“Malam
ini, kamu nggak akan pergi keluar tengah malam lagi kan?” tanya Yuna sambil
memeluk tubuh Yeriko di tempat tidur.
Yeriko
menggelengkan kepala.
“Kalau
terjadi sesuatu, jangan biarin aku nggak tahu apa-apa!” pinta Yuna sambil
menatap wajah suaminya.
“Iya,
Sayangku!” sahut Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.
“Huft,
aku nggak tahu ada berapa Refina lagi di luar sana yang harus aku hadapi.”
“Hmm
... aku juga harus menghadapi Andre dan Lian. Pria agresif yang secara
terang-terangan mau ngambil kamu dari aku. Apa kamu pikir, mereka itu nggak
melelahkan? Kamu mau nyerah gitu aja hanya karena Refi?”
Yuna
menggelengkan kepala.
Yeriko
menghela napas sambil mengelus pundak Yuna. “Sudahlah. Kita lupakan mereka
semua. Lebih baik memikirkan hubungan kita. Oh ya, gimana dengan persiapan
pernikahan?”
“Semuanya
bagus,” jawab Yuna. “Mmh ... aku masih takut.”
“Takut
kenapa?”
“Sepertinya,
Refi bener-bener mau ambil kamu dari aku.”
“Huft,
kenapa sih kamu masih aja mikirin Refi lagi?”
“Aku
masih nggak habis pikir aja. Kenapa dia bisa mau bunuh diri? Kenapa kamu juga
harus ada di sana? Kalian berdua punya masa lalu dan kamu masih peduli sama
dia.”
“Aku
cuma menganggap dia sebagai teman. Walau bagaimanapun, aku nggak akan bisa
membiarkan orang lain bunuh diri gitu aja.”
“Gimana
kamu bisa ada di sana juga?” tanya Yuna.
“Pihak
rumah sakit yang telepon aku.”
“Kenapa
kamu?”
“Karena
...” Yeriko menelan ludah dengan susah payah.
“Karena
apa?”
“Karena
Refi yang minta aku datang ke sana.”
“Jadi,
alasan dia bunuh diri memang karena kamu?”
Yeriko
menganggukkan kepala. “Dia juga depresi karena sekarang kakinya cacat.”
“Hmm
... sebenarnya, aku kasihan lihat kondisi Refi. Dia pasti sangat tertekan.
Tapi, apa dia harus mengambil suamiku?”
Yeriko
tersenyum kecil. “Nggak ada satu orang pun yang bisa ambil aku dari kamu.
Begitu juga sebaliknya.”
Yuna
tersenyum sambil mengeratkan pelukannya. “Rencana kamu selanjutnya apa?”
“Aku
sudah suruh Riyan carikan pengobatan terbaik untuk Refi. Masih ada sepuluh
persen kemungkinan untuk sembuh.”
“Sepuluh
persen? Bukannya itu kecil banget?”
“Walau
cuma satu persen, aku akan tetap mengusahakan pengobatan untuk dia. Kita masih
bisa berusaha.”
“Andai
nggak berhasil dan dia nggak bisa sembuh, apa kamu akan tetap bertanggung jawab
sama masa depan dan mengambil dia jadi istri kamu?”
“Aku
akan tetap bertanggung jawab sama masa depan dia. Nggak harus menjadikan dia
sebagai istriku. Sampai kapan pun, kamu adalah istriku satu-satunya.”
Yuna
tersenyum menatap Yeriko. “Makasih. Aku percaya sama kamu.”
“Harus!”
sahut Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.
Yuna
tersenyum sambil menenggelamkan wajahnya di dada Yeriko.
Yeriko
menarik wajah Yuna menghadap ke wajahnya. “Kalau gitu, sekarang kita fokus
berusaha bikin Ye kecil. Gimana?”
Yuna
tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Yeriko
langsung mengulum bibir Yuna dan mengajaknya bercinta semalaman.
Keesokan
harinya ...
Yuna
memicingkan mata saat sinar matahari pagi menerpa wajahnya. Setiap jam tujuh
pagi, tirai kamar Yeriko akan terbuka secara otomatis. Sehingga Yuna sudah
mengetahui jam berapa ia terbangun.
Yuna
menatap wajah Yeriko yang masih terlelap sambil memeluk tubuh Yuna. Ia melepas
lengan Yeriko hati-hati dan bangkit dari tidurnya.
“Mau
ke mana?” tanya Yeriko sambil menarik lengan Yuna.
“Mau
mandi. Aku udah terlambat ke kantor.”
“Hari
ini nggak usah kerja!” pinta Yeriko sambil menarik tubuh Yuna kembali ke dalam
pelukannya.
“Eh!?
Kenapa?”
“Aku
masih ngantuk banget. Nggak bisa antar kamu pergi kerja,” jawab Yeriko sambil
memejamkan mata.
“Aku
bisa naik taksi.”
“Nggak
usah. Kamu istirahat aja di rumah. Aku sudah izin ke kantormu.”
“Eh!?
Kenapa harus izin? Aku masih bisa masuk kantor, kok.”
“Kita
nggak tidur semalaman. Sekarang, kita tidur dulu!” pinta Yeriko sambil memeluk
kepala Yuna ke dadanya.
Yuna
tersenyum kecil sambil memainkan ujung jari telunjuknya di dada Yeriko yang
telanjang.
“Hmm
... tidur! Jangan bangunkan si kecil lagi!”
Yuna
tersenyum kecil, ia memejamkan matanya kembali.
( You still have all of my ... You still have all of my ...
You still have all of my heart ...)
Yuna
bangkit dari tempat tidur dan langsung meraih ponsel yang ia letakkan di
samping tempat tidurnya. Ia memicingkan mata melihat nama yang tertera di layar
ponsel dan langsung menjawab telepon.
“Halo
...! Kenapa, Jhen?” tanya Yuna sambil memejamkan matanya.
“Kamu
masih tidur?” tanya Jheni balik.
“He-em.”
“Ini
udah jam sembilan, Yun. Kamu nggak kerja?”
“Nggak,”
jawab Yuna sambil menggeleng pelan.
“Kamu
baik-baik aja kan?”
“Iya.
Aku baik-baik aja. Kenapa?”
“Sudah
baikan sama Yeriko?”
“He-em.”
Yuna menganggukkan kepala.
“Baguslah.
Tapi ...”
“Tapi
apa?” tanya Yuna.
“Refi
bikin ulah lagi.”
“Hah!?
Maksud kamu?”
“Ternyata
Refi cukup populer karena prestasi seninya di luar negeri. Penggemar dia di
media sosial juga banyak, Yun. Dia bikin pernyataan kalau ...”
“Kalau
apa?” tanya Yuna penasaran.
“Mmh
... kamu baca sendiri aja ya! Aku kirim tautan dan foto beberapa majalah dan
koran yang udah naikkan beritanya.”
“Oke.
Makasih ya!”
“He-em.”
Jheni langsung menutup telepon dan mengirimkan beberapa tautan dan headline di
beberapa koran dan majalah.
-Orang Ketiga di Balik Kandasnya Hubungan Cinta Refi dan
Yeriko-
-Alasan Artis Cantik Refina Bunuh Diri, Dipaksa oleh Orang
Ketiga-
-Inilah Sosok Orang Ketiga dibalik Retaknya Hubungan Refi
dan Yeriko-
“Hah!?
Ini berita keterlaluan banget,” gumam Yuna. Ia langsung menoleh ke arah Yeriko
yang masih berbaring di sampingnya.
“Yer
...!” panggil Yuna sambil menyentuh lengan Yeriko.
“Hmm
...”
“Baca!”
pinta Yuna sambil menyodorkan ponselnya ke wajah Yeriko.
“Baca
apa?” tanya Yeriko sambil memejamkan mata.
“Iih
... buka dulu matanya!”
“Nggak
bisa. Mataku masih lengket banget. Baru bisa terbuka kalau dicium,” sahut
Yeriko sambil tersenyum.
Yuna
sangat kesal, tapi malah tersenyum menatap Yeriko. Ia langsung mencium kedua
mata suaminya agar membuka mata secepatnya.
Yeriko
membuka mata perlahan sambil menatap wajah Yuna. Ia menarik tengkuk Yuna dan
langsung mengecup bibir Yuna yang mungil.
“Baca
apa?” tanya Yeriko sambil meraih ponsel dari tangan Yuna.
“Itu.
Refi bikin ulah lagi.”
Yeriko
langsung membelalakkan matanya begitu membaca headline berita yang ditunjukkan
oleh Yuna.
“Masih
ada lagi.” Yuna menunjukkan beberapa artikel yang memojokkan dirinya sebagai
orang ketiga dalam hubungan Refi dan Yeriko.
Yeriko
langsung menatap Yuna. “Kamu jangan terpengaruh sedikitpun!” pinta Yeriko.
“Kita hadapi sama-sama. Oke?”
Yuna
menganggukkan kepala sambil tersenyum ke arah Yeriko.
“Aku
bakal cari cara buat hadapi Refi dan media. Ini sudah keterlaluan. Bisa-bisanya
dia nyebar gosip kayak gini.”
“Huft,
kayaknya Refi memang mau ngajak berantem,” tutur Yuna.
“Kamu
jangan terpancing sedikitpun. Aku bakal selesaikan masalah ini secepatnya.”
Yuna
menganggukkan kepala. Ia sangat percaya pada suaminya. Yeriko pasti bisa
menyelesaikan semuanya dengan baik. Mereka bukan lagi pasangan kekasih, tapi
pasangan suami-istri. Sudah seharusnya, mereka menghadapi semuanya
bersama-sama.
“Kita
mandi dan sarapan dulu!” Yeriko bangkit dari tempat tidur.
Mereka
bergegas mandi dan pergi sarapan.
Yeriko
langsung menelepon Riyan untuk mencari tahu dalang dibalik pemberitaan media
yang telah memojokkan istrinya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun melukai
istrinya, termasuk Refi.
Gimana Yeriko akan menghadapi
mantan pacar yang menyebalkan?
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment