“Sari
mana?” teriak Anna begitu mengetahui kalau Sari yang telah mencuri
anting-anting miliknya.
Pengawal
Yeriko langsung masuk ke dalam ruangan sambil membawa Sari.
“Ada
apa, ini?” tanya Sari.
“Nggak
usah pura-pura nggak tahu!” sentak Anna. “Kamu kan yang udah ambil
anting-antingku?”
“Eike?
Eh, jangan nuduh sembarangan!” sahut Sari.
“Eh,
Saripudin!” sentak Asisten Anna. “Semua orang udah tahu kalau kamu yang ambil
antingnya bosku.”
“Duh,
mana bisa menuduh tanpa bukti. Lagian, eike juga nggak tahu antingnya itu yang
seperti apa bentuknya,” sahut Sari.
Lian
dan Bellina ikut masuk ke dalam ruang rias saat melihat beberapa bodyguard
Yeriko masuk ke dalam ruangan tersebut. Beberapa orang terlihat berjaga di
depan pintu. Membuat Lian merasa sangat aneh. Ruang rias seolah-olah berubah
menjadi sebuah penjara yang sangat menegangkan.
“Ada
apa ini?” tanya Lian.
Yeriko
tersenyum kecil sambil menatap Lian. Ia memerintahkan Riyan untuk menunjukkan
video rekaman CCTV kepada Lian dan Sari.
Riyan
mengangguk dan langsung memutar rekaman video CCTV.
Lian
membelalakkan matanya melihat video rekaman tersebut. “Kamu ... nuduh Yuna yang
ngambil antingnya, ternyata kamu sendiri yang ambil?” tanya Lian sambil menatap
Sari.
Sari
langsung berlutut di hadapan Lian dan Yeriko. “Ampun ... Pak! Eike nggak
bermaksud mencuri anting-antingnya Anna. Eike ngambil anting itu juga karena
disuruh,” tutur Sari sambil terisak.
“Siapa
yang nyuruh kamu?” tanya Lian.
“Mmh
... mmh ...” Sari menggigit bibirnya.
“Cepet
ngomong!” sentak Yeriko.
“Lili
sama Sofi yang udah nyuruh eike,” jawab Sari.
“Eh,
jangan nuduh tanpa bukti ya!” sentak Lili. “Enak aja! Kita nggak ada nyuruh dia
ambil anting-antingnya,” lanjutnya.
“Sari,
kamu jangan nuduh sembarangan tanpa bukti, dong!” sahut Sofi.
“Beneran,
Pak. Sari nggak ambil anting itu. Sekarang, anting itu ada di tangan mereka,”
tutur Sari sambil menangis. Ia tidak mau menanggung semuanya sendirian.
Apalagi, ia tidak punya uang banyak untuk mengganti anting tersebut.
“Nggak,
Pak. Dia bohong!” sahut Lili sambil menunjuk Sari yang berlutut di hadapan
Yeriko dan Lian.
“Beneran,
Pak. Suer! Sumpah, saya nggak ambil anting itu!” Sari bersikeras kalau Lili dan
Sofi juga ikut terlibat dalam aksi pencurian anting Anna.
Anna
semakin bingung. “Sebenarnya, siapa sih yang udah ambil antingku? Kalau dari
rekaman CCTV itu, kamu yang udah ngambil antingku.”
“Eike
cuma disuruh,” rengek Sari sambil menangis di lantai. Ia tidak tahu bagaimana
cara membela dirinya sendiri karena Lili dan Sofi juga justru memojokkan
dirinya.
“Siapa
yang nyuruh kamu?” tanya Anna.
“Mereka!”
Sari menunjuk Lili dan Sofi.
Lili
dan Sofi menggelengkan kepala.
“Kalian
masih nggak mau ngaku?” tanya Yeriko sambil menatap Lili dan Sofi. “Yan,
keluarin!” perintah Yeriko sambil menoleh ke arah Riyan.
Riyan
mengangguk dan langsung menunjukkan video selanjutnya saat Lili dan Sofi sedang
menerima anting-anting dari Sari.
Lili
dan Sofi saling pandang. Mereka tidak bisa mengelak lagi. Mereka langsung
berlutut di hadapan Lian.
“Maaf,
Pak! Kami juga Cuma ngikutin perintah,” tutur Lili.
Bellina
langsung mendelik ke arah Lili dan Sofi.
“Siapa
yang nyuruh kalian?” tanya Lian.
Sofi
melirik ke arah Bellina yang berdiri di samping Lian.
Yeriko
langsung menatap Bellina dan Lian begitu mendapati mata Sofi tertuju pada
Bellina.
“Tunangan
kamu?” tanya Yeriko sambil menatap Lian.
“Jangan
nuduh sembarangan!” sahut Lian.
“Siapa
lagi yang bisa merintah mereka berdua kalau bukan tunangan kamu ini?” tanya
Yeriko lagi.
Bellina
menelan ludah saat mendengar pertanyaan Yeriko.
Lian
langsung menatap tajam ke arah Bellina. “Kamu ada hubungannya sama kejadian
ini?”
Bellina
menggelengkan kepala.
“Serius?”
“Beneran.
Aku sama sekali nggak nyuruh mereka buat ngambil antingnya Anna,” jawab Bellina
sambil menatap tajam ke arah Lili dan Sofi.
Sofi
menarik napas dalam-dalam. Ia tidak menyangka kalau Bellina tak mau mengakui
kesalahannya dan membuat mereka bertiga berada dalam masalah.
“Kamu,
jangan lepas tangan gitu aja! Bukannya, anting itu sekarang ada di tangan
kamu?” tutur Lili.
Bellina
langsung membelalakkan matanya begitu mendengar ucapan Lili. “Berani-beraninya
kamu nuduh aku, hah!?”
Lian
langsung menoleh ke arah Bellina. “Jujur, Bel!” pintanya. “Buat apa kamu
ngambil anting orang lain?” tanya Lian.
“Aku
... a ... aku ... nggak ngambil anting itu. Mereka yang ngasih anting itu ke
aku. Kalian, pasti mau ngejebak aku kan?” sahut Bellina gugup.
“Jadi,
anting itu beneran ada di tangan kamu?” tanya Anna.
“Mmh
...” Bellina menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengeluarkan
anting-anting tersebut dari sakunya.
“Ambil!”
Anna langsung menyuruh asistennya untuk mengambil anting-anting miliknya dari
tangan Bellina.
“Nah,
kan ... ketahuan siapa pelakunya!” seru Yuna. “Kayak gitu, kamu masih aja
fitnah-fitnah aku!” sentak Yuna kesal.
“Aku
nggak fitnah kamu. Yang fitnah kamu kan asisten Anna sendiri.”
“Kalian
semua pasti udah komplotan buat ngerjain aku kan?” seru Yuna kesal. “Parah
banget! Aku salah apa sih sama kamu?” tanya Yuna sambil mendorong tubuh
Bellina.
“Mau
tahu salahmu apa? Karena kamu itu udah kecentilan. Ngambil semua perhatian
orang!” sahut Bellina.
“Udah,
jangan marah-marah!” Lian langsung menarik lengan Bellina dan memisahkan dua
saudara yang kerap berseteru tersebut.
“Pak
Ye, saya benar-benar minta maaf karena perbuatan tunangan saya sudah sangat
merugikan istri Bapak!” Lian menunduk sopan.
Yuna
tersenyum dan menjulurkan lidahnya ke arah Bellina. Membuat Bellina geram dan
ingin memukul Yuna.
Anna
memanfaatkan perseteruan Yuna dan Bellina untuk mendekati Yeriko. Ia terus
tersenyum sambil menatap Yeriko. “Duh, bener-bener cowok idaman banget!”
bisiknya dalam hati.
Yeriko
melirik kesal ke arah Anna yang terus tersenyum kepadanya. Ia langsung menarik
Yuna ke dalam pelukannya. “Kita pulang sekarang!” bisik Yeriko di telinga Yuna.
Semua
orang sangat iri melihat cara Yeriko memperlakukan Yuna. Sangat lembut dan
mesra. Sangat berbeda saat Yeriko berhadapan dengan Sofi dan Lili. Ia terlihat
sangat kejam.
Yuna
mengangguk sambil tersenyum. “Oh ya, kayaknya ... tadi ada yang bilang kalau
pernikahan aku cuma pura-pura,” tutur Yuna sambil menatap Bellina.
“Asal
kamu tahu ya, kita menikah sah secara hukum agama dan negara. Kalau aku cuma
pura-pura nikah, suamiku nggak akan belikan aku barang-barang mahal,” tutur
Yuna sambil mencebik ke arah Bellina.
Bellina
sangat geram mendengar ucapan Yuna yang mulai menyombongkan dirinya di depan
semua orang.
“Oh
ya? Masih ada yang bilang kalau pernikahan kita palsu?”
Yuna
menganggukkan kepala.
Yeriko
langsung menatap dingin ke arah Bellina dan Lian. “Li, apa kamu nggak bisa
ngajarin istri kamu ini jadi perempuan yang bener?”
“Maksud
kamu?”
“Setiap
saat cuma bisa mempermalukan diri sendiri!”
“Kamu
...!?” Lian ikut geram dengan ucapan Yeriko.
Yeriko
tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat bahagia saat melihat wajah Lian
terlihat buruk. Terlebih, ia mengetahui kalau Lian masih sangat menyukai
istrinya.
Yeriko
langsung memeluk pinggang Yuna mesra dan mengajaknya keluar dari ruang rias.
Riyan dan beberapa bodyguard yang ia bawa, mengikuti di belakang mereka.
Semua
orang di dalam ruangan tersebut merasa sangat lega karena akhirnya bisa
mengetahui pelaku pencurian yang sesungguhnya. Mereka mencibir Sari, Sofi dan
Lili yang masih berlutut di lantai tidak berani bangkit dan menghadapi Lian.
(( Bersambung ... ))
Makasih sudah baca Perfect Hero sampai di sini. Makasih yang udah kirimin
hadiah dan kasih Star Vote juga. Mohon maaf lahir dan batin ya!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment