Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 135 : Mencarimu || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Pak Bos, ada hal penting yang harus Pak Bos tahu,” tutur Riyan begitu Yeriko selesai meeting bersama dewan direksi perusahaannya.

 

“Apa itu?” tanya Yeriko sambil melangkah masuk ke ruang kerjanya.

 

“Ini.” Riyan menunjukkan video Yeriko yang sedang menyelamatkan Yuna dan sudah dibagikan ribuan kali di Facebook.

 

Yeriko langsung merebut tablet dari tangan Riyan. Ia melihat video tersebut sambil membaca komentar dari para pengguna Facebook.

 

“Kenapa bisa ada video ini?” tanya Yeriko.

 

“Kejadian tadi malam, ada begitu banyak orang. Tidak menutup kemungkinan mereka mengambil gambar dan video.”

 

“Cepat selesaikan!” pinta Yeriko. “Saya mau semua berita yang sudah beredar di internet, dihapus semua!”

 

Riyan menganggukkan kepala. Ia bergegas melangkah pergi.

 

“Tunggu!”

 

“Ya.”

 

“Tadi pagi, Yuna ada nanyain saya?”

 

Riyan menganggukkan kepala.

 

“Kamu bilang apa aja?”

 

“Sesuai dengan yang terjadi.”

 

“Apa dia ... kelihatan marah?”

 

“Mmh ... saya rasa, dia sedikit cemburu. Nggak marah, tapi murung.”

 

Yeriko langsung mengusap wajah dan memijat keningnya sendiri. Ia bisa mengerti bagaimana perasaan Yuna jika melihat video tersebut.

 

“Apa dia tahu soal video ini?”

 

“Kurang tahu, Pak Bos!”

 

“Oke. Kamu urus video itu secepatnya!” perintah Yeriko. Ia menyambar kunci mobil dan berlari keluar dari kantornya. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Yuna jika mengetahui video yang sedang viral tersebut.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko sudah sampai di kantor Wijaya Group. Ia langsung mencari Yuna.

 

“Mbak, Ayuna ada di ruangannya?” tanya Yeriko saat ia sampai di meja resepsionis.

 

“Mbak Ayuna yang di Departemen Proyek?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Sudah pulang dari tadi, Pak.”

 

“Pulang?”

 

“Iya. Katanya lagi nggak enak badan.”

 

“Jam berapa dia keluar dari kantor?”

 

“Sekitar jam sepuluhan.”

 

“Oke. Makasih!” Yeriko kembali berlari masuk ke dalam mobilnya.

 

Ia terlambat mencegah Yuna mengetahui video tersebut. Selama di perjalanan, Yeriko terus menelepon Yuna. Namun, tidak bisa terhubung. Hal ini membuat Yeriko semakin gelisah. “Semoga aja, dia udah di rumah.” Ia langsung menambah kecepatan mobilnya agar bisa sampai ke rumah lebih cepat.

 

Yeriko langsung keluar dari mobil tanpa mematikan mesin begitu sampai di halaman rumahnya. Ia berlari menerobos masuk ke rumahnya. Menaiki dua anak tangga sekaligus agar bisa mencapai kamarnya lebih cepat.

 

“Yun! Yuyun!” teriaknya saat membuka pintu kamar dan tidak mendapati Yuna. Ia berlari ke kamar mandi, kosong.

 

Yeriko kembali menuruni anak tangga sambil memanggil Bibi War. “Bi ...! Bibi ...!” teriaknya.

 

Bibi War muncul dari halaman belakang dengan tergopoh-gopoh. “Ada apa, Mas?”

 

“Yuna mana?”

 

“Ini masih jam kantor. Mbak Yuna pasti masih di kantornya.”

 

“Aku udah ke kantornya. Dia udah pulang dua jam yang lalu!” seru Yeriko.

 

“Ini ada apa?” Bibi War langsung menangkap kepanikan Yeriko.

 

“Aduh, Bi ... aku nggak bisa cerita sekarang. Aku harus nemuin Yuna secepatnya,” sahut Yeriko sambil melangkah pergi.

 

“Mau nyari ke mana?” tanya Bibi War.

 

Yeriko menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tidak tahu ke mana harus mencari Yuna. Tapi, ia tidak akan menyerah begitu saja.

 

“Aku cari ke rumah temen-temen deketnya dulu.” Yeriko bergegas keluar dari rumah. Ia langsung melajukan mobilnya sambil menelepon Chandra terlebih dahulu.

 

“Halo, Chan! Kamu ada nomer hp-nya Jheni?” tanya Yeriko tanpa basa-basi.

 

“Ada. Kenapa?”

 

“Yuna ngilang. Siapa tahu, dia lagi sama Jheni.”

 

“Jheni lagi sama aku.”

 

“Mana dia? Aku mau ngomong!” pinta Yeriko.

 

“Halo ....!” sapa Jheni. “Ada apa?”

 

“Kamu tahu ke mana biasanya Yuna pergi kalau ada masalah?”

 

“Ke rumah aku.”

 

“Sekarang, kamu di mana?”

 

“Lagi makan di luar bareng Chandra.”

 

“Sekitar jam sepuluh tadi, apa dia ada ke rumahmu?”

 

“Nggak tahu. Aku nggak di rumah.”

 

“Aargh ...!” teriak Yeriko sambil mematikan sambungan teleponnya.

 

Ia tetap melajukan mobilnya ke rumah Jheni untuk memastikan kalau Yuna ada di rumah sahabatnya atau tidak.

 

“Kamu ke mana sih, Yun?” gumam Yeriko begitu keluar dari halaman rumah Jheni. Ia menatap langit yang tiba-tiba gelap.

 

Yeriko melirik arloji di tangannya. Sudah dua jam ia mencari Yuna ke beberapa tempat dan belum juga menemukannya.

 

“Halo, Bi! Yuna sudah pulang ke rumah atau belum?” tanya Yeriko saat ia menghubungi telepon rumahnya.

 

“Belum, Mas,” jawab Bibi War.

 

“Duh, udah mau hujan gini. Dia belum pulang juga?”

 

“Belum. Mas Yeri sudah nyari ke tempat ayahnya?”

 

“Oh, iya. Aku nggak kepikiran ke sana.” Yeriko langsung mematikan panggilan telepon dan bergegas melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Ia terus berlari menuju ruang rawat ayah Yuna.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam saat ia masuk ke ruangan Adjie dan tidak mendapati istrinya ada di ruangan tersebut.

 

Yeriko menghampiri Adjie yang masih terlelap di atas ranjangnya. Ia mencium aroma Cherry Blossom yang khas dari parfum milik Yuna.

 

“Dia ke sini,” batin Yeriko. Ia langsung berbalik dan melangkah pergi mencari Yuna. Aroma parfum milik Yuna masih tertinggal di ruangan ayahnya, seharusnya istrinya itu belum pergi jauh.

 

Yeriko terus berlari sambil menelepon Bibi War untuk memastikan kalau Yuna sudah pulang ke rumah atau belum. Ia berkeliling rumah sakit untuk mencari sosok Yuna.

 

Yeriko berusaha mengatur napasnya yang tersengal saat ia sampai di atap gedung. Namun, ia tetap tidak bisa menemukan Yuna.

 

“Kamu ke mana sih, Yun?” tanya Yeriko. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat Yuna terluka.

 

Yeriko merogoh ponselnya yang tiba-riba berdering. Ia menatap layar ponsel dan langsung menerima panggilan dari Lutfi.

 

“Halo ...! Kenapa, Lut?” tanya Yeriko dengan napas tersengal.

 

“Kamu lagi ngapain?”

 

“Lagi nyari Yuna.”

 

“Dia nggak pulang ke rumah?” tanya Lutfi.

 

“Nggak ada di rumah. Bantu aku cari dia!” pinta Yeriko.

 

“Cari ke mana?” tanya Lutfi. “Kamu tahu nggak ke mana biasanya Yuna kalau lagi sedih?” tanya Lutfi pada seseorang yang ada di dekatnya.

 

“Aku nggak tahu. Yang jelas, dia barusan ke tempat ayahnya. Terus, nggak tahu ke mana lagi.”

 

“Aku nanya Icha, bukan nanya kamu, Yer.”

 

“Oh. Bantu ya! Kalau ada lihat Yuna, langsung hubungi aku!”

 

“Hahaha. Siap, Bos!”

 

“Kenapa malah ketawa?” tanya Yeriko.

 

“Kakak Ipar itu udah besar. Nanti juga dia pulang sendiri,” celetuk Lutfi santai.

 

“Ini beda keadaannya!” sahut Yeriko kesal.

 

“Hahaha. Makanya, nggak usah bikin ulah!” sahut Lutfi. “Dia pasti menderita denger gosip kamu sama mantan pacarmu itu.”

 

“Kamu jangan memperburuk keadaan!” pinta Yeriko. “Bantu aku cari dia!”

 

“Siap! Aku cari sekarang juga bareng Icha.”

 

“Oke. Langsung kabarin aku kalau ada lihat Yuna!” Yeriko langsung mematikan sambungan teleponnya. Ia mencari ke semua tempat yang pernah ia kunjungi bersama Yuna.

 

“Yun, kamu di mana sih?” Yeriko memejamkan mata sambil memijat keningnya yang berdenyut. Ia menarik napas berkali-kali untuk menenangkan diri dan memikirkan kembali tempat yang belum ia datangi.

 

Yeriko langsung membuka mata saat ia teringat sesuatu. Ia kembali menyalakan mesin mobil dan bergegas menuju ke salah satu tempat yang kemungkinan besar didatangi oleh Yuna.

 

(( Bersambung ... ))

 

Nantikan kisah selanjutnya yang bakal lebih seru lagi ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas