“Pak
Bos, ada hal penting yang harus Pak Bos tahu,” tutur Riyan begitu Yeriko
selesai meeting bersama dewan direksi perusahaannya.
“Apa
itu?” tanya Yeriko sambil melangkah masuk ke ruang kerjanya.
“Ini.”
Riyan menunjukkan video Yeriko yang sedang menyelamatkan Yuna dan sudah
dibagikan ribuan kali di Facebook.
Yeriko
langsung merebut tablet dari tangan Riyan. Ia melihat video tersebut sambil
membaca komentar dari para pengguna Facebook.
“Kenapa
bisa ada video ini?” tanya Yeriko.
“Kejadian
tadi malam, ada begitu banyak orang. Tidak menutup kemungkinan mereka mengambil
gambar dan video.”
“Cepat
selesaikan!” pinta Yeriko. “Saya mau semua berita yang sudah beredar di
internet, dihapus semua!”
Riyan
menganggukkan kepala. Ia bergegas melangkah pergi.
“Tunggu!”
“Ya.”
“Tadi
pagi, Yuna ada nanyain saya?”
Riyan
menganggukkan kepala.
“Kamu
bilang apa aja?”
“Sesuai
dengan yang terjadi.”
“Apa
dia ... kelihatan marah?”
“Mmh
... saya rasa, dia sedikit cemburu. Nggak marah, tapi murung.”
Yeriko
langsung mengusap wajah dan memijat keningnya sendiri. Ia bisa mengerti
bagaimana perasaan Yuna jika melihat video tersebut.
“Apa
dia tahu soal video ini?”
“Kurang
tahu, Pak Bos!”
“Oke.
Kamu urus video itu secepatnya!” perintah Yeriko. Ia menyambar kunci mobil dan
berlari keluar dari kantornya. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Yuna jika
mengetahui video yang sedang viral tersebut.
Beberapa
menit kemudian, Yeriko sudah sampai di kantor Wijaya Group. Ia langsung mencari
Yuna.
“Mbak,
Ayuna ada di ruangannya?” tanya Yeriko saat ia sampai di meja resepsionis.
“Mbak
Ayuna yang di Departemen Proyek?”
Yeriko
menganggukkan kepala.
“Sudah
pulang dari tadi, Pak.”
“Pulang?”
“Iya.
Katanya lagi nggak enak badan.”
“Jam
berapa dia keluar dari kantor?”
“Sekitar
jam sepuluhan.”
“Oke.
Makasih!” Yeriko kembali berlari masuk ke dalam mobilnya.
Ia
terlambat mencegah Yuna mengetahui video tersebut. Selama di perjalanan, Yeriko
terus menelepon Yuna. Namun, tidak bisa terhubung. Hal ini membuat Yeriko
semakin gelisah. “Semoga aja, dia udah di rumah.” Ia langsung menambah
kecepatan mobilnya agar bisa sampai ke rumah lebih cepat.
Yeriko
langsung keluar dari mobil tanpa mematikan mesin begitu sampai di halaman
rumahnya. Ia berlari menerobos masuk ke rumahnya. Menaiki dua anak tangga
sekaligus agar bisa mencapai kamarnya lebih cepat.
“Yun!
Yuyun!” teriaknya saat membuka pintu kamar dan tidak mendapati Yuna. Ia berlari
ke kamar mandi, kosong.
Yeriko
kembali menuruni anak tangga sambil memanggil Bibi War. “Bi ...! Bibi ...!”
teriaknya.
Bibi
War muncul dari halaman belakang dengan tergopoh-gopoh. “Ada apa, Mas?”
“Yuna
mana?”
“Ini
masih jam kantor. Mbak Yuna pasti masih di kantornya.”
“Aku
udah ke kantornya. Dia udah pulang dua jam yang lalu!” seru Yeriko.
“Ini
ada apa?” Bibi War langsung menangkap kepanikan Yeriko.
“Aduh,
Bi ... aku nggak bisa cerita sekarang. Aku harus nemuin Yuna secepatnya,” sahut
Yeriko sambil melangkah pergi.
“Mau
nyari ke mana?” tanya Bibi War.
Yeriko
menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tidak tahu ke mana harus mencari Yuna.
Tapi, ia tidak akan menyerah begitu saja.
“Aku
cari ke rumah temen-temen deketnya dulu.” Yeriko bergegas keluar dari rumah. Ia
langsung melajukan mobilnya sambil menelepon Chandra terlebih dahulu.
“Halo,
Chan! Kamu ada nomer hp-nya Jheni?” tanya Yeriko tanpa basa-basi.
“Ada.
Kenapa?”
“Yuna
ngilang. Siapa tahu, dia lagi sama Jheni.”
“Jheni
lagi sama aku.”
“Mana
dia? Aku mau ngomong!” pinta Yeriko.
“Halo
....!” sapa Jheni. “Ada apa?”
“Kamu
tahu ke mana biasanya Yuna pergi kalau ada masalah?”
“Ke
rumah aku.”
“Sekarang,
kamu di mana?”
“Lagi
makan di luar bareng Chandra.”
“Sekitar
jam sepuluh tadi, apa dia ada ke rumahmu?”
“Nggak
tahu. Aku nggak di rumah.”
“Aargh
...!” teriak Yeriko sambil mematikan sambungan teleponnya.
Ia
tetap melajukan mobilnya ke rumah Jheni untuk memastikan kalau Yuna ada di
rumah sahabatnya atau tidak.
“Kamu
ke mana sih, Yun?” gumam Yeriko begitu keluar dari halaman rumah Jheni. Ia
menatap langit yang tiba-tiba gelap.
Yeriko
melirik arloji di tangannya. Sudah dua jam ia mencari Yuna ke beberapa tempat
dan belum juga menemukannya.
“Halo,
Bi! Yuna sudah pulang ke rumah atau belum?” tanya Yeriko saat ia menghubungi
telepon rumahnya.
“Belum,
Mas,” jawab Bibi War.
“Duh,
udah mau hujan gini. Dia belum pulang juga?”
“Belum.
Mas Yeri sudah nyari ke tempat ayahnya?”
“Oh,
iya. Aku nggak kepikiran ke sana.” Yeriko langsung mematikan panggilan telepon
dan bergegas melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Ia terus berlari menuju
ruang rawat ayah Yuna.
Yeriko
menarik napas dalam-dalam saat ia masuk ke ruangan Adjie dan tidak mendapati
istrinya ada di ruangan tersebut.
Yeriko
menghampiri Adjie yang masih terlelap di atas ranjangnya. Ia mencium aroma
Cherry Blossom yang khas dari parfum milik Yuna.
“Dia
ke sini,” batin Yeriko. Ia langsung berbalik dan melangkah pergi mencari Yuna.
Aroma parfum milik Yuna masih tertinggal di ruangan ayahnya, seharusnya
istrinya itu belum pergi jauh.
Yeriko
terus berlari sambil menelepon Bibi War untuk memastikan kalau Yuna sudah
pulang ke rumah atau belum. Ia berkeliling rumah sakit untuk mencari sosok
Yuna.
Yeriko
berusaha mengatur napasnya yang tersengal saat ia sampai di atap gedung. Namun,
ia tetap tidak bisa menemukan Yuna.
“Kamu
ke mana sih, Yun?” tanya Yeriko. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat
Yuna terluka.
Yeriko
merogoh ponselnya yang tiba-riba berdering. Ia menatap layar ponsel dan
langsung menerima panggilan dari Lutfi.
“Halo
...! Kenapa, Lut?” tanya Yeriko dengan napas tersengal.
“Kamu
lagi ngapain?”
“Lagi
nyari Yuna.”
“Dia
nggak pulang ke rumah?” tanya Lutfi.
“Nggak
ada di rumah. Bantu aku cari dia!” pinta Yeriko.
“Cari
ke mana?” tanya Lutfi. “Kamu tahu nggak ke mana biasanya Yuna kalau lagi
sedih?” tanya Lutfi pada seseorang yang ada di dekatnya.
“Aku
nggak tahu. Yang jelas, dia barusan ke tempat ayahnya. Terus, nggak tahu ke
mana lagi.”
“Aku
nanya Icha, bukan nanya kamu, Yer.”
“Oh.
Bantu ya! Kalau ada lihat Yuna, langsung hubungi aku!”
“Hahaha.
Siap, Bos!”
“Kenapa
malah ketawa?” tanya Yeriko.
“Kakak
Ipar itu udah besar. Nanti juga dia pulang sendiri,” celetuk Lutfi santai.
“Ini
beda keadaannya!” sahut Yeriko kesal.
“Hahaha.
Makanya, nggak usah bikin ulah!” sahut Lutfi. “Dia pasti menderita denger gosip
kamu sama mantan pacarmu itu.”
“Kamu
jangan memperburuk keadaan!” pinta Yeriko. “Bantu aku cari dia!”
“Siap!
Aku cari sekarang juga bareng Icha.”
“Oke.
Langsung kabarin aku kalau ada lihat Yuna!” Yeriko langsung mematikan sambungan
teleponnya. Ia mencari ke semua tempat yang pernah ia kunjungi bersama Yuna.
“Yun,
kamu di mana sih?” Yeriko memejamkan mata sambil memijat keningnya yang
berdenyut. Ia menarik napas berkali-kali untuk menenangkan diri dan memikirkan
kembali tempat yang belum ia datangi.
Yeriko
langsung membuka mata saat ia teringat sesuatu. Ia kembali menyalakan mesin
mobil dan bergegas menuju ke salah satu tempat yang kemungkinan besar didatangi
oleh Yuna.
Nantikan kisah selanjutnya
yang bakal lebih seru lagi ...
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment