Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Saturday, February 15, 2025

Perfect Hero Bab 117 : Kemesraan

 


“Sayang, makasih ya udah bantuin aku!” tutur Yuna sambil bergelayut manja di tubuh Yeriko saat mereka sudah ada di dalam restoran.

 

“Apa?” tanya Yeriko.

 

“Makasih!” sahut Yuna geram sambil memonyongkan bibirnya.

 

“Bukan itu. Yang paling depan tadi. Kamu manggil aku apa?” goda Yeriko sambil menahan tawa.

 

“Iih ...” Yuna tersipu mendengar pertanyaan Yeriko. “Nggak mau nih dipanggil Sayang?”

 

Yeriko tertawa kecil. “Bukan nggak mau. Aneh aja. Biasanya juga manggil aku Beruang mulu.”

 

Yuna meringis sambil menatap Yeriko. “Mmh ... itu kan dulu. Kalau nggak ada orang lain. Kayaknya, nggak enak didenger kalau aku manggil kamu Beruang di depan rekan-rekan bisnis kamu.”

 

“Nggak papa. Aku nggak masalah. Aku kan emang ... ber-uang!”

 

Yuna tertawa kecil. “Kamu bisa aja!” Ia menyandarkan kepalanya di bahu Yeriko.

 

Yeriko langsung mengecup kepala Yuna yang sedang bermanja-manja di tubuhnya. Ia mencium aroma rambut Yuna yang masih terjaga walau sudah beraktifitas seharian. “Kamu pakai shampoo apa?” tanya Yeriko.

 

“Kenapa?” tanya Yuna balik. “Rambut aku bau ya?” tanyanya sambil mengangkat kepalanya dari bahu Yeriko.

 

“Nggak, masih wangi. Makanya aku tanya, kamu pakai shampoo merk apa?”

 

“Pakai shampoo yang ada di kamar mandi,” jawab Yuna. “Nggak perhatiin merk-nya apa. Bibi War yang siapin.”

 

Yeriko tersenyum sambil merangkul Yuna dan menyandarkan kepala Yuna di dadanya. Ia menoleh ke sudut ruangan dan mendapati Andre sedang menatap Yuna dari kejauhan.

 

“Gila tuh cowok, masih aja merhatiin istri orang!” batin Yeriko kesal. Ia terus memeluk Yuna sambil mengecup ubun-ubun istrinya.

 

“Kamu mau makan apa?” tanya Yeriko.

 

“Hmm ... bukannya udah pesen makanan? Tinggal tunggu aja makanannya datang,” jawab Yuna.

 

“Nggak mau pesen lagi?” Yeriko meraih buku menu yang ada di atas meja.

 

Yuna menggelengkan kepala.

 

“Eh, ini ada cumi goreng. Enak loh!” tutur Yeriko sambil menunjuk gambar yang ada di menu. “Yang ini juga enak. Ink juga!”

 

Yuna ikut mengamati buku menu yang ada di tangan Yeriko. “Tadi udah pesen udang sama kepiting. Aku bisa gemuk kalau disuruh makan banyak terus.”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Aku emang pengen kamu gemuk. Kamu terlalu kurus!”

 

“Badanku udah naik dua kilo. Masa masih kurus sih?”

 

Yeriko tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Masih kurus banget!” sahutnya. Pandangannya beralih ke pelayan yang sedang mengantarkan makanan ke mejanya.

 

“Mbak, saya pesen lagi ya!” tutur Yeriko.

 

“Pesan apa, Pak?” tanya pelayan tersebut sambil menyusun makanan ke atas meja.

 

“Aku pesen ini ... ini ... ini ... ini ... sama ini ...,” jawab Yeriko sambil menunjuk gambar yang ada di buku menu.

 

“Oke, Pak!” Pelayan tersebut langsung mencatat pesanan tambahan dari Yeriko. Mereka bergegas pergi meninggalkan Yuna dan Yeriko. “Selamat Menikmati!” tuturnya sambil tersenyum manis.

 

Yuna dan Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Kamu pesen makanan apa lagi?” tanya Yuna penasaran.

 

“Ada, deh.”

 

“Habisin, loh!” dengus Yuna.

 

“Aku pesenin buat kamu.”

 

“Mmh ... ini aja udah banyak. Kamu bener-bener pengen bikin aku kayak Doraemon!?”

 

Yeriko tertawa kecil sambil menganggukkan kepala. “Aku bakal masak makanan enak setiap hari biar kamu gemuk.”

 

Yuna memonyongkan bibirnya. “Aku nggak mau gemuk!”

 

“Harus mau!”

 

“Kok, maksa?”

 

“Iya. Biar kamu itu buat aku aja,” jawab Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.

 

“Maksudnya?”

 

“Lihat tuh!” Yeriko menunjuk Andre dengan dagunya. “Ada yang diam-diam perhatiin kamu!”

 

“Si Andre?”

 

Yeriko menganggukkan kepalanya. “Iya. Dari tadi, dia merhatiin kamu terus. Emangnya dia nggak tahu kalau kamu udah jadi istri orang? Masih aja ngejar-ngejar kamu,” tutur Yeriko kesal.

 

Yuna tersenyum kecil. Ia lebih memilih melahap kepiting yang sudah ada di hadapannya daripada menanggapi ucapan Yeriko.

 

“Kamu!? Kenapa malah senyum-senyum? Kamu suka juga sama dia?”

 

“Nggak.”

 

“Kenapa masih senyum-senyum sendiri?”

 

“Seneng aja.”

 

“Seneng kenapa? Astaga, Yuna! Aku ini lagi marah!”

 

“Seneng karena kamu cemburu,” jawab Yuna sambil tersenyum kecil.

 

“Yun, ini bukan lelucon!” tegas Yeriko.

 

“Iya, Suamiku yang paling ganteng sedunia,” sahut Yuna sambil menempelkan hidungnya ke hidung Yeriko. “Mending makan dulu! Cemburunya nanti aja!”

 

“Nggak nafsu makan!” Yeriko melipat kedua tangan di dadanya. “Emangnya bisa cemburu ditunda dulu?” gumamnya.

 

Yuna menghela napas panjang dan menatap wajah Yeriko. “Udahlah. Nggak usah ngambek mulu!” pinta Yuna.

 

“Aku heran, kenapa cowok-cowok itu masih aja ngejar kamu. Padahal, jelas-jelas kamu udah bersuami. Kalau masih pacaran, aku ikat kamu di dalam kamar.”

 

“Kenapa begitu?” Yuna mengernyitkan dahi.

 

“Biar nggak ada cowok yang suka sama kamu!”

 

“Yaelah, nggak segitunya juga kali,” sahut Yuna. “Makan dong!” pinta Yuna. “Mau aku suapin?” Yuna menyodorkan makanan ke mulut Yeriko.

 

Yeriko melirik ke arah Yuna dan langsung membuka mulutnya.

 

“Mmh ... anak pinter!” puji Yuna. “Sini, Mama suapin!” godanya.

 

Yeriko masih saja bersikap dingin dan tidak mau menyentuh makanannya.

 

“Yer, jangan cemburu terus kayak gini!” pinta Yuna. “Walaupun ada banyak cowok ngejar aku, aku Cuma sayang sama kamu. Apa kamu ... masih nggak percaya sama aku?” tanya Yuna sambil menundukkan kepalanya.

 

Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna yang murung. Ia tidak bisa melihat raut sedih yang tergambar di wajah istrinya itu.

 

“Kamu juga dikejar-kejar banyak cewek dan aku nggak cemburuan kayak kamu,” tutur Yuna lirih.

 

“Itu karena kamu nggak sayang beneran sama aku!”

 

“Astaga! Kalau nggak sayang, aku nggak akan jadi istri kamu “

 

“Kenapa kamu nggak cemburu kalau aku deket sama perempuan lain?”

 

“Cemburu. Tapi, nggak sampe ngambek terus kayak gini karena aku percaya kalau kamu nggak akan tergoda sama mereka.”

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna. “Oke, aku percaya sama kamu.”

 

“Nah, gitu dong!”

 

“Oh ya, aku denger kabar kalau ada teman satu departemen yang juga suka sama kamu. Apa bener?”

 

“Eh!? Siapa?” Yuna mengernyitkan dahinya.

 

“Aku nggak ingat namanya. Yang aku tahu. Dia satu departemen sama kamu.”

 

“Kamu tahu dari mana?”

 

“Dari Riyan.”

 

“Riyan?” Yuna mengernyitkan dahinya. “Ada-ada aja.”

 

“Beneran?” tanya Yeriko.

 

“Apanya?” tanya Yuna balik.

 

“Ada lagi cowok yang lagi ngejar kamu?”

 

Yuna mengedikkan bahunya. “Nggak tahu. Sama temen-temen kantor, semuanya biasa aja. Jadi, nggak tahu sama sekali. Si Riyan tahu dari mana?”

 

Yeriko mengedikkan bahunya.

 

“Udahlah. Nggak usah gampang percaya begituan. Aku sendiri, nggak tahu siapa orang yang kamu maksud,” tutur Yuna.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Iya. Semoga aja nggak ada lagi cowok yang ngejar-ngejar kamu!”

 

Yuna meringis sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko menatap serius bibir Yuna yang mungil. Yuna sangat bersemangat melahap makanan yang ada di hadapannya. Mulut mungil Yuna, bukan hanya menciptakan kebahagiaan dalam hatinya, tapi juga telah menghadirkan banyak hal.

 

“Ayo, makan!” rengek Yuna. “Dari tadi, nggak mau makan.”

 

“Suapin!” pinta Yeriko manja.

 

“Beneran minta disuapin?” dengus Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

Yuna memutar bola matanya. Tapi, ia tetap menyuapkan makanan ke mulut Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil. Kemesraannya dengan Yuna telah berhasil membuat Andre geram. Sampai kapan pun, ia tidak akan melepaskan Yuna begitu saja.

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas