Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 132 : Antara Cinta dan Kemanusiaan || a Romance Novel by Vella Nine

 


Refina duduk di tepi atap gedung sambil menangis. Ia merasa sangat sakit. Kakinya, tak lagi bisa berjalan normal dan ia tidak akan bisa menari lagi. Lebih sakit lagi, pria yang ia cintai sudah menikah dengan wanita lain. Ia merasa, hidupnya tak lagi punya arti. Karir dan cintanya hancur seketika.

 

“Mbak, jangan bunuh diri!” tutur salah seorang perawat yang juga ada di atap gedung tersebut.

 

“Kalian nggak ngerti perasaanku!” seru Refina sambil terisak.

 

Tindakan Refina menarik perhatian banyak orang. Termasuk beberapa wartawan dan membuat kehebohan.

 

Refina tak mempedulikan teriakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia hanya menatap kosong ke arah bawah gedung. Semua orang berkerumun menatapnya.

 

“Yer, apa kamu beneran udah nggak peduli sama aku?” tutur Refina lirih. Air matanya terus mengalir.

 

“Mbak, kami sudah telepon Pak Yeriko. Dia akan segera ke sini. Mbak Refi, tolong jangan nekat, Mbak!” Salah seorang perawat mencoba menenangkan Refi.

 

Refi tersenyum kecil. “Dia beneran mau ke sini? Itu artinya... dia masih punya rasa peduli sama aku?” Ia merasa lebih baik saat mengetahui kalau Yeriko akan datang menemuinya.

 

Refi mengingat semua masa-masa indahnya saat bersama dengan Yeriko.  Saat-saat bersama dengan Yeriko, terasa begitu manis. Baginya, hanya Yerikolah satu-satunya pria yang memperlakukan dirinya bagai seorang ratu.

 

“Aku melepaskan cinta karena mengejar karir. Sekarang, aku nggak akan bisa lari lagi. Karirku hancur, hubungan percintaanku juga hancur. Kenapa hidup aku kayak gini banget? Aku udah nggak punya harapan buat hidup lagi.”

 

“Refina ...!” panggil Yeriko begitu ia sampai di atap gedung.

 

Refi langsung menoleh ke arah sumber suara. Ia menatap Yeriko dan kembali menangis. “Aku tahu ... kamu pasti bakal datang. Kamu masih peduli kan sama aku?” tanyanya.

 

“Ref, kamu jangan berpikiran sempit kayak gini!” pinta Yeriko. Ia melangkah perlahan mendekati Refi.

 

“Jangan dekat-dekat!” teriak Refina. “Aku bakal lompat kalau kamu masih mendekat!” ancamnya.

 

“Aku nggak akan dekat-dekat. Tapi, kamu dengerin aku dulu!” pinta Yeriko.

 

“Aku cuma mau denger kamu ngomong kalau kamu masih sayang sama aku!” seru Refina.

 

Yeriko bergeming menatap Refi. Sekalipun ia harus menyelamatkan nyawa seseorang, ia tidak mungkin membohongi dirinya sendiri. Terlebih, ia harus mengatakan kalau ia masih menyayangi orang yang tak pernah lagi ada di dalam hidupnya. Ia tetap mencintai Yuna, istrinya yang setia menunggu di rumah dan tulus menyayangi dirinya.

 

“Kenapa? Kenapa kamu nggak mau ngomong? Kalau kamu udah nggak sayang sama aku, kenapa kamu mau datang ke sini?”

 

“Ref, aku datang karena aku peduli sama kamu sebagai teman.”

 

“Bohong! Kamu masih cinta kan sama aku?”

 

“Pak, ngomong aja! Daripada dia bunuh diri,” bisik salah seorang yang ada di belakang Yeriko.

 

“Iya, Pak. Ikuti aja keinginan dia!”

 

“Ini demi kemanusiaan. Berbohong pun nggak dosa.”

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. “Jangan paksa aku buat berbohong! Aku cuma cinta sama istriku,” pintanya.

 

Refi semakin terisak. “Kamu bener-bener nggak punya hati, Yer! Apa kamu nggak ingat gimana hubungan kita dulu? Kamu nggak ingat apa yang sudah pernah kita lewati bareng? Aku masih cinta sama kamu. Apa kamu bener-bener udah ngelupain aku gitu aja?”

 

Yeriko tak menjawab pertanyaan Refi.

 

“Cuma kamu harapan aku satu-satunya. Aku udah nggak bisa nari lagi. Karirku udah hancur, Yer. Masa depanku udah hancur. Apa aku sudah nggak ada di dalam hati kamu lagi walau cuma sedikit?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

Semua orang langsung membelalakkan mata saat melihat reaksi Yeriko. Mereka tidak menyangka  kalau Yeriko akan membiarkan Refi melompat dari atas gedung.

 

Refina mengeratkan bibirnya. “Kalau emang kamu nggak bisa terima aku lagi. Lebih baik, aku pergi buat selamanya ...” Refi melepaskan tangannya dan bersiap melompat dari atas gedung.

 

“Jangan, Mbak!”

 

“Pak, bilang aja kalau Bapak cinta sama dia! Itu perkara mudah. Urusan yang lain, belakangan aja!” seru yang lainnya.

 

“Iya, Pak. Ini menyangkut nyawa seseorang!” teriak yang lainnya lagi.

 

Yeriko langsung berlari dan menangkap lengan Refi.

 

“Lepasin aku! Buat apa kamu masih peduli sama aku?” Refi menengadahkan kepalanya menatap Yeriko yang menahan lengannya agar tubuhnya tidak jatuh dari atas gedung.

 

“Lihat ke bawah, bodoh! Apa kamu bener-bener mau mati konyol di sana?”

 

Refi menoleh ke bawah. Ia melihat banyak orang yang sudah berkerumun menonton dirinya jatuh dari atas gedung. Tiba-tiba, ia merasa sangat takut. Sangat takut jika harus mati dalam keadaan hancur dan menjadi bahan tontonan orang banyak. Ia langsung menatap Yeriko kembali. Lengan satunya, berusaha meraih lengan Yeriko.

 

Yeriko mengerahkan seluruh tenaganya untuk menarik tubuh Refina. Jika bukan Refina yang berhasil ditarik ke atas, artinya Yeriko yang akan kalah dan ikut meluncur dari atap gedung.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam dan menarik Refi lebih kuat lagi sampai akhirnya ia bisa menyelamatkan gadis itu.

 

Semua orang menahan napas menyaksikan kejadian itu. Mereka langsung menghembuskan napas sambil mengelus dada begitu melihat Refi berhasil diselamatkan.

 

Semua orang bertepuk tangan melihatnya. Mereka merasa sangat senang karena akhirnya Refi bisa diselamatkan.

 

Refi terisak dan langsung memeluk tubuh Yeriko.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. “Yun, maafin aku ...! Aku cuma cinta sama kamu,” bisik Yeriko.

 

“Jangan tinggalin aku!” pinta Refi berbisik. Tubuhnya langsung lemas dan tak sadarkan diri.

 

Yeriko langsung menggendong Refi, adegan ini dipotret oleh beberapa orang yang ada di sana. Yeriko tak menghiraukan beberapa pasang kamera yang telah berhasil mengabadikan momen penyelamatan Refi. Ia terus melangkah, membawa Refi kembali ke ruang rawat.

 

Setelah perawat memasang infus ke tubuh Refi, Yeriko langsung duduk di kursi dan menunggu Refi. “Ref, kenapa kamu harus kayak gini? Aku rasa, kamu wanita yang bermartabat dan nggak perlu melakukan hal bodoh seperti ini,” gumam Yeriko sambil menatap wajah Refi.

 

Yeriko merogoh ponsel yang ada di dalam saku celananya. Ia langsung melepon asistennya saat itu juga.

 

“Halo, Pak!” sapa Riyan begitu panggilan telepon Yeriko tersambung.

 

“Udah tidur, Yan?”

 

“Udah, Pak.”

 

“Bisa ke rumah sakit sekarang!”

 

“Bisa, Pak Bos. Ada apa?” tanya Riyan.

 

“Tolong ke bagian orthopedi dan selidiki penyakit pasien atas nama Refina Tata Widuri!”

 

“Siap, Pak Bos!”

 

“Oke. Saya tunggu kabar secepatnya!” Yeriko langsung mematikan sambungan telepon dan menatap Refina. Sekalipun ia tidak memiliki rasa cinta pada Refina, tapi ia masih memiliki rasa kemanusiaan.

 

Yeriko terus menunggu Refina selama hampir setengah malam hingga gadis itu tersadar.

 

“Yeriko...!” panggil Refi lirih saat melihat Yeriko tertidur di kursi, tepat di sisi ranjanganya.

 

Yeriko langsung mengangkat kepala menatap Refi.

 

“Udah sadar?”

 

Refi menganggukkan kepala. “Makasih, udah mau nemenin aku!” Refi meraih jemari tangan Yeriko dan menggenggamnya erat.

 

Yeriko tersenyum kecil.

 

“Aku mohon, jangan tinggalin aku!” Refi langsung memeluk tubuh Yeriko. “Aku masih cinta sama kamu.”

 

Yeriko bergeming. Ia tidak bisa berkata-kata. Ia tak ingin menyakiti Refi yang kondisi mentalnya masih belum stabil. Ia akan tetap mencari cara agar Refi bisa sembuh seperti semula dan bisa meneruskan karirnya sebagai penari profesional.

 

((Bersambung …))

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas