiku yang ganteng!” sahut Yuna.

 

“Gimana kerjaan kamu hari ini?” tanya Yeriko sambil mencubit dagu Yuna dan mendekatkan wajahnya. “Kayaknya, bahagia banget?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Aku lagi bahagia banget hari ini!” serunya sambil memeluk Yeriko.

 

“Hmm ... apa yang udah bikin istriku sebahagia ini?” tuturnya sambil mengelus lembut kepala Yuna.

 

“Nanti aku ceritain. Kita pulang dulu. Aku lapar.”

 

“Oke. Aku masakin buat kamu. Gimana?”

 

“Eh!? Bukannya aku yang lagi bahagia? Aku yang masakin buat kamu, gimana?”

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Aku belum kasih izin kamu buat ngacauin dapurku!”

 

Yuna memonyongkan bibirnya. “Mmh ... gimana kalo aku traktir kamu makan ice cream?”

 

“Ice cream?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

 

“Boleh.”

 

“Yuk!”

 

Yeriko merangkul pinggang Yuna dan membawanya keluar dari kantor.

 

“Ah, mereka memang pasangan yang romantis. Lagi digosipin nggak bagus, masih aja tetep mesra kayak gitu,” tutur salah seorang karyawan yang berada di lobi kantor.

 

Yuna dan Yeriko saling pandang saat mendengar beberapa rekan kerja Yuna membicarakan mereka. Mereka tersenyum dan melangkah keluar dari kantor Wijaya Group dengan mesra.

 

Yeriko membawa Yuna ke kedai ice cream favorite Yuna.

 

“Yer, tadi si Lian udah tahu. Dia langsung nyeret Bellina ke rumah sakit,” tutur Yuna sambil menyuap ice cream ke mulutnya.

 

“Tahu apa?” tanya Yeriko.

 

“Udah tahu kalau Bellina cuma pura-pura hamil.”

 

“Oh  ya? Terus, reaksi dia gimana?”

 

“Ya, kayak gitu.”

 

“Kayak gitu gimana?”

 

“Mmh ...” Yuna melirik ke atas. “Reaksi Lian, datar aja sih. Aku nggak tahu perasaannya gimana. Kalo Bellina ... kelihatan banget gelisahnya. Kayaknya dia emang takut ketahuan bohong,” jelas Yuna dengan wajah sumringah.

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna.

 

“Hmm ... semoga aja, setelah ini dia bisa berubah jadi baik,” tutur Yuna.

 

Yeriko tertawa kecil. “Sebentar lagi kamu bakal berhenti kerja. Nggak kangen sama dia?”

 

“Mmh ... kayaknya dia yang bakal kangen sama aku karena nggak punya temen berantem. Hahaha.”

 

Yeriko tersenyum kecil menanggapi ucapan Yuna. “Kalo dia kangen sama kamu, suruh main ke rumah aja!”

 

“Idih, ogah banget!” seru Yuna.

 

“Kenapa? Dia kakak sepupu kamu?”

 

“Mmh ... iya juga, sih. Tapi ... emang kamu mau dia ngacaukan rumah kamu?”

 

“Asal kamu yang tanggung jawab!” pinta Yeriko.

 

“Tanggung jawab gimana? Dia yang ngacau, masa aku yang tanggung jawab. Biar kami masih sodara, kamu nggak bisa juga dong manfaatin hubungan keluarga kamu buat ngambil keuntungan ...”

 

Yeriko tersenyum kecil dan langsung membungkam mulut Yuna dengan bibirnya.

 

Yuna terdiam selama beberapa saat.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil melepas ciumannya.

 

“Kamu ini apa-apaan sih? Ciuman di depan umum, malu tahu!” dengus Yuna.

 

“Kamu malu punya suami kayak aku?”

 

“Bukan gitu. Cuma malu dilihatin orang banyak.”

 

Yeriko berdesis. Ia membuang pandangannya ke arah jendela.

 

“Hei, ngambek?” Yuna menangkup wajah Yeriko dengan kedua telapak tangannya.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Gitu aja ngambek? Kayak anak kecil,” dengus Yuna sambil menatap Yeriko lebih dekat.

 

Yeriko balas menatap wajah Yuna sambil mengerutkan bibirnya.

 

“Hihihi.” Yuna langsung mengecup bibir Yeriko beberapa kali.

 

Yeriko tersenyum, ia balas mengecup bibir Yuna sambil tersenyum kecil.

 

“Nggak malu dilihatin orang banyak?” tanya Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Biar aja. Biar mereka semua tahu, kalau cinta itu bukan cuma indah, tapi juga nikmat.”

 

“Dasar cabul!” celetuk Yuna.

 

“Apa kamu bilang?”

 

“Cabul!”

 

“Bilang sekali lagi!” Yeriko menggelitiki pinggang Yuna.

 

“Cabul!”

 

Yeriko terus menggelitiki pinggang Yuna sambil tertawa.

 

“Aargh ...! Geli, geli. Ampun!” seru Yuna.

 

“Cowok cabul nggak akan ngasih ampun!” sahut Yeriko.

 

Yuna terus tertawa menahan rasa geli di pinggangnya. Ia balas menggelitiki pinggang Yeriko.

 

“Nggak geli!” tutur Yeriko sambil menjulurkan lidahnya.

 

“Iih ... ngeselin!” seru Yuna sambil menginjak kaki Yeriko.

 

“Aargh ...! Sakit, Yun!” seru Yeriko sambil memegangi kakinya. “Main curang ya!?”

 

Yuna menjulurkan lidahnya ke arah Yeriko.

 

Yeriko berusaha menyambar lidah Yuna dengan giginya. Namun, Yuna begitu sigap menyelamatkan lidahnya dari gigitan Yeriko. Mereka menghabiskan waktu bercanda sambil menikmati ice cream sebelum kembali ke rumah.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas