“Sayang,
makasih ya udah bantuin aku!” tutur Yuna sambil bergelayut manja di tubuh
Yeriko saat mereka sudah ada di dalam restoran.
“Apa?” tanya Yeriko.
“Makasih!” sahut Yuna geram sambil memonyongkan bibirnya.
“Bukan itu. Yang paling depan tadi. Kamu manggil aku
apa?” goda Yeriko sambil menahan tawa.
“Iih ...” Yuna tersipu mendengar pertanyaan Yeriko.
“Nggak mau nih dipanggil Sayang?”
Yeriko tertawa kecil. “Bukan nggak mau. Aneh aja.
Biasanya juga manggil aku Beruang mulu.”
Yuna meringis sambil menatap Yeriko. “Mmh ... itu kan
dulu. Kalau nggak ada orang lain. Kayaknya, nggak enak didenger kalau aku
manggil kamu Beruang di depan rekan-rekan bisnis kamu.”
“Nggak papa. Aku nggak masalah. Aku kan emang ...
ber-uang!”
Yuna tertawa kecil. “Kamu bisa aja!” Ia menyandarkan
kepalanya di bahu Yeriko.
Yeriko langsung mengecup kepala Yuna yang sedang
bermanja-manja di tubuhnya. Ia mencium aroma rambut Yuna yang masih terjaga
walau sudah beraktifitas seharian. “Kamu pakai shampoo apa?” tanya Yeriko.
“Kenapa?” tanya Yuna balik. “Rambut aku bau ya?” tanyanya
sambil mengangkat kepalanya dari bahu Yeriko.
“Nggak, masih wangi. Makanya aku tanya, kamu pakai
shampoo merk apa?”
“Pakai shampoo yang ada di kamar mandi,” jawab Yuna.
“Nggak perhatiin merk-nya apa. Bibi War yang siapin.”
Yeriko tersenyum sambil merangkul Yuna dan menyandarkan
kepala Yuna di dadanya. Ia menoleh ke sudut ruangan dan mendapati Andre sedang
menatap Yuna dari kejauhan.
“Gila tuh cowok, masih aja merhatiin istri orang!” batin
Yeriko kesal. Ia terus memeluk Yuna sambil mengecup ubun-ubun istrinya.
“Kamu mau makan apa?” tanya Yeriko.
“Hmm ... bukannya udah pesen makanan? Tinggal tunggu aja
makanannya datang,” jawab Yuna.
“Nggak mau pesen lagi?” Yeriko meraih buku menu yang ada
di atas meja.
Yuna menggelengkan kepala.
“Eh, ini ada cumi goreng. Enak loh!” tutur Yeriko sambil
menunjuk gambar yang ada di menu. “Yang ini juga enak. Ink juga!”
Yuna ikut mengamati buku menu yang ada di tangan Yeriko.
“Tadi udah pesen udang sama kepiting. Aku bisa gemuk kalau disuruh makan banyak
terus.”
Yeriko tersenyum kecil. “Aku emang pengen kamu gemuk.
Kamu terlalu kurus!”
“Badanku udah naik dua kilo. Masa masih kurus sih?”
Yeriko tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Masih
kurus banget!” sahutnya. Pandangannya beralih ke pelayan yang sedang
mengantarkan makanan ke mejanya.
“Mbak, saya pesen lagi ya!” tutur Yeriko.
“Pesan apa, Pak?” tanya pelayan tersebut sambil menyusun
makanan ke atas meja.
“Aku pesen ini ... ini ... ini ... ini ... sama ini ...,”
jawab Yeriko sambil menunjuk gambar yang ada di buku menu.
“Oke, Pak!” Pelayan tersebut langsung mencatat pesanan
tambahan dari Yeriko. Mereka bergegas pergi meninggalkan Yuna dan Yeriko.
“Selamat Menikmati!” tuturnya sambil tersenyum manis.
Yuna dan Yeriko menganggukkan kepala.
“Kamu pesen makanan apa lagi?” tanya Yuna penasaran.
“Ada, deh.”
“Habisin, loh!” dengus Yuna.
“Aku pesenin buat kamu.”
“Mmh ... ini aja udah banyak. Kamu bener-bener pengen
bikin aku kayak Doraemon!?”
Yeriko tertawa kecil sambil menganggukkan kepala. “Aku
bakal masak makanan enak setiap hari biar kamu gemuk.”
Yuna memonyongkan bibirnya. “Aku nggak mau gemuk!”
“Harus mau!”
“Kok, maksa?”
“Iya. Biar kamu itu buat aku aja,” jawab Yeriko sambil
mencubit hidung Yuna.
“Maksudnya?”
“Lihat tuh!” Yeriko menunjuk Andre dengan dagunya. “Ada
yang diam-diam perhatiin kamu!”
“Si Andre?”
Yeriko menganggukkan kepalanya. “Iya. Dari tadi, dia
merhatiin kamu terus. Emangnya dia nggak tahu kalau kamu udah jadi istri orang?
Masih aja ngejar-ngejar kamu,” tutur Yeriko kesal.
Yuna tersenyum kecil. Ia lebih memilih melahap kepiting
yang sudah ada di hadapannya daripada menanggapi ucapan Yeriko.
“Kamu!? Kenapa malah senyum-senyum? Kamu suka juga sama
dia?”
“Nggak.”
“Kenapa masih senyum-senyum sendiri?”
“Seneng aja.”
“Seneng kenapa? Astaga, Yuna! Aku ini lagi marah!”
“Seneng karena kamu cemburu,” jawab Yuna sambil tersenyum
kecil.
“Yun, ini bukan lelucon!” tegas Yeriko.
“Iya, Suamiku yang paling ganteng sedunia,” sahut Yuna
sambil menempelkan hidungnya ke hidung Yeriko. “Mending makan dulu! Cemburunya
nanti aja!”
“Nggak nafsu makan!” Yeriko melipat kedua tangan di
dadanya. “Emangnya bisa cemburu ditunda dulu?” gumamnya.
Yuna menghela napas panjang dan menatap wajah Yeriko.
“Udahlah. Nggak usah ngambek mulu!” pinta Yuna.
“Aku heran, kenapa cowok-cowok itu masih aja ngejar kamu.
Padahal, jelas-jelas kamu udah bersuami. Kalau masih pacaran, aku ikat kamu di
dalam kamar.”
“Kenapa begitu?” Yuna mengernyitkan dahi.
“Biar nggak ada cowok yang suka sama kamu!”
“Yaelah, nggak segitunya juga kali,” sahut Yuna. “Makan
dong!” pinta Yuna. “Mau aku suapin?” Yuna menyodorkan makanan ke mulut Yeriko.
Yeriko melirik ke arah Yuna dan langsung membuka
mulutnya.
“Mmh ... anak pinter!” puji Yuna. “Sini, Mama suapin!”
godanya.
Yeriko masih saja bersikap dingin dan tidak mau menyentuh
makanannya.
“Yer, jangan cemburu terus kayak gini!” pinta Yuna.
“Walaupun ada banyak cowok ngejar aku, aku Cuma sayang sama kamu. Apa kamu ...
masih nggak percaya sama aku?” tanya Yuna sambil menundukkan kepalanya.
Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna yang murung. Ia
tidak bisa melihat raut sedih yang tergambar di wajah istrinya itu.
“Kamu juga dikejar-kejar banyak cewek dan aku nggak
cemburuan kayak kamu,” tutur Yuna lirih.
“Itu karena kamu nggak sayang beneran sama aku!”
“Astaga! Kalau nggak sayang, aku nggak akan jadi istri
kamu “
“Kenapa kamu nggak cemburu kalau aku deket sama perempuan
lain?”
“Cemburu. Tapi, nggak sampe ngambek terus kayak gini
karena aku percaya kalau kamu nggak akan tergoda sama mereka.”
Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Oke, aku percaya sama
kamu.”
“Nah, gitu dong!”
“Oh ya, aku denger kabar kalau ada teman satu departemen
yang juga suka sama kamu. Apa bener?”
“Eh!? Siapa?” Yuna mengernyitkan dahinya.
“Aku nggak ingat namanya. Yang aku tahu. Dia satu
departemen sama kamu.”
“Kamu tahu dari mana?”
“Dari Riyan.”
“Riyan?” Yuna mengernyitkan dahinya. “Ada-ada aja.”
“Beneran?” tanya Yeriko.
“Apanya?” tanya Yuna balik.
“Ada lagi cowok yang lagi ngejar kamu?”
Yuna mengedikkan bahunya. “Nggak tahu. Sama temen-temen
kantor, semuanya biasa aja. Jadi, nggak tahu sama sekali. Si Riyan tahu dari
mana?”
Yeriko mengedikkan bahunya.
“Udahlah. Nggak usah gampang percaya begituan. Aku
sendiri, nggak tahu siapa orang yang kamu maksud,” tutur Yuna.
Yeriko tersenyum kecil. “Iya. Semoga aja nggak ada lagi
cowok yang ngejar-ngejar kamu!”
Yuna meringis sambil menatap Yeriko.
Yeriko menatap serius bibir Yuna yang mungil. Yuna sangat
bersemangat melahap makanan yang ada di hadapannya. Mulut mungil Yuna, bukan
hanya menciptakan kebahagiaan dalam hatinya, tapi juga telah menghadirkan
banyak hal.
“Ayo, makan!” rengek Yuna. “Dari tadi, nggak mau makan.”
“Suapin!” pinta Yeriko manja.
“Beneran minta disuapin?” dengus Yuna.
Yeriko menganggukkan kepala.
Yuna memutar bola matanya. Tapi, ia tetap menyuapkan
makanan ke mulut Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil. Kemesraannya dengan Yuna telah
berhasil membuat Andre geram. Sampai kapan pun, ia tidak akan melepaskan Yuna
begitu saja.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment