Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 140 : Cowok Tumpis || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Heh!? Kalian ini bener-bener nggak punya perasaan ya? Nuduh orang tanpa bukti. Semua orang juga tahu kalau Yuna istri sahnya Yeriko,” tutur Icha. Ia mengelus pundak Yuna perlahan.

 

“Kamu nggak papa, Yun?” tanya Icha.

 

“Nggak papa, Cha,” jawab Yuna sambil memijat keningnya.

 

“Kita pergi aja dari sini!” pinta Icha sambil memapah Yuna keluar dari kantin perusahaan.

 

“Yun, kamu nggak usah masukin ke hati omongan mereka!” pinta Icha.

 

Yuna mengangguk kecil.

 

“Mmh ... gimana kalau kita pergi ke kedai ice cream?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Aku balik ke ruanganku aja, Cha. Kalau ke sana, kemungkinan besar aku bakal ketemu orang bnyak dan juga wartawan.”

 

“Kamu jadinya belum makan, Yun.”

 

“Delivery aja, Cha!” pinta Yuna.

 

“Mmh ... oke.” Icha menyalakan ponsel di tangannya. “Kamu mau makan apa?” tanyanya sambil melangkahkan kakinya menuju ruang kerja mereka.

 

“Terserah aja, Cha. Yang penting cepet!”

 

Icha menganggukkan kepala dan segera memesankan makanan untuknya dan untuk Yuna. Mereka memilih untuk makan tenang di dalam ruang kerja mereka.

 

“Yun, kenapa tuh si Rani jadi sewot juga sama kamu?” tanya Icha sambil menikmati makanannya di dalam ruang kerjanya.

 

Yuna mengedikkan bahu. “Mungkin karena Bellina.”

 

“Mmh ... iya juga, siapa sih yang berani ngelawan perintahnya Bellina. Setahu aku, Rani nggak pernah ikut campur urusannya orang.”

 

“Sekarang, Bellina bahkan nggak punya pendukung. Lili, Sofi sama Linda udah dipecat gara-gara Bellina juga.”

 

“Linda dipecat?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Sejak melukai kamu hari itu. Lian langsung mecat dia.”

 

Icha tertawa mendengar ucapan Yuna. “Nggak nyangka kalau aku bisa bikin asistennya Bellina dipecat,” tutur Icha sambil cekikikan.

 

“Dia emang keterlaluan, Cha. Oh ya, kapan kamu ada waktu? Aku mau kenalin kamu sama Jheni.”

 

“Jheni?” Icha mengernyitkan dahinya.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Sahabat aku.”

 

“Oh ya?” Mata Icha berbinar. Ia sangat senang bisa memiliki teman baik.

 

“Hei, kalian kenapa makan di sini?” tanya Juan yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

 

“Di kantin banyak lambe turah,” sahut Yuna.

 

“Hahaha.”

 

“Kenapa ketawa? Ada yang lucu?”

 

“Kamu yang lucu,” sahut Juan.

 

“Apanya?” tanya Yuna dengan mulut penuh makanan.

 

“Nggak papa. Bercanda doang. Eh, kalian tahu nggak Pak Rudi yang di bagian keuangan?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Yang gendut itu kan?”

 

Juan menganggukkan kepala.

 

“Emang dia kenapa?”

 

“Dia mau nikah lagi.”

 

“Hah!? Bukannya udah punya istri dan anak?” tanya Icha.

 

“Iya. Tapi kayaknya masih belum puas. Dia mau ambil istri kedua. Katanya, istrinya yang kedua ini cantik dan masih muda banget. Baru umur delapan belas tahun,” tutur Juan.

 

“Eh, busyet! Pak Rudi itu umurnya udah empat puluhan kan?”

 

Juan menganggukkan kepala. “Jangan dilihat dari umurnya!” jawabnya. “Biar tua-tua gitu, semangatnya masih tujuh belas tahun. Hahaha.”

 

“Emang dasar cowok, nggak bisa setia sama satu pasangan aja.”

 

“Yaelah, wajar kali kalo cowok punya istri dua. Lagian, poligami kan nggak dilarang yang penting bisa berlaku adil sama istri-istrinya.”

 

Icha mencebik ke arah Juan. “Jangan-jangan, kamu ini deretan cowok pendukung poligami ya?”

 

“Hahaha. Nggaklah. Aku ini tipe cowok setia. Kecuali, kalau aku punya banyak duit. Mau punya istri sepuluh pun nggak akan masalah kan?”

 

“Terserah kamu aja, yang penting kamu senang,” sahut Icha.

 

Juan terkekeh. “Eh, Yun. Gosip yang lagi hot itu gimana? Yeriko mau poligami nggak? Itu artis cantik juga, loh.”

 

“Uhuk ... uhuk ...!” Yuna langsung tersedak begitu mendengar pertanyaan Juan.

 

“Minum, Yun!” Icha menyodorkan segelas air putih ke hadapan Yuna. “Kamu ini, nggak usah ngomong macem-macem!” sentak Icha sambil memukul lengan Juan.

 

“Idih, aku serius, Cha. Bos GG itu kan orang kaya. Ibarat Raja dan Ratu. Raja, biasanya punya banyak selir.”

 

“Juan ...!” seru Icha sambil memukuli tubuh Juan.

 

“Eh, eh, Cha. Ampun ...!” Juan berusaha menghindari pukulan Icha. “Aku bercanda. Serius amat nanggepinnya!”

 

“Bercandanya nggak lucu! Kamu tahu sendiri kalau berita di media lagi mojokin Yuna. Malah bikin suasana makin panas aja!” seru Icha.

 

“Udahlah, Cha. Aku nggak papa, kok,” sela Yuna.

 

Icha menoleh ke arah Yuna. Kemudian kembali menatap kesal ke arah Juan. “Awas kalo ngomong macem-macem lagi!”

 

“Iya, iya. Cantik-cantik, galak!” celetuk Juan.

 

“Apa kamu bilang?”

 

“Nggak. Itu loh, Manager Pemasaran galak banget.”

 

“Kamu kira aku nggak dengar, tadi kamu ngomong apa, hah!?”

 

“Iya, sorry! Gitu aja ngambek. Cepet makannya! Aku minta laporan yang baru. Ntar nggak aku bikinkan gambarnya.”

 

“Udah aku kirim ke email kamu sebelum makan siang. Kamu aja yang belum ngecek komputer,” sahut Icha.

 

“Iya kah? Hihihi.” Juan langsung duduk di meja kerjanya.

 

Icha mencebik ke arah Juan. Kemudian menatap Yuna yang termenung di sampingnya.

 

“Kamu nggak papa?” tanya Icha.

 

“Nggak papa,” jawab Yuna sambil tersenyum kecil.

 

“Nggak usah kamu masukin hati omongannya Juan. Emang kompor dia itu!”

 

Yuna tersenyum kecil menanggapi ucapan Icha.

 

“Oh ya, Cha. Weekend ini kamu bisa temenin aku nggak?” tanya Yuna.

 

“Ke mana?”

 

“Ke Bali.”

 

“Ngapain ke sana?”

 

“Foto Pre-wedd.”

 

“Wah, mau pre-wedd di sana?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Ikut ya!” pinta Yuna.

 

“Mmh ...”

 

“Please!” Yuna menangkupkan kedua telapak tangannya.

 

“Mmh ... oke, deh.”

 

“Sip, dah. Sabtu sore, aku tunggu di rumah ya! Kita berangkat bareng. Aku mau ajak Jheni juga, sekalian aku kenalin sama kamu.”

 

“Sabtu sore? Nginap di sana?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Mmh ...” Icha menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 

“Kenapa?” tanya Yuna.

 

“Belum gajian, Yun. Kalau aku ke sana ...”

 

“Tenang aja! Semuanya udah disiapin di sana. Nggak perlu keluar uang sepeserpun.”

 

“Beneran?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum.

 

“Apa kamu baik-baik aja?” tanya Icha kemudian.

 

“Emangnya kenapa?”

 

“Gosip soal kamu aja belum hilang, Yun. Apa nggak akan mengganggu acara pemotretan kalian?”

 

“Semuanya udah diatur jauh-jauh hari sama Mama Rully. Minggu ini, jadwal pemotretan di Bali. Nggak bisa ngubah jadwal gitu aja. Hmm ... anggap aja refreshing dulu. Pusing banget kalau cuma di dalam ruangan. Mikirin gosip yang diciptakan sama artis gila satu itu.”

 

Icha tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna. “Mmh ... bener juga, sih.”

 

“Oke. Aku tunggu kamu jam empat sore. Jangan sampai telat ya!”

 

Icha menganggukkan kepala.

 

Yuna tersenyum sambil melihat kembali chat yang dikirim oleh mama mertuanya. Di tengah kesibukan menyiapkan acara pernikahan, mereka harus menghadapi isu miring yang diciptakan oleh Refi.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia merasa, Refi sangat berbahaya bagi hubungannya. Tapi ia tetap bersyukur karena mendapat dukungan dari keluarga Yeriko, terutama mama mertuanya.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2025 Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas