Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Thursday, February 13, 2025

Perfect Hero Bab 115: Terkuak

 


“Sari mana?” teriak Anna begitu mengetahui kalau Sari yang telah mencuri anting-anting miliknya.

 

Pengawal Yeriko langsung masuk ke dalam ruangan sambil membawa Sari.

 

“Ada apa, ini?” tanya Sari.

 

“Nggak usah pura-pura nggak tahu!” sentak Anna. “Kamu kan yang udah ambil anting-antingku?”

 

“Eike? Eh, jangan nuduh sembarangan!” sahut Sari.

 

“Eh, Saripudin!” sentak Asisten Anna. “Semua orang udah tahu kalau kamu yang ambil antingnya bosku.”

 

“Duh, mana bisa menuduh tanpa bukti. Lagian, eike juga nggak tahu antingnya itu yang seperti apa bentuknya,” sahut Sari.

 

Lian dan Bellina ikut masuk ke dalam ruang rias saat melihat beberapa bodyguard Yeriko masuk ke dalam ruangan tersebut. Beberapa orang terlihat berjaga di depan pintu. Membuat Lian merasa sangat aneh. Ruang rias seolah-olah berubah menjadi sebuah penjara yang sangat menegangkan.

 

“Ada apa ini?” tanya Lian.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menatap Lian. Ia memerintahkan Riyan untuk menunjukkan video rekaman CCTV kepada Lian dan Sari.

 

Riyan mengangguk dan langsung memutar rekaman video CCTV.

 

Lian membelalakkan matanya melihat video rekaman tersebut. “Kamu ... nuduh Yuna yang ngambil antingnya, ternyata kamu sendiri yang ambil?” tanya Lian sambil menatap Sari.

 

Sari langsung berlutut di hadapan Lian dan Yeriko. “Ampun ... Pak! Eike nggak bermaksud mencuri anting-antingnya Anna. Eike ngambil anting itu juga karena disuruh,” tutur Sari sambil terisak.

 

“Siapa yang nyuruh kamu?” tanya Lian.

 

“Mmh ... mmh ...” Sari menggigit bibirnya.

 

“Cepet ngomong!” sentak Yeriko.

 

“Lili sama Sofi yang udah nyuruh eike,” jawab Sari.

 

“Eh, jangan nuduh tanpa bukti ya!” sentak Lili. “Enak aja! Kita nggak ada nyuruh dia ambil anting-antingnya,” lanjutnya.

 

“Sari, kamu jangan nuduh sembarangan tanpa bukti, dong!” sahut Sofi.

 

“Beneran, Pak. Sari nggak ambil anting itu. Sekarang, anting itu ada di tangan mereka,” tutur Sari sambil menangis. Ia tidak mau menanggung semuanya sendirian. Apalagi, ia tidak punya uang banyak untuk mengganti anting tersebut.

 

“Nggak, Pak. Dia bohong!” sahut Lili sambil menunjuk Sari yang berlutut di hadapan Yeriko dan Lian.

 

“Beneran, Pak. Suer! Sumpah, saya nggak ambil anting itu!” Sari bersikeras kalau Lili dan Sofi juga ikut terlibat dalam aksi pencurian anting Anna.

 

Anna semakin bingung. “Sebenarnya, siapa sih yang udah ambil antingku? Kalau dari rekaman CCTV itu,  kamu yang udah ngambil antingku.”

 

“Eike cuma disuruh,” rengek Sari sambil menangis di lantai. Ia tidak tahu bagaimana cara membela dirinya sendiri karena Lili dan Sofi juga justru memojokkan dirinya.

 

“Siapa yang nyuruh kamu?” tanya Anna.

 

“Mereka!” Sari menunjuk Lili dan Sofi.

 

Lili dan Sofi menggelengkan kepala.

 

“Kalian masih nggak mau ngaku?” tanya Yeriko sambil menatap Lili dan Sofi. “Yan, keluarin!” perintah Yeriko sambil menoleh ke arah Riyan.

 

Riyan mengangguk dan langsung menunjukkan video selanjutnya saat Lili dan Sofi sedang menerima anting-anting dari Sari.

 

Lili dan Sofi saling pandang. Mereka tidak bisa mengelak lagi. Mereka langsung berlutut di hadapan Lian.

 

“Maaf, Pak! Kami juga Cuma ngikutin perintah,” tutur Lili.

 

Bellina langsung mendelik ke arah Lili dan Sofi.

 

“Siapa yang nyuruh kalian?” tanya Lian.

 

Sofi melirik ke arah Bellina yang berdiri di samping Lian.

 

Yeriko langsung menatap Bellina dan Lian begitu mendapati mata Sofi tertuju pada Bellina.

 

“Tunangan kamu?” tanya Yeriko sambil menatap Lian.

 

“Jangan nuduh sembarangan!” sahut Lian.

 

“Siapa lagi yang bisa merintah mereka berdua kalau bukan tunangan kamu ini?” tanya Yeriko lagi.

 

Bellina menelan ludah saat mendengar pertanyaan Yeriko.

 

Lian langsung menatap tajam ke arah Bellina. “Kamu ada hubungannya sama kejadian ini?”

 

Bellina menggelengkan kepala.

 

“Serius?”

 

“Beneran. Aku sama sekali nggak nyuruh mereka buat ngambil antingnya Anna,” jawab Bellina sambil menatap tajam ke arah Lili dan Sofi.

 

Sofi menarik napas dalam-dalam. Ia tidak menyangka kalau Bellina tak mau mengakui kesalahannya dan membuat mereka bertiga berada dalam masalah.

 

“Kamu, jangan lepas tangan gitu aja! Bukannya, anting itu sekarang ada di tangan kamu?” tutur Lili.

 

Bellina langsung membelalakkan matanya begitu mendengar ucapan Lili. “Berani-beraninya kamu nuduh aku, hah!?”

 

Lian langsung menoleh ke arah Bellina. “Jujur, Bel!” pintanya. “Buat apa kamu ngambil anting orang lain?” tanya Lian.

 

“Aku ... a ... aku ... nggak ngambil anting itu. Mereka yang ngasih anting itu ke aku. Kalian, pasti mau ngejebak aku kan?” sahut Bellina gugup.

 

“Jadi, anting itu beneran ada di tangan kamu?” tanya Anna.

 

“Mmh ...” Bellina menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengeluarkan anting-anting tersebut dari sakunya.

 

“Ambil!” Anna langsung menyuruh asistennya untuk mengambil anting-anting miliknya dari tangan Bellina.

 

“Nah, kan ... ketahuan siapa pelakunya!” seru Yuna. “Kayak gitu, kamu masih aja fitnah-fitnah aku!” sentak Yuna kesal.

 

“Aku nggak fitnah kamu. Yang fitnah kamu kan asisten Anna sendiri.”

 

“Kalian semua pasti udah komplotan buat ngerjain aku kan?” seru Yuna kesal. “Parah banget! Aku salah apa sih sama kamu?” tanya Yuna sambil mendorong tubuh Bellina.

 

“Mau tahu salahmu apa? Karena kamu itu udah kecentilan. Ngambil semua perhatian orang!” sahut Bellina.

 

“Udah, jangan marah-marah!” Lian langsung menarik lengan Bellina dan memisahkan dua saudara yang kerap berseteru tersebut.

 

“Pak Ye, saya benar-benar minta maaf karena perbuatan tunangan saya sudah sangat merugikan istri Bapak!” Lian menunduk sopan.

 

Yuna tersenyum dan menjulurkan lidahnya ke arah Bellina. Membuat Bellina geram dan ingin memukul Yuna.

 

Anna memanfaatkan perseteruan Yuna dan Bellina untuk mendekati Yeriko. Ia terus tersenyum sambil menatap Yeriko. “Duh, bener-bener cowok idaman banget!” bisiknya dalam hati.

 

Yeriko melirik kesal ke arah Anna yang terus tersenyum kepadanya. Ia langsung menarik Yuna ke dalam pelukannya. “Kita pulang sekarang!” bisik Yeriko di telinga Yuna.

 

Semua orang sangat iri melihat cara Yeriko memperlakukan Yuna. Sangat lembut dan mesra. Sangat berbeda saat Yeriko berhadapan dengan Sofi dan Lili. Ia terlihat sangat kejam.

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Oh ya, kayaknya ... tadi ada yang bilang kalau pernikahan aku cuma pura-pura,” tutur Yuna sambil menatap Bellina.

 

“Asal kamu tahu ya, kita menikah sah secara hukum agama dan negara. Kalau aku cuma pura-pura nikah, suamiku nggak akan belikan aku barang-barang mahal,” tutur Yuna sambil mencebik ke arah Bellina.

 

Bellina sangat geram mendengar ucapan Yuna yang mulai menyombongkan dirinya di depan semua orang.

 

“Oh ya? Masih ada yang bilang kalau pernikahan kita palsu?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko langsung menatap dingin ke arah Bellina dan Lian. “Li, apa kamu nggak bisa ngajarin istri kamu ini jadi perempuan yang bener?”

 

“Maksud kamu?”

 

“Setiap saat cuma bisa mempermalukan diri sendiri!”

 

“Kamu ...!?” Lian ikut geram dengan ucapan Yeriko.

 

Yeriko tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat bahagia saat melihat wajah Lian terlihat buruk. Terlebih, ia mengetahui kalau Lian masih sangat menyukai istrinya.

 

Yeriko langsung memeluk pinggang Yuna mesra dan mengajaknya keluar dari ruang rias. Riyan dan beberapa bodyguard yang ia bawa, mengikuti di belakang mereka.

 

Semua orang di dalam ruangan tersebut merasa sangat lega karena akhirnya bisa mengetahui pelaku pencurian yang sesungguhnya. Mereka mencibir Sari, Sofi dan Lili yang masih berlutut di lantai tidak berani bangkit dan menghadapi Lian.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih sudah baca Perfect Hero sampai di sini. Makasih yang udah kirimin hadiah dan kasih Star Vote juga. Mohon maaf lahir dan batin ya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas