Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 143 : Kekuatan Nyonya Ye || a Romance Novel by Vella Nine

 


Usai pemotretan di Bali. Yuna dan Icha kembali bekerja seperti biasanya.

 

“Cha, gimana ceritanya waktu si Lutfi nembak kamu?” tanya Yuna saat jam makan siang.

 

“Mmh ...” Icha memutar bola matanya.

 

“Iih ... cerita!” pinta Yuna.

 

“Yah, kamu tahu sendiri kalau Lutfi suka bercanda. Aku pikir, dia cuma bercanda aja waktu dia bilang suka sama aku.”

 

“Terus?”

 

“Pagi itu ... pertama kalinya aku lihat wajahnya serius banget. Dia berlutut di depanku kayak pangeran. Hmm ... sepertinya aku perempuan yang paling beruntung di dunia.”

 

“Aargh ...! Romantis banget!” seru  Yuna.

 

“Mmh ... nggak seromantis suami kamu kan?”

 

“Iya, sih. Tapi ... suamiku kan nggak pernah nembak aku kayak gitu.”

 

“Malah langsung ngajak nikah, kan?”

 

Yuna tertawa kecil. “Awalnya aku ...” Yuna menghentikan ucapannya saat ponselnya tiba-tiba berdering. Ia menatap layar ponsel sambil mengerutkan dahinya.

 

“Siapa, Yun?”

 

“Nggak tahu. Nomer baru.”

 

“Angkat aja, siapa tahu klien.”

 

Yuna mengangguk dan segera menjawab panggilan telepon yang masuk ke ponselnya. “Halo ...!” sapanya.

 

“Halo ...! Ini Ayuna?”

 

“Iya.”

 

“Aku Refi.”

 

Yuna terdiam beberapa saat.

 

“Mmh ... sore ini ada waktu? Aku mau ketemu,” tutur Refi.

 

Yuna berpikir sejenak. Ia tidak mengerti kenapa Refi mengajaknya bertemu setelah membuat kehebohan di media.

 

“Ada hal penting yang mau aku bicarakan. Bisa ke rumah sakit sore ini?” tanya Refi lagi.

 

“Oke. Aku ke sana setelah pulang kerja.”

 

“Oke. Aku tunggu ya!”

 

“He-em.” Yuna langsung mematikan panggilan telepon dan meletakkan ponselnya di atas meja.

 

“Kenapa, Yun?” tanya Icha.

 

“Nggak papa,” jawab Yuna sambil menyuapkan makanan di mulutnya. Ia terus bertanya-tanya maksud Refi mengajaknya bertemu. Ia harap, Refi mengajaknya untuk menjalin hubungan baik dengannya.

 

 

 

Usai pulang kerja, Yuna langsung menuju RSOT, tempat Refi mendapatkan perawatan. Ia melangkah menuju taman rumah sakit dan mendekati Refi yang sedang duduk di kursi rodanya.

 

“Ada apa?” tanya Yuna dingin.

 

Refi tersenyum sambil menatap Yuna yang sudah berdiri di hadapannya. “Makasih, udah dateng ke sini.”

 

“Nggak usah sok baik!” sahut Yuna. “Kamu nyuruh aku ke sini pasti ada sebabnya kan?”

 

Refi menghela napas. “Ya. Aku mau minta maaf soal pemberitaan di media.”

 

“Aku nggak punya maaf. Lebih baik minta sama orang lain,” sahut Yuna ketus.

 

“Yun, aku bener-bener nggak bermaksud bikin berita heboh di media sosial. Aku terpaksa ngelakuin ini karena ... sikap kamu yang memaksa aku melakukannya.”

 

“Aku?” Yuna menunjuk dirinya sendiri, kemudian tersenyum sinis. “Kamu sadar nggak kamu ini siapa?”

 

“Aku masih cinta sama Yeri. Aku yakin, dia juga masih cinta sama aku.”

 

“Kalau dia masih cinta sama kamu, dia nggak akan menikahi wanita lain,” sahut Yuna sambil tersenyum.

 

“Sekalipun kamu istrinya. Yeriko masih menunjukkan rasa pedulinya ke aku. Aku tahu, dia masih punya rasa cinta walau cuma sedikit. Kalau nggak, dia nggak akan datang ke atap gedung buat nyelamatkan aku.”

 

Yuna memutar bola matanya mendengar ucapan Refi yang sangat memuakkan. “Kamu ... nyuruh aku ke sini cuma mau pamer perlakuan suami aku ke kamu?”

 

Refi mengangguk pelan. “Karena suami kamu, bukan cuma nolongin aku. Dia juga nemenin aku sampai pagi.”

 

“Terus?” tanya Yuna ketus tanpa melihat wajah Refi.

 

“Aku yakin, masih ada aku di dalam hati Yeriko. Walau kamu sudah jadi istrinya. Dia rela keluar tengah malam buat nolongin aku dan ninggalin kamu. Apa kamu yakin kalau Yeriko beneran cinta sama kamu?” tanya Refi.

 

“Heh!? Kamu ini artis nggak laku ya? Ada banyak laki-laki di luar sana. Kenapa masih mau ngambil suami orang?” dengus Yuna.

 

“Aku bakal ambil apa yang sudah kamu rebut dari aku!”

 

Yuna tertawa sinis. “Aku nggak ngerebut apa pun dari kamu. Kamu aja yang nggak sadar diri!”

 

“Kamu udah ngambil semua perhatian Yeriko. Cuma dia harapan aku satu-satunya. Sekarang aku udah cacat, masa depanku udah hancur. Aku nggak punya pilihan lain,” tutur Refi sambil menangis.

 

Yuna terdiam menatap Refi. Sebenarnya, ia merasa sangat iba dengan kondisi fisik dan mental Refi saat ini. Jika bukan karena niat jahat Refi yang ingin mengambil suaminya, ia tidak akan tega bersikap ketus pada Refi.

 

“Yeriko ... pria yang begitu baik dan penuh perhatian. Banyak hal yang sudah kita laluin bareng. Dia udah melakukan banyak hal buat aku. Aku bener-bener nggak pernah bisa lepas dari dia. Sampai sekarang, aku merasa masih ada ikatan dengan Yeriko. Bahkan, dia sampai rela belajar masak cuma demi aku,” tutur Refi terisak.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia sangat mengerti maksud Refi. Mengungkapkan masa lalunya bersama Yeriko. Seolah-olah, Refi adalah wanita satu-satunya yang paling dicintai oleh Yeriko.

 

Yuna mendekatkan wajahnya ke wajah Refina. “Aku nggak akan pernah ngelepasin suamiku gitu aja!” tegas Yuna sambil menatap Refi penuh kebencian. “Apalagi buat cewek kayak kamu!”

 

“Aku pasti bisa bikin dia balik lagi sama aku!” sahut Refi.

 

Yuna tersenyum sinis. “Silakan bermimpi!”

 

Refi tersenyum menatap Yuna. “Saat aku bangun dari mimpi, aku pastikan kalau Yeriko sudah ada di pelukanku.”

 

Yuna semakin geram dengan sikap Refi. Matanya memerah sembari menatap tajam ke arah Refi.

 

Refi tersenyum puas melihat amarah Yuna. “Kenapa? Kamu takut kalau Yeriko bakal balik lagi sama aku?”

 

“Yeriko bukan pria bodoh. Mungkin, dulu dia sayang banget sama kamu. Tapi, sekarang dan selamanya ... dia nggak akan pernah berpaling dari aku!” tegas Yuna.

 

“Kamu terlalu percaya diri,” sahut Refi sambil tersenyum sinis. “Bisa aja, suami kamu itu diam-diam bermain di belakang kamu.”

 

“Kamu!?” Yuna langsung mengangkat dagu Refi sambil menatap penuh kebencian. “Asal kamu tahu, Yeriko itu sayang banget sama aku. Dia udah ngelakuin banyak hal buat aku. Lebih dari apa yang udah dia kasih ke kamu.”

 

“Oh ya? Bukannya kamu baru aja kenal sama dia? Bahkan hubungan kalian belum genap satu tahun. Aku dan Yeriko sudah melewati banyak hal selama bertahun-tahun. Bohong kalau sampai dia bilang, bisa ngelupain cerita kita gitu aja.”

 

Yuna mengepalkan tangan erat-erat, menahan amarah yang ingin sekali ia lampiaskan saat itu juga. “Kenapa di dunia ini ada cewek kayak gini? Ternyata pelakor beneran ada. Kirain cuma di sinetron doang,” batin Yuna menahan amarah. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba untuk meredakan emosinya.

 

Refina tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat senang karena berhasil membuat Yuna semakin marah.

 

Yuna tersenyum ke arah Refi. “Aku nggak peduli sebanyak apa cerita kamu dan Yeriko. Yang aku tahu, Yeriko udah menghapus semua itu dari hidupnya.”

 

“Kamu yakin?”

 

“Pasti. Karena saat ini, akulah istri Yeriko. Bukan kamu. Aku bakal mempertahankan rumah tanggaku sampai kapan pun. Kami memang baru saja menikah. Tapi ...” Yuna mendekatkan mulutnya ke telinga Refi. “Aku bisa jamin kalau dia nggak akan pernah cari wanita lain karena aku selalu bikin dia puas setiap malam,” bisik Yuna sambil tersenyum.

 

Refi mengeratkan gigi-giginya begitu mendengar ucapan Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil menatap Refi. “Kamu memang cantik. Bisa bikin suamiku keluar tengah malam buat nolongin kamu. Tapi, aku pastikan kalau dia nggak akan pernah cinta sama kamu lagi!” tegas Yuna.

 

Refi makin geram mendengar ucapan Yuna.

 

Yuna semakin senang membuat perasaan Refi tak karuan. Ia terus tersenyum menatap Refi. “Kamu boleh minta suamiku buat nemenin kamu. Seandainya dia bersedia pun, dia akan tetap pulang ke rumah dan ngelonin aku. Karena cuma aku yang ...”

 

“STOP!” seru Refi sambil menutup kedua telinganya.

 

Yuna tersenyum kecil. Ia menatap Refi sambil melipat kedua tangan di dadanya. “Udah nggak ada yang mau diomongin kan? Aku harus cepet-cepet pulang karena suamiku udah ngajak makan bareng. Bye-bye!” Yuna melambaikan tangan sambil tersenyum bahagia, ia berbalik dan melangkah pergi.

 

Refi menatap punggung Yuna penuh amarah, kebenciannya semakin memuncak saat Yuna memamerkan kemesraannya dengan Yeriko.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2025 Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas