Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Wednesday, February 19, 2025

Perfect Hero Bab 153 : Psikopat Ganas || a Romance Novel by Vella Nine

 


Rullyta mengeratkan bibirnya. Ia semakin kesal dengan sikap Refi yang masih bersikeras mengganggu rumah tangga anaknya.

 

“Angga!” teriak Rullyta sambil menoleh ke arah pintu.

 

“Ya, Bu!” seorang pria muda masuk ke dalam ruangan dan langsung menghampiri Rullyta.

 

“Ambilkan kotak yang ada di mobil! Bawa ke sini!” perintahnya.

 

“Siap, Bu!” Angga, salah satu anak buah Rullyta bergegas keluar dan mengambil barang yang dimaksud oleh Rullyta.

 

Beberapa menit kemudian, kotak tersebut sudah ada di tangan Rullyta. Ia langsung melemparkan kotak tersebut ke pangkuan Refi.

 

“Kamu yang kirim ini!?” sentak Rullyta.

 

Refi terdiam. Ia menatap kotak yang ada di pangkuannya.

 

“Kamu pikir, aku nggak tahu kalau kamu yang ngirim ini?” Rullyta semakin kesal dengan Refi yang tak kunjung mengakui kesalahannya.

 

Refi menatap tajam ke arah Rullyta dan Yuna. Ia sangat kesal karena kedatangan Rullyta bukan untuk membelanya, melainkan membela Yuna. Rasa benci di dalam hati Refi semakin bertambah setiap kali melihat wajah Yuna.

 

Refi tersenyum sinis. “Ya, memang aku yang kirim ini.”

 

“Maksud kamu apa?” tanya Yuna. “Kamu mau ...”

 

“Aku memang mau ngelukain kamu!” seru Refi. “Kalau aku nggak bisa dapetin Yeriko, nggak ada satu orang pun yang bisa miliki dia!” tegas Refi sambil mendelik ke arah Yuna.

 

Yuna tertawa kecil. “Aku udah miliki dia sepenuhnya,” sahut Yuna sambil menatap Refi.

 

“Kamu ...!?” Refi meraih gelas yang ada di sisinya dan langsung melemparkan ke arah Yuna.

 

Yuna menghindari gelas tersebut dengan cepat dan membiarkannya jatuh berderai ke lantai.

 

“Yuna, kamu nggak papa?” Rullyta panik sambil memerhatikan tubuh Yuna.

 

“Kamu udah gila ya!” sentak Rullyta sambil menghampiri Refi. “Kalau sampai Yuna kenapa-kenapa, aku nggak bakal lepasin kamu seumur hidup!”

 

“Ibu nggak papa?” Angga dan dua orang anak buah Rullyta masuk ke dalam ruangan begitu mendengar suara keributan dari dalam ruangan.

 

“Nggak papa.”

 

Refi menatap Yuna penuh amarah. Ia mencengkeram kuat selimut yang ada di tempat tidurnya. Pundaknya naik turun seiring dengan napasnya yang tak teratur.

 

“Dasar, psikopat!” maki Rullyta.

 

Refi tak peduli dengan makian Rullyta. Ia tak lagi berpura-pura baik karena Rullyta sudah tahu banyak tentang dirinya. Rullyta pasti sudah menyelidiki kehidupan Refi beberapa tahun belakangan ini. Ia merasa tak ada artinya lagi di hadapan Rullyta.

 

“Asal kamu tahu, keluarga Hadikusuma cuma ngakuin Yuna sebagai menantu. Nggak akan ada orang lain yang kami akui selain dia!” tegas Rullyta.

 

Refi terdiam. Ia tak bisa mengatakan apa pun di depan Rullyta.

 

“Kalau kamu masih bikin ulah lagi, keluarga kami akan langsung turun tangan buat ngelarin kamu tanpa toleransi lagi!” ancam Rullyta.

 

“Yun, ayo kita pulang!” Rullyta meraih lengan Yuna dan membawanya keluar dari ruang rawat.

 

Yuna mengikuti langkah Rullyta. Ia masih bisa mendengar teriakan histeris dari ruangan Refi. Beberapa perawat dan dokter langsung berlari masuk ke dalam ruangan tersebut.

 

“Ma, apa dia baik-baik aja?”

 

Rullyta menghela napas sembari menatap ke arah Yuna. “Kamu ini terlalu baik atau bodoh?”

 

Yuna mengernyitkan dahi menatap Rullyta.

 

“Mama baru aja belain kamu mati-matian, kamu masih merhatiin dia?” dengus Rullyta.

 

“Aku cuma kasihan aja lihat dia ...”

 

“Mama nggak ngerti otak kamu ini isinya apa?” tanya Rullyta sambil menoyor kening Yuna.

 

Yuna memonyongkan bibirnya sambil memegangi keningnya sendiri. “Ada yang salah?” batinnya.

 

Rullyta tertawa kecil. Walau kesal, ia sangat menyukai Yuna yang baik hati dan begitu manis. Ia menggandeng lengan Yuna dan bergegas keluar dari rumah sakit.

 

“Ngga, tolong kamu hubungi Riyan!” pinta Rullyta saat ia sudah berada di dalam mobil.

 

“Baik, Bu.” Angga langsung menelepon Riyan.

 

“Saya belum suruh kamu ngapain. Mau ngomong apa ke Riyan?” tanya Rullyta.

 

“Eh!?” Angga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Suruh ngapain, Bu?”

 

“Ck, kamu ini ... selalu aja gitu,” celetuk Rullyta.

 

Yuna menahan tawa sambil menatap Angga yang duduk di belakang kemudi.

 

“Kamu tanya ke Riyan, apa dia udah nemuin orang yang nyebarin gosip ke media?”

 

Angga mengangguk. Ia langsung mengikuti perintah Rullyta.

 

“Halo ...!” sapa Riyan begitu panggilan teleponnya tersambung.

 

“Halo, Yan. Apa kamu sudah dapet informasi soal ...”

 

“Akun anonim yang nyebar gosip?”

 

“He-em. Kok tau kalau aku mau nanya itu?”

 

Riyan tertawa kecil. “Otakmu bawa ke bengkel!”

 

“Eh!?”

 

Riyan tergelak dan langsung mematikan panggilan telepon dari Angga.

 

Rullyta menggelengkan kepala mendengar pembicaraan Riyan dan Angga.

 

Angga memasang safety belt dan langsung menyalakan mesin mobilnya. Ia bergegas melajukan mobilnya menuju rumah Yeriko.

 

“Ma, apa anak buah Mama dan Yeri memang sering kayak gitu?”

 

Rullyta tertawa kecil. “Kadang, mereka itu memang lucu. Kalau Riyan sama Angga, memang sering kayak gitu. Riyan itu asisten Yeri. Yeriko ngelatih dia bagus banget. Pintar, berbakat dan cekatan. Kalau Angga, kamu tahu sendiri. Angga cuma supir Mama. Otaknya kurang se-ons. Mereka lumayan dekat dan sering kayak gitu,” jelasnya sambil tertawa.

 

Yuna ikut tertawa mendengar ucapan Rullyta. “Mmh ... tapi, Angga punya keunggulan lain dibanding Riyan.”

 

“Apa itu, Nyonya Muda?” Angga langsung menoleh ke arah Yuna dan sangat bersemangat.

 

“Lihat jalanan!” sentak Rullyta sambil memukul kursi belakang Angga.

 

“Angga lebih ganteng dari Riyan, sedikit.”

 

“Ehem ...” Angga langsung merapikan kerah bajunya sambil melihat wajahnya di kaca spion.

 

“Hihi ... sedikit aja, Ngga. Masih banyak Riyan,” tutur Yuna lagi.

 

Angga menghela napas kecewa. Tubuhnya seketika lemas. “Aku memang nggak bisa lebih unggul dari Riyan.”

 

“Kalau mau nyamain dia, kamu harus banyak berlatih sama Yeri,” sahut Rullyta.

 

“Eh!? Nggak usah, Nyonya. Saya jadi supir aja.”

 

“Kenapa? Bukannya bagus ya bisa jadi asisten Yeriko?” tanya Yuna.

 

“Semua anak buah Mama, takut sama Yeri. Dia lebih berbahaya dari kakek,” tutur Rullyta.

 

“Oh ya?”

 

Rullyta tersenyum kecil. “Oh ya, besok Mama ada janji mau ketemu sama istri walikota. Kamu ikut Mama ya!” pintanya.

 

“Eh!? Ketemu sama pejabat, Ma?”

 

Rullyta menganggukkan kepala. “Gimana?”

 

“Mmh ... aku nggak pede ketemu sama pejabat.”

 

“Dia sahabat Mama. Orangnya baik banget. Kamu nggak perlu sungkan.”

 

“Oh ya? Tapi ...”

 

“Besok Mama jemput kamu.”

 

Yuna mengangguk. Ia tetap tidak bisa menolak ajakan Rullyta.

 

“Mmh ... Ma. Aku boleh tanya sesuatu?” tanya Yuna sambil menggigit bibir bawahnya.

 

“Apa?” tanya Rullyta.

 

“Papanya Yeriko ke mana ya? Aku nggak pernah ...”

 

Rullyta langsung meraih jemari tangan Yuna dan tersenyum ke arah Yuna.

 

“Jangan pernah tanyakan soal papanya Yeri!” pintanya.

 

Yuna mengangkat kedua alisnya.

 

“Nggak ada satu orang pun yang boleh mengungkit soal papanya Yeri. Terutama di depan Yeri.”

 

Yuna mengangguk. Ia tidak lagi menanyakan keberadaan ayah Yeriko. Walau ia sangat penasaran, tapi ia tidak bisa memaksakan diri untuk mencari tahu keberadaan papa Yeriko. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya.

 

“Kenapa dirahasiakan? Apa dia sudah meninggal? Kalau sudah meninggal, kenapa harus disembunyikan beritanya? Kalau masih hidup ... ah, sudahlah, Yun. Jangan berpikir terlalu jauh,” batin Yuna bertanya-tanya.

 

Rullyta mengantarkan Yuna sampai ke depan rumah.

 

“Ma, nggak masuk dulu?” tanya Yuna.

 

Rullyta menggelengkan kepala. “Mama sudah pergi terlalu lama. Kakek pasti nyariin Mama.”

 

“Ah, Mama pergi ke rumah anak sendiri. Apa yang mau dikhawatirkan?” sahut Yuna.

 

“Kamu bisa aja. Yaudah Mama pulang dulu ya! Bye!” Rullyta melambaikan tangan dan langsung menutup kaca mobil.

 

Yuna membalas lambaian tangan Rullyta. Ia tersenyum senang dan bergegas masuk ke dalam rumah.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas