Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, February 19, 2025

Perfect Hero Bab 160 : Si Genit || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yeriko menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah. Ia melepas safety belt-nya dan juga safety belt yang melingkar di tubuh Yuna.

 

Yuna langsung merangkul leher Yeriko. “Beruang ... kenapa kamu ganteng banget?” tanyanya sambil memicingkan mata menatap Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. “Baru sadar?”

 

Yuna menganggukkan kepala sambil menepuk pipi Yeriko. “Punya suami ganteng kayak kamu, selalu jadi rebutan cewek-cewek cantik. Tapi, aku nggak bakal ngelepasin kamu.”

 

Yeriko tersenyum. Ia melepaskan lengan Yuna dari lehernya. Tapi, Yuna malah mengeratkan lingkaran lengannya.

 

“Mau ke mana?” tanya Yuna.

 

“Masuk, yuk! Kita udah sampe rumah.”

 

“Emh ...” Yuna memonyongkan bibirnya.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia langsung mengecup bibir Yuna.

 

Yuna meringis dan menjatuhkan kembali tubuhnya ke kursi.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Yuna yang begitu agresif saat mabuk. Ia keluar dari mobil dan menggendong Yuna keluar dari dalam mobil.

 

“Mbak Yuna kenapa, Mas?” tanya Bibi War begitu Yeriko masuk ke dalam rumah.

 

“Nggak papa. Cuma kebanyakan minum.”

 

“Oh.”

 

Yeriko terus melangkahkan kakinya naik ke kamar dan menjatuhkan tubuh Yuna ke atas tempat tidur.

 

“Nyalain AC!” pinta Yuna. “Panas banget.”

 

Yeriko langsung mengambil remote AC dan menyalakan AC di kamarnya.

 

Yuna melepas semua pakaiannya karena merasa suhu ruangan di kamarnya sangat panas.

 

Yeriko menarik napas dan menyelimuti tubuh Yuna.

 

Yuna langsung menarik tubuh Yeriko hingga menekan tubuhnya. Ia merangkul leher Yeriko dan terus menciumi wajah Yeriko.

 

Yeriko berusaha bangkit dan melepaskan diri dari Yuna. Tapi, Yuna malah berguling dan membuat tubuhnya berada di bawah tubuh Yuna.

 

“Yun, aku mau mandi dulu!” tutur Yeriko.

 

Yuna menggelengkan kepala. Ia menjatuhkan kepalanya di dada Yeriko.

 

Yeriko menghela napas dan memeluk tubuh istrinya. “Jangan sampai mabuk kalau pergi tanpa aku!”

 

Yuna mengangguk kecil. Ia mengangkat kepala dan mengendus leher Yeriko.

 

“Yer, kenapa tadi ketawa waktu keluar dari Sheraton? Apa kamu ... lagi memperhitungkan seseorang?” bisik Yuna.

 

Yeriko tertawa menanggapi pertanyaan Yuna.

 

Yuna menatap wajah Yeriko yang masih tertawa. “Ketawa jahat. Pasti lagi ngerencanain sesuatu. Apa itu?” dengus Yuna.

 

“Mmh ... nggak boleh tahu!” sahut Yeriko.

 

“Iih ... ngeselin!” seru Yuna sambil memukul dada Yeriko dan menghisap kuat leher suaminya.

 

“Yun, sakit!” seru Yeriko. “Kamu udah jadi vampire juga?”

 

“Iya.”

 

Yeriko tertawa, ia langsung menghisap bibir Yuna dan bermain-main di tubuh istrinya dalam waktu yang lama.

 

“Mandi yuk!” ajak Yeriko usai bercinta dengan istrinya.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko bangkit dan langsung menggendong Yuna ke kamar mandi. Ia memasukkan tubuh Yuna ke dalam bathtub dan menyalakan kran.

 

Yuna tersenyum menatap suaminya. Ia menarik tubuh Yeriko masuk ke dalam bathtub bersamanya.

 

“Masih aja genit, masih kurang?” bisik Yeriko sambil menjepit hidung Yuna.

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Masih bisa bangun?”

 

“Hmm ... capek,” sahut Yeriko sambil menyandarkan kepalanya.

 

Yuna tertawa kecil dan memeluk tubuh Yeriko.

 

“Yer, gimana kita ngadepin Refi?” tanya Yuna.

 

“Kamu tenang aja! Aku lagi ngumpulin bukti-bukti buat ngelawan dia. Departemen Humas juga sudah nyiapin jadwal buat konferensi pers.”

 

“Hah!? Konferensi pers?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Kenapa?”

 

Yuna menundukkan kepala. “Nggak papa. Aku  males aja ketemu sama wartawan. Apalagi mereka bar-bar kayak kemarin itu.”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Nggak usah khawatir. Merek nggak akan ngelakuin itu.”

 

Yuna tersenyum lega.

 

“Oh ya, hubungan kamu sama sepupu kamu gimana? Udah lama nggak denger kamu nyeritain dia. Udah baikan?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Kapan dia mau baikan sama aku?”

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menatap Yuna.

 

“Lihat aja besok, kalo ketemu pasti ngajak berantem lagi. Kayaknya, dia itu kangen banget kalo nggak berantem sama aku.”

 

“Apa aku perlu turun tangan buat ngatasi dia?”

 

“Jangan!” seru Yuna. Ia tidak akan membiarkan suaminya ikut campur masalahnya dengan Bellina. Walau sering berkelahi, Bellina tetaplah kakak sepupunya. Ia tidak akan tega membiarkan suaminya menangani Bellina.

 

“Kenapa?” Yeriko mengernyitkan dahi.

 

“Mmh ... walau aku sama dia sering berantem. Tapi, mereka sayang sama aku, kok.”

 

“Sayang?” Yeriko mengernyitkan dahi. “Mereka selalu bikin perkara sama kamu. Kamu masih aja berbaik hati sama mereka.”

 

Yuna meringis menatap Yeriko. Ia sangat mengetahui perangai suaminya. Ia tidak ingin menjadi orang yang tak tahu balas budi. Selama sebelas tahun, Oom dan tantenya sudah banyak membantu merawat ayahnya yang terbaring di rumah sakit. Walau mereka kejam, tapi masih sangat memperdulikan kesehatan ayahnya.

 

“Mmh ... biar gimana pun, mereka tetep keluarga aku. Aku yang bakal ngadepin mereka. Mereka nggak akan nyelakain aku, kok.”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Selama masih dalam batasan yang bisa ditolerir. Kalau udah berlebihan, aku bakal ngasih pelajaran ke mereka sekalipun mereka keluarga kamu!” tegas Yeriko.

 

“Yer ...!” Yuna menatap wajah Yeriko. Ia memohon agar tak melakukan apa pun terhadap keluarganya.

 

“Ck, kamu ini ...” Yeriko langsung merengkuh kepala Yuna dan mencium keningnya.

 

Yuna tersenyum sambil mengeratkan pelukannya. Ia merasa sangat bahagia karena suaminya selalu ada di sisinya dan membantunya menyelesaikan masalah. Mereka terus bermesraan hingga pagi menjelang.

 

 

 

Di sisi lain, Bellina merasa sangat senang melihat pemberitaan yang menimpa Yuna beberapa hari terakhir.

 

“Hmm ... akhirnya, dia kena batunya juga,” celetuk Bellina sambil tersenyum penuh kemenangan.

 

“Ada apa?” tanya Melan sambil menatap Bellina.

 

“Si Yuna lagi diserang sama netizen di media sosial.”

 

“Kok, bisa?”

 

“Dia cari perkara sama pacarnya Yeriko.”

 

“Yeriko punya pacar?”

 

Bellina menganggukkan kepala. “Pacarnya itu artis dan karirnya di luar negeri cukup bagus. Penggemarnya banyak dan langsung nyerang Yuna. Lihat, deh!” Bellina menyodorkan ponselnya ke hadapan Melan.

 

Melan meraih ponsel Bellina dan membaca semua komentar yang menyerang Yuna. “Wah, berita seheboh ini, kenapa baru kasih tahu Mama sekarang?”

 

“Mama aja yang nggak update,” sahut Bellina.

 

“Pacarnya Yeriko, cantik dan berkelas. Kenapa dia malah nikain Yuna?” tanya Melan sambil menatap foto Refi.

 

Bellina mengedikkan bahu. “Pasti si Yuna yang godain Yeriko sampe cowok itu tergila-gila sama dia.”

 

“Kok bisa ya? Jangan-jangan itu anak pake pelet. Bisa-bisanya dapetin cowok kaya raya kayak Yeriko.”

 

“Hah!? Jangan-jangan si Yuna emang main dukun, Ma. Kalo nggak, nggak mungkin Yeriko bisa suka sama cewek yang biasa kayak dia. Dia juga nggak punya apa-apa. Hartanya udah habis dipake buat ngobatin ayahnya yang lumpuh itu.”

 

“Ehem ...!” Tarudi berdehem. “Kalo lagi makan, jangan ngobrol terus! Nggak selesai-selesai makannya.” Ia bangkit dari tempat duduk dan bergegas pergi.

 

“Papamu kenapa? Aneh banget,” tutur Melan.

 

Bellina mengedikkan bahunya.

 

“Cepet makannya! Ntar telat ke kantor.”

 

“Emang siapa yang mau marahin aku kalo telat?” sahut Bellina santai.

 

Melan tersenyum ke arah Bellina. “Iya juga, sih.” Ia melanjutkan menghabiskan sarapan bersama puteri kesayangannya.

 

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas