Yeriko
menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah. Ia melepas safety belt-nya dan
juga safety belt yang melingkar di tubuh Yuna.
Yuna
langsung merangkul leher Yeriko. “Beruang ... kenapa kamu ganteng banget?”
tanyanya sambil memicingkan mata menatap Yeriko.
Yeriko
tersenyum kecil menatap Yuna. “Baru sadar?”
Yuna
menganggukkan kepala sambil menepuk pipi Yeriko. “Punya suami ganteng kayak
kamu, selalu jadi rebutan cewek-cewek cantik. Tapi, aku nggak bakal ngelepasin
kamu.”
Yeriko
tersenyum. Ia melepaskan lengan Yuna dari lehernya. Tapi, Yuna malah
mengeratkan lingkaran lengannya.
“Mau
ke mana?” tanya Yuna.
“Masuk,
yuk! Kita udah sampe rumah.”
“Emh
...” Yuna memonyongkan bibirnya.
Yeriko
tersenyum kecil. Ia langsung mengecup bibir Yuna.
Yuna
meringis dan menjatuhkan kembali tubuhnya ke kursi.
Yeriko
tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Yuna yang
begitu agresif saat mabuk. Ia keluar dari mobil dan menggendong Yuna keluar
dari dalam mobil.
“Mbak
Yuna kenapa, Mas?” tanya Bibi War begitu Yeriko masuk ke dalam rumah.
“Nggak
papa. Cuma kebanyakan minum.”
“Oh.”
Yeriko
terus melangkahkan kakinya naik ke kamar dan menjatuhkan tubuh Yuna ke atas
tempat tidur.
“Nyalain
AC!” pinta Yuna. “Panas banget.”
Yeriko
langsung mengambil remote AC dan menyalakan AC di kamarnya.
Yuna
melepas semua pakaiannya karena merasa suhu ruangan di kamarnya sangat panas.
Yeriko
menarik napas dan menyelimuti tubuh Yuna.
Yuna
langsung menarik tubuh Yeriko hingga menekan tubuhnya. Ia merangkul leher
Yeriko dan terus menciumi wajah Yeriko.
Yeriko
berusaha bangkit dan melepaskan diri dari Yuna. Tapi, Yuna malah berguling dan
membuat tubuhnya berada di bawah tubuh Yuna.
“Yun,
aku mau mandi dulu!” tutur Yeriko.
Yuna
menggelengkan kepala. Ia menjatuhkan kepalanya di dada Yeriko.
Yeriko
menghela napas dan memeluk tubuh istrinya. “Jangan sampai mabuk kalau pergi
tanpa aku!”
Yuna
mengangguk kecil. Ia mengangkat kepala dan mengendus leher Yeriko.
“Yer,
kenapa tadi ketawa waktu keluar dari Sheraton? Apa kamu ... lagi
memperhitungkan seseorang?” bisik Yuna.
Yeriko
tertawa menanggapi pertanyaan Yuna.
Yuna
menatap wajah Yeriko yang masih tertawa. “Ketawa jahat. Pasti lagi ngerencanain
sesuatu. Apa itu?” dengus Yuna.
“Mmh
... nggak boleh tahu!” sahut Yeriko.
“Iih
... ngeselin!” seru Yuna sambil memukul dada Yeriko dan menghisap kuat leher
suaminya.
“Yun,
sakit!” seru Yeriko. “Kamu udah jadi vampire juga?”
“Iya.”
Yeriko
tertawa, ia langsung menghisap bibir Yuna dan bermain-main di tubuh istrinya
dalam waktu yang lama.
“Mandi
yuk!” ajak Yeriko usai bercinta dengan istrinya.
Yuna
menganggukkan kepala.
Yeriko
bangkit dan langsung menggendong Yuna ke kamar mandi. Ia memasukkan tubuh Yuna
ke dalam bathtub dan menyalakan kran.
Yuna
tersenyum menatap suaminya. Ia menarik tubuh Yeriko masuk ke dalam bathtub
bersamanya.
“Masih
aja genit, masih kurang?” bisik Yeriko sambil menjepit hidung Yuna.
Yuna
tersenyum menatap Yeriko. “Masih bisa bangun?”
“Hmm
... capek,” sahut Yeriko sambil menyandarkan kepalanya.
Yuna
tertawa kecil dan memeluk tubuh Yeriko.
“Yer,
gimana kita ngadepin Refi?” tanya Yuna.
“Kamu
tenang aja! Aku lagi ngumpulin bukti-bukti buat ngelawan dia. Departemen Humas
juga sudah nyiapin jadwal buat konferensi pers.”
“Hah!?
Konferensi pers?”
Yeriko
menganggukkan kepala. “Kenapa?”
Yuna
menundukkan kepala. “Nggak papa. Aku males aja ketemu sama wartawan.
Apalagi mereka bar-bar kayak kemarin itu.”
Yeriko
tersenyum kecil. “Nggak usah khawatir. Merek nggak akan ngelakuin itu.”
Yuna
tersenyum lega.
“Oh
ya, hubungan kamu sama sepupu kamu gimana? Udah lama nggak denger kamu
nyeritain dia. Udah baikan?”
Yuna
menggelengkan kepala. “Kapan dia mau baikan sama aku?”
Yeriko
tersenyum kecil sambil menatap Yuna.
“Lihat
aja besok, kalo ketemu pasti ngajak berantem lagi. Kayaknya, dia itu kangen banget kalo nggak berantem sama
aku.”
“Apa
aku perlu turun tangan buat ngatasi dia?”
“Jangan!”
seru Yuna. Ia tidak akan membiarkan suaminya ikut campur masalahnya dengan
Bellina. Walau sering berkelahi, Bellina tetaplah kakak sepupunya. Ia tidak
akan tega membiarkan suaminya menangani Bellina.
“Kenapa?”
Yeriko mengernyitkan dahi.
“Mmh
... walau aku sama dia sering berantem. Tapi, mereka sayang sama aku, kok.”
“Sayang?”
Yeriko mengernyitkan dahi. “Mereka selalu bikin perkara sama kamu. Kamu masih
aja berbaik hati sama mereka.”
Yuna
meringis menatap Yeriko. Ia sangat mengetahui perangai suaminya. Ia tidak ingin
menjadi orang yang tak tahu balas budi. Selama sebelas tahun, Oom dan tantenya
sudah banyak membantu merawat ayahnya yang terbaring di rumah sakit. Walau
mereka kejam, tapi masih sangat memperdulikan kesehatan ayahnya.
“Mmh
... biar gimana pun, mereka tetep keluarga aku. Aku yang bakal ngadepin mereka.
Mereka nggak akan nyelakain aku, kok.”
Yeriko
menganggukkan kepala. “Selama masih dalam batasan yang bisa ditolerir. Kalau
udah berlebihan, aku bakal ngasih pelajaran ke mereka sekalipun mereka keluarga
kamu!” tegas Yeriko.
“Yer
...!” Yuna menatap wajah Yeriko. Ia memohon agar tak melakukan apa pun terhadap
keluarganya.
“Ck,
kamu ini ...” Yeriko langsung merengkuh kepala Yuna dan mencium keningnya.
Yuna
tersenyum sambil mengeratkan pelukannya. Ia merasa sangat bahagia karena
suaminya selalu ada di sisinya dan membantunya menyelesaikan masalah. Mereka
terus bermesraan hingga pagi menjelang.
Di
sisi lain, Bellina merasa sangat senang melihat pemberitaan yang menimpa Yuna
beberapa hari terakhir.
“Hmm
... akhirnya, dia kena batunya juga,” celetuk Bellina sambil tersenyum penuh
kemenangan.
“Ada
apa?” tanya Melan sambil menatap Bellina.
“Si
Yuna lagi diserang sama netizen di media sosial.”
“Kok,
bisa?”
“Dia
cari perkara sama pacarnya Yeriko.”
“Yeriko
punya pacar?”
Bellina
menganggukkan kepala. “Pacarnya itu artis dan karirnya di luar negeri cukup
bagus. Penggemarnya banyak dan langsung nyerang Yuna. Lihat, deh!” Bellina
menyodorkan ponselnya ke hadapan Melan.
Melan
meraih ponsel Bellina dan membaca semua komentar yang menyerang Yuna. “Wah,
berita seheboh ini, kenapa baru kasih tahu Mama sekarang?”
“Mama
aja yang nggak update,” sahut Bellina.
“Pacarnya
Yeriko, cantik dan berkelas. Kenapa dia malah nikain Yuna?” tanya Melan sambil
menatap foto Refi.
Bellina
mengedikkan bahu. “Pasti si Yuna yang godain Yeriko sampe cowok itu
tergila-gila sama dia.”
“Kok
bisa ya? Jangan-jangan itu anak pake pelet. Bisa-bisanya dapetin cowok kaya
raya kayak Yeriko.”
“Hah!?
Jangan-jangan si Yuna emang main dukun, Ma. Kalo nggak, nggak mungkin Yeriko
bisa suka sama cewek yang biasa kayak dia. Dia juga nggak punya apa-apa.
Hartanya udah habis dipake buat ngobatin ayahnya yang lumpuh itu.”
“Ehem
...!” Tarudi berdehem. “Kalo lagi makan, jangan ngobrol terus! Nggak
selesai-selesai makannya.” Ia bangkit dari tempat duduk dan bergegas pergi.
“Papamu
kenapa? Aneh banget,” tutur Melan.
Bellina
mengedikkan bahunya.
“Cepet
makannya! Ntar telat ke kantor.”
“Emang
siapa yang mau marahin aku kalo telat?” sahut Bellina santai.
Melan
tersenyum ke arah Bellina. “Iya juga, sih.” Ia melanjutkan menghabiskan sarapan
bersama puteri kesayangannya.
Makasih udah baca sampai sini.
Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment