Yuna
kembali bekerja seperti biasanya. Ia merasa sedikit canggung karena gosip yang
menerpa dirinya. Yah, meski tak ada teman satu departemen yang membahas tentang
rumor yang beredar di media. Ia tetap saja khawatir. Ia justru lebih banyak
menerka-nerka sendiri karena tidak ada yang berspekulasi tentang dirinya.
“Hei,
kenapa ngelamun?” tanya Icha sambil menepuk pundak Yuna.
“Eh!?
Nggak, kok.”
“Nggak
gimana? Dari tadi bengong aja. Ke kantin yuk!” ajak Icha. “Udah waktunya makan
siang, nih.”
“Eh!?
Cepet banget?” sahut Yuna sambil melihat jam dinding yang ada di ruangannya.
Rasanya, ia baru duduk beberapa menit. Tapi waktu sudah menunjukkan jam makan
siang.
“Apanya
yang cepet?”
“Jam
istirahatnya,” jawab Yuna.
“Kamu
sih, kebanyakan ngelamun.”
“Huft,
aku bener-bener nggak tahu harus gimana ngadepinnya. Kamu tahu sendiri, media
sudah memberitakan kalau aku ...”
“Ah,
sudahlah. Nggak perlu dibahas!” pinta Icha. “Aku tahu kamu nggak salah. Lebih
baik, kita makan aja!”
“Tapi,
Cha. Media udah nyebar rumor kalau aku ini orang ketiga dibalik retaknya
hubungan Yeriko dan Refi. Aku bener-bener nggak tahu kalau Refi itu artis yang
lumayan tenar. Kamu lihat aja penggemarnya dia nyerang aku semua.”
“Yun,
aku nggak pernah lihat kamu selemah ini. Yang aku kenal, Ayuna adalah gadis
cantik yang penuh semangat dan berani menghadapi apa pun.”
“Huft,
entahlah. Masalah kali ini bener-bener bikin aku nggak percaya diri. Refi itu
cewek yang licik. Dia bisa memutar balikkan fakta ke media dan bikin semua
penggemarnya nyerang aku. Dia juga manfaatin penyakitnya buat ngambil perhatian
Yeriko. Pengen banget aku cabik-cabik mukanya yang sok baik itu!” seru Yuna
kesal.
Icha
tertawa kecil sambil menatap Yuna.
“Kenapa
malah ketawa? Ada yang lucu?”
Icha
menggelengkan kepala. “Aku pikir, jadi istri orang tampan dan kaya raya itu
bakal bahagia banget. Ternyata, cukup melelahkan karena banyak saingannya.”
“Iya
juga sih. Kalau aku masih pacaran sama Yeriko, wajar aja sih mereka deketin
Yeri. Tapi ... Yeriko itu udah nikah. Mereka masih aja godain suami orang. Kamu
tahu, waktu acara Fashion Show kemarin, banyak model yang caper ke Yeri.
Padahal, udah tahu kalau aku ini istrinya. Ngeselin, kan?”
“Yun,
suami kamu itu bukan orang biasa. Kalau emang kamu beneran cinta dan pengen
hidup sama dia buat selamanya. Kamu harus menyiapkan mental kamu. Bisa jadi,
bukan cuma satu Refi yang kamu hadapi.”
“Mmh
... bener juga sih. Aku cuma takut hatinya Yeriko goyah. Pernikahan kami baru
seumur jagung dan banyak banget masalah yang harus kami hadapi.”
“Sabar
ya! Semuanya pasti berlalu. Anggap aja, ini jalan menuju kebahagiaan. Setiap
masalah, pasti ada jalan keluarnya. Saat ingin naik ke atas, semua anak tangga
harus dilalui, baru bisa sampai ke tujuan.”
Yuna
tersenyum menatap Icha.
“Kenapa
lihatin aku kayak gitu?” tanya Icha.
“Gimana
hubungan kamu sama Lutfi?”
“Eh!?
Kenapa mengalihkan pembicaraan?”
“Mmh
... pantes aja Lutfi tergila-gila sama kamu. Ternyata, kamu memang wanita yang
mengagumkan.”
“Apaan
sih!?” Icha tersipu menanggapi ucapan Yuna. “Aku sama dia cuma temenan.”
“Sekarang
temenan, besok demenan.”
“Iih
... kamu nih!?” seru Icha sambil mencubit pundak Yuna.
“Idih,
kok nyubit sih?”
“Udah,
ah. Ke kantin yuk! Aku laper nih.” Icha langsung menarik lengan Yuna keluar
dari ruang kerjanya.
“Aha
... kamu nggak mau ngaku ya?”
“Ngaku
apaan?”
“Hubungan
kamu sama Lutfi? Dia udah nembak kamu atau belum?”
“Kalau
dia nembak aku, mati dong akunya.”
“Iih
... bukan itu! Aku serius!” dengus Yuna.
“Mmh
... kemarin, dia ada nyatain perasaannya sih.”
“Terus?
Terus?” Yuna melangkahkan kaki sambil terus menatap Icha karena penasaran
dengan kisah cinta dua orang yang memiliki karakter berbeda.
“Yah
... gitu,” jawab Icha sambil mempercepat langkahnya.
“Yah
gitu?” Yuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Maksudnya apa? Apa ...?
Mereka udah jadian!” seru Yuna sambil mengejar Icha.
“Cha,
kamu udah jadian sama Lutfi?” tanya Yuna makin penasaran.
“Kamu
mau makan apa?” tanya Icha saat mereka sudah masuk ke kantin.
“Sembarang
kamu aja.”
“Kok,
sembarang?”
“Aku
pemakan semua,” sahut Yuna kesal. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat
beberapa orang yang menatapnya sambil berbisik-bisik.
Icha
tertawa kecil. “Kamu cari tempat duduk dulu! Biar aku yang ambilkan makanan
buat kamu.”
Yuna
mengangguk, ia segera mencari tempat untuk duduk. Beberapa menit kemudian, Icha
sudah menghampiri Yuna sambil membawakan makanan.
“Mentang-mentang
istrinya orang kaya. Mau makan aja minta ambilin sama orang lain,” celetuk Rani
yang kebetulan melintas bersama Lian.
Yuna
pura-pura tidak mendengarkan ucapan Rani. “Kenapa lagi ini orang? Si Linda udah
dipecat. Pasti si Belli yang bikin Rani ikut campur urusanku,” batin Yuna.
“Eh,
kamu kenapa mau aja disuruh-suruh sama dia? Emangnya dibayar berapa?” tanya
Rani sambil menatap Icha.
“Aku
nggak perlu dibayar. Aku ngelakuin ini atas keinginanku sendiri karena Yuna
sahabatku.”
“Sahabat?”
Rani melirik Lian yang sudah duduk di salah satu meja yang agak jauh dari
mereka. “Kamu sadar nggak kalau lagi dijadiin jongos sama dia?”
Yuna
menarik napas dalam-dalam. “Ran, aku nggak pernah ngusik hidup kamu. Lebih
baik, kamu temenin bos kamu itu makan!”
“Bener
ya kata Belli. Kamu tuh cewek paling sombong di dunia. Mentang-mentang jadi
istrinya bos GG. Eh, bukannya selingkuhan ya? Lumayan licik juga. Rela jadi
orang ketiga demi dapetin harta.”
Yuna
bangkit dan mendelik ke arah Rani. “Kamu jangan sembarangan ngomong! Nggak ada
bukti kalau aku selingkuhannya Yeriko!”
“Nggak
ada? Buktinya udah jelas, Refi udah bikin pernyataan ke media. Dia sendiri yang
bilang kalau kamu adalah orang ketiga yang bikin hubungan dia dan Yeriko
hancur.”
“Iya,
bener. Kamu bahkan tega maksa Refi lompat dari atas gedung supaya dia nggak
kembali lagi sama Yeriko. Kamu takut kelakuan asli kamu terbongkar?” Salah
seorang karyawan menimpali.
“Aku
nggak ada nyuruh dia lompat dari atas gedung!” sahut Yuna kesal. “Lagian, aku
nggak ada di sana waktu kejadian. Gimana bisa aku nyuruh dia lompat?”
“Bisa
aja kan kamu memang sudah mengancam dia sebelumnya?”
“Iya.
Aku kira, kamu tuh baik, Yun. Kamu jahat banget, Yun!”
“Nggak
nyangka kalau kamu sampai mau membunuh orang lain demi harta.”
“Demi
bisa jadi istri bos GG, kamu sampai menggunakan cara kotor.”
“Cantik-cantik
tapi hatinya busuk. Pura-pura baik dan polos itu cuma kedok doang.”
Yuna
mengedarkan pandangannya. Ia menatap beberapa orang yang terus menyerangnya
dengan kalimat yang begitu menusuk hatinya. Ia tidak tahu bagaimana
menghadapinya.
Komentar
netizen di media sosial, benar-benar seperti ribuan anak panah yang menghujam
tubuhnya. Yuna terduduk di kursi sambil menutup kedua telinga. Ia sangat
berharap kalau sekarang ini telinganya tidak bisa mendengar apa pun. Setiap
kata yang masuk ke telinganya, seperti racun yang siap mematikan jantung dan
seluruh organ dalam tubuhnya. “Oh, God! Save me!” bisik Yuna sambil memejamkan
mata.
Yuna pasti kuat kan? So,
jangan sampai ketinggalan baca part selanjutnya ya ...!
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment