Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 136 : Menemukanmu || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yuna berlutut di depan pusara ibunya sambil menangis.

 

“Bunda ... aku kangen sama Bunda,” tuturnya lirih.

 

“Bun, apa Bunda dan Ayah juga pernah bertengkar?”

 

“Bagaimana aku harus menghadapi pria seperti Yeriko? Dia terlalu tinggi, sedangkan aku nggak punya apa-apa. Banyak wanita yang menginginkan dia. Gimana kalau suatu hari nanti, hatinya goyah dan berhenti mencintaiku?”

 

Yuna sibuk berbicara sendiri sambil menangis. Ia sangat berharap, ibunya bisa memeluk dan menenangkan dirinya saat ini. Namun semua itu tidak mungkin terjadi. Dunia mereka kini berbeda.

 

Yuna menengadahkan telapak tangannya saat air hujan turun berderai bersama derai air matanya. Ia menatap langit yang gelap. Sepertinya, alam ikut melengkapi kesedihannya kali ini.

 

“Yuna ...!” seru Yeriko saat melihat Yuna sedang berlutut di depan pusara ibunya. Ia langsung melepas payung di tangannya dan berlari menghampiri Yuna.

 

“Yun, kamu nggak papa?” tanya Yeriko sambil merengkuh kepala Yuna.

 

Yuna menatap pilu ke arah Yeriko. Ia langsung mendorong tubuh Yeriko hingga tersungkur ke tanah.

 

“Yun ...!”

 

“Jangan sentuh aku!” seru Yuna.

 

“Yun, ini semua nggak seperti yang kamu bayangkan. Postingan di internet itu, mereka cuma mengada-ngada. Aku harap, kamu nggak terpengaruh.”

 

“Nggak terpengaruh? Semua orang bilang kalian pasangan yang serasi. Gimana aku nggak terpengaruh?”

 

Yeriko terdiam. Ia memperbaiki posisi duduknya. “Yun, kamu percaya sama aku!” pintanya sambil menggenggam tangan Yuna.

 

“Gimana aku mau percaya? Suamiku tiba-tiba menghilang di tengah malam buat nemuin perempuan lain,” sahut Yuna sambil menangis.

 

“Yun, aku ngelakuin ini karena kemanusiaan. Sekalipun bukan Refi, aku akan tetap melakukannya.”

 

“Kamu ngerti nggak sih? Semua orang membandingkan aku sama Refi. Mereka bilang, kalian pasangan serasi. Bisa aja kan kamu luluh sama dia dan akhirnya ambil dia jadi istri  juga.”

 

“Kamu kenapa berpikiran kayak gitu? Kamu istri aku satu-satunya. Nggak akan ada yang lain,” tutur Yeriko sambil menangkupkan telapak tangannya ke wajah Yuna.

 

Yuna makin terisak mendengar ucapan Yeriko.

 

Tanpa pikir panjang, Yeriko langsung menggendong Yuna dan membawanya masuk ke dalam mobil.

 

“Lain kali, jangan seperti ini lagi!” pinta Yeriko. Ia meraih jas yang ada di belakang kursinya dan menyelimuti tubuh Yuna. “Aku sayang sama kamu, jangan bikin aku khawatir!” bisik Yeriko sambil menciumi wajah Yuna beberapa kali.

 

Yuna hanya menangis, ia tak bisa berkata-kata.

 

“Kita pulang sekarang!” Yeriko memasangkan safety belt ke pinggang Yuna.

 

Yuna masih saja mematung. Perasaannya masih kacau dan tidak tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi suaminya.

 

Yeriko tidak mengajak Yuna bicara sedikitpun. Ia melajukan mobilnya pulang ke rumah. Setelah keadaan dirasa membaik, ia akan membicarakan hubungannya dengan Refina di hadapan Yuna.

 

Sesampainya di rumah, Yeriko langsung menggendong Yuna menuju ke kamar mandi. Menyiapkan air hangat agar tubuh Yuna tidak kedinginan.

 

“I love you ... jangan pernah pergi jauh dari aku!” Yeriko mencium kening Yuna dalam waktu lama setelah ia memasukkan tubuh Yuna ke dalam bathtub yang sudah berisi air hangat.

 

Yuna menengadahkan kepalanya menatap Yeriko. “Apa kamu bakal kembali ke dia?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Aku akan selalu ada di sisi kamu sampai kita tua bareng. Kita hadapi semuanya sama-sama! Oke?” Yeriko berusaha menenangkan Yuna.

 

Yuna mengangguk kecil.

 

Yeriko tersenyum sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Yuna. “Berendamlah sebentar supaya tubuh kamu hangat. Aku mandi dulu.” Yeriko langsung mengecup bibir Yuna lembut dan pergi mandi sambil terus menatap istrinya yang berendam di dalam bathtub.

 

Usai mandi dan berganti pakaian. Mereka turun ke lantai bawah untuk makan bersama.

 

Bibi War menyiapkan banyak makanan di atas meja. Ia tidak berani mengajukan pertanyaan karena suasana hati Yuna terlihat belum begitu baik.

 

“Makanannya banyak banget, Bi?” tanya Yuna sambil menatap semua makanan yang terhidang di atas meja.

 

“Mas Yeri belum makan dari pagi karena sibuk nyari Mbak Yuna. Malam ini, kalian makan yang banyak!” sahut Bibi War sambil tersenyum. Ia langsung bergegas pergi, memberikan waktu untuk kedua majikannya itu saling bersama.

 

Yuna terdiam selama beberapa detik. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat Yeriko mengkhawatirkan dirinya hingga tidak ada waktu untuk makan. Ia merasa, suaminya begitu memperdulikan dan menyayanginya. Tapi ... ia sendiri malah tidak percaya dengan suaminya sendiri.

 

Yuna menggigit bibirnya sambil menoleh ke arah Yeriko. “Kenapa nggak makan seharian?”

 

Yeriko langsung menatap Yuna. “Kamu ngilang tiba-tiba. Nggak bisa dihubungi sama sekali. Aku udah cari kamu ke mana-mana. Apa kamu pikir, di saat seperti itu masih bisa mikirin makanan?”

 

Yuna mengerutkan bibirnya. “Aku kayak gini juga gara-gara kamu. Kalau aja kamu ...”

 

“Kita makan dulu!” sela Yeriko. Ia mengambilkan makanan untuk Yuna.

 

Yuna tak bersemangat menikmati makanannya. Tangannya sibuk mengaduk-ngaduk makanan di piringnya, tak ada keinginan untuk melahapnya.

 

Yeriko langsung menghentikan makannya begitu melihat Yuna yang tak kunjung menikmati makanan seperti biasanya. Ia langsung meraih kedua tangan Yuna dan menatap istrinya.

 

“Masih marah?” tanya Yeriko lembut.

 

Yuna menggeleng perlahan.

 

“Kenapa nggak makan?”

 

“Nggak nafsu makan.”

 

Yeriko tersenyum kecil sambil mengecup punggung tangan Yuna. “Video itu masih mengganggu pikiranmu?”

 

Yuna menggigit bibir bawahnya.

 

“Kamu nggak percaya sama aku?”

 

“Aku bukan nggak percaya sama kamu. Aku nggak percaya sama diriku sendiri.”

 

“Kenapa bilang begitu?”

 

“Karena di luar sana, ada banyak cewek yang suka sama kamu. Mereka cantik, kaya, pintar dan berkelas. Sedangkan aku, aku nggak punya apa-apa dan semua orang bilang kalau aku nggak layak ada di samping kamu.”

 

“Jangan dengerin kata orang lain!” pinta Yeriko sambil menempelkan dahinya ke dahi Yuna. “Cukup dengerin suamimu. Di luar sana, ada banyak orang yang ingin mengganggu hubungan kita. Kita harus kuat. Jangan sampai mereka yang menang!” bisiknya.

 

Yuna mengangguk kecil.

 

“Senyum!” pinta Yeriko sambil menyubit kedua pipi Yuna.

 

Yuna tersenyum ke arah Yeriko.

 

Yuna tersenyum ke arah Yeriko. Ia merasa sangat beruntung memiliki suami yang tampan, kaya dan penyayang.

 

Yeriko menghela napas melihat Yuna yang tak kunjung menyentuh makanannya. Ia menarik piring milik Yuna dan menyuapkan makanan ke mulut Yuna.

 

“Bukannya kamu yang nggak makan seharian? Kenapa masih sibuk memperdulikan aku?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Kamu juga pasti belum makan kan?” ucapnya sambil mengelus rambut Yuna.

 

Yuna tersenyum. “Aku bisa makan sendiri.” Ia merebut piring dari tangan Yeriko dan langsung melahap makanannya.

 

Yeriko tersenyum kecil menatap Yuna. Ia kini terbiasa makan bersama istrinya. Setiap kali melihat Yuna makan dengan lahap, ia selalu merasa bahagia.

 

Karena istrinya sangat menyukai makanan. Hanya di saat hatinya bersedih, nafsu makan istrinya akan hilang. Menjaga nafsu makan Yuna, artinya menjaga istrinya tetap merasa bahagia.

 

(( Bersambung ... ))

 

Salam peluk hangat dari Yuna dan Yeriko ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas