“Yun,
kamu dengerin tuh kata Bunda Yuna!” tutur Rullyta. “Kalau ada waktu luang, kamu
ajak Yeriko main-main ke rumah Pak Walikota!” pinta Rullyta. “Kalian harus
belajar banyak dari mereka!”
Yuna
menganggukkan kepala sambil tersenyum.
“Rul,
aku rasa Yeriko dan Bapak sudah sering ketemu. Bukannya, banyak proyek yang
lagi dikerjain sama Yeri untuk pemerintahan?”
“Mmh
.. bener juga. Kalo gitu, dia bisa lebih mudah bikin janji buat ketemu
sama kalian. Biar mereka belajar banyak dari rumah tangga kalian. Yeriko itu
payah. Nikah aja dia nggak ngerti ngasih cincin atau lamaran. Dia pikir, dengan
punya surat nikah, semuanya udah kelar gitu aja. Di mana harga diri kita
sebagai wanita?” cerocos Rullyta.
“Dia
juga nggak mikirin aku sama sekali. Harusnya, aku nemuin keluarga besar Yuna
dulu. Dia itu ... bener-bener keterlaluan!”
“Ma,
selama ini Yeriko memperlakukan aku dengan baik. Dia baik banget. Selalu
perhatian dan sayang sama aku. Buat aku, yang paling penting adalah bagaimana
kami menjalani rumah tangga dengan baik.”
Yana
menatap wajah Yuna sambil tersenyum. “Kamu sangat dewasa. Berapa umur kamu
sekarang?”
“Dua
puluh empat.”
“Hmm
... masih muda banget? Tapi, pemikiran kamu udah sedewasa ini?”
Yuna
mengernyitkan dahinya. Ia masih begitu kekanak-kanakkan. Tidak menyangka kalau
akan mendapatkan pengakuan berbeda dari istri orang nomor satu di kota
Surabaya.
“Yuna
memang seperti ini. Walau sering terlihat kekanak-kanakkan, tapi pemikirannya
sangat dewasa.”
“Hmm
... kamu beruntung banget dapet menantu kayak gini,” tutur Yana.
“Bunda,
aku yang beruntung karena punya mama mertua sebaik Mama Rully.”
“Mmh
... sudahlah. Kita makan dulu!” pinta Rullyta. Ia khawatir, Yuna akan sedih
karena mengingat mendiang ibunya.
Yuna
tersenyum sambil mengangguk kecil. Ia melanjutkan makan sambil bercengkrama
dengan dua wanita yang bersamanya. Ia merasa sangat bahagia karena sahabat
Rullyta begitu baik. Tak seperti yang ia khawatirkan sebelumnya.
“Mmh
... kita pulang sekarang!” Rullyta bangkit dari tempat duduknya. “Lain kali,
kita ngumpul lagi.”
Yana
menganggukkan kepala. “Oke.” Ia segera mengikuti langkah Rullyta dan Yana
keluar dari ruangan.
“Udah
denger gosip hot soal keluarga Hadikusuma?”
“Oh,
soal si pengusaha ganteng pemilik Galaxy Group itu ya?”
“Iya.
Si Yeriko yang sombong itu.”
“Aku
udah lihat beritanya. Yang diselingkuhi sama istrinya itu ya? Kasihan banget,
udah ganteng dan kaya aja masih diselingkuhi, kurang apa coba?”
“Kurang
ajar, hahaha.”
“Mungkin,
dia balas dendam. Soalnya, aku denger-denger si pengusaha muda itu yang duluan
selingkuh sama mantan pacarnya.”
“Berita
yang bener yang mana sih? Yang aku baca, si Yuna yang jadi selingkuhan.
Katanya, dia yang ngerebut pacarnya si Refi. Sampe nyuruh Refi lompat dari
gedung.”
“Hmm
... dia pasti ngelakuin itu karena mau dapetin harta dari pemilik GG itu.”
“Oh
ya? Keluarga mereka berantakan banget. Aku denger, Mamanya Yeriko punya masa
lalu yang nggak bagus. Sampai sekarang, nggak ada yang tahu latar belakang
ayahnya Yeriko. Bahkan, dia ikut marga kakeknya, bukan marga ayahnya.”
“
Jangan-jangan ... Yeriko itu hasil dari hubungan gelap dia sama pria lain?”
Yuna
dan Rullyta menghentikan langkahnya saat mereka mendengar desas-desus dari
private room yang ada di sebelah private room mereka.
Rullyta
menarik napas dalam-dalam sambil menatap pintu ruangan yang sedikit terbuka.
“Berani-beraninya mereka ngomongin keluarga kita,” gumamnya.
Yuna
terdiam. Ia merasa, suara yang ada di dalam sana tak asing lagi di telinganya.
Rullyta
langsung mendorong pintu dan menerobos masuk ke dalam ruangan.
“Ma!”
Yuna membelalakkan matanya saat melihat Mama mertuanya tiba-tiba menerobos
masuk ke dalam private room orang lain. Ia langsung ikut masuk ke dalamnya.
“Tante
Rully? Yuna?” Salah seorang wanita muda langsung bangkit begitu melihat Yuna
dan Rullyta masuk.
“Amara?”
Yuna mengernyitkan dahinya menatap Amara.
“Oh
... kamu mantan tunangannya Chandra kan?” Rullyta langsung menghampiri Amara.
“Heh!?
Kalian siapa? Tiba-tiba nerobos masuk?” tanya salah seorang di dalam ruangan
yang tidak dikenal oleh Yuna dan Rullyta.
“Salah
masuk ruangan?” sahut yang lainnya.
“Eh,
eh, eh ... ini ... cewek yang lagi heboh di internet itu kan? Wajahnya sama,”
sahut salah satu wanita sambil membandingkan wajah Yuna dengan foto yang ada di
layar ponselnya. “Kamu yang nyuruh si Refina lompat dari atas gedung? Jahat
banget!?”
Yuna
mengernyitkan dahi. Ia memejamkan mata, menarik napas dalam-dalam dan
menghembuskannya kembali. “Nggak ada gunanya aku jelasin ke mereka, mereka udah
termakan gosip,” batin Yuna.
“Iya,
bener. Ini cewek yang ada di majalah itu. Yang deketin CEO Amora Internasional
setelah deketin pemilik Galaxy. Matre banget jadi cewek.”
“Wajahnya
biasa aja, tapi matrenya luar biasa.”
“Hahaha.”
“Jangan-jangan,
dia dateng ke tempat ini cari mangsa baru. Untungnya, di sini perempuan semua.”
“Hahaha.
Mungkin, dia kira di sini ada banyak pria tajir.”
Rullyta
melipat kedua tangan di dada sambil menatap semua orang yang ada di ruangan
tersebut.
Amara
menyadari tatapan berbahaya dari Rullyta. Di dalam ruangan ini, hanya dia yang
mengenal Rullyta dengan baik karena hubungannya dengan Chandra.
“Kalian
nggak tahu aku siapa!?” Rullyta menatap dingin ke seluruh ruangan.
Amara melebarkan kelopak matanya. “Ma, Tante ... kalian duduk
dulu!” pintanya. Biar aku yang bicara sama ...”
“Kenapa?
Kamu takut sama perempuan ini?” sahut wanita yang bertubuh gempal.
“Ma,
ini Bu Rullyta, Mamanya Yeriko,” bisik Amara.
“Hah!?”
Rullyta
tersenyum sinis. “Kalau kalian ini wanita kelas atas, kenapa nggak mengenal
kami? Nggak kenal sama orang nomor satu di kota ini?”
Yana
tak banyak bicara, ia hanya menatap beberapa orang yang ada di ruangan
tersebut. “Kenapa diam aja?” tanyanya sambil tersenyum. “Tadi, aku lihat kalian
rame banget ngomongin kehidupan orang lain?”
“Mmh
... Bu Walikota, sepertinya warga Anda sekarang masih kekurangan kerjaan. Jadi,
kerjaannya ngomongin kehidupan orang lain. Gimana kalau kita tambah lagi
lapangan kerja untuk mereka?” tutur Rullyta sambil menatap sahabatnya itu.
Yana
tersenyum kecil sambil mengangguk-anggukkan kepala.
“Walikota?”
semua wanita yang ada di ruangan tersebut saling berbisik dan tidak berani
berkata-kata lagi.
“Asal
kalian tahu, Yuna adalah menantu yang sudah diakui oleh keluarga Hadikusuma.
Siapa pun yang berani macem-macem sama dia, bakal berhadapan langsung sama
kamu. Kami nggak akan ngelepasin, siapa pun itu!” tegas Rullyta.
“Kamu
ngancam kami?”
“Ini
bukan ancaman, tapi peringatan buat kalian!” tegas Rullyta.
Amara
terdiam, ia hanya menundukkan kepala. Ia tak menyangka kalau Rullyta memiliki
hubungan baik dengan istri walikota. Menghadapi mereka, seperti sedang
mempertaruhkan nyawa.
Yuna
menahan tawa saat melihat ekspresi ketakutan yang keluar dari wajah
wanita-wanita yang ada di dalam ruangan tersebut. Ia terus menatap Amara yang
masih menundukkan kepala. Ia tak menyangka kalau akan bertemu dengan perempuan
tersebut, ia berniat membalas sakit hati yang dialami oleh Chandra.
Makasih udah baca sampai sini.
Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment