“Heh!?
Nggak akan ada orang yang belain maling kayak kamu!” sentak Anna. “Balikin
anting aku sekarang juga!”
“Astaga!
Anting kamu itu nggak ada sama aku. Kamu jangan main nuduh sembarangan ya!
Kalau nggak percaya, cari di tasku!” sahut Yuna sambil menyodorkan tasnya ke
hadapan Anna.
Anna
tertegun melihat tas milik Yuna. Ia menelan ludah karena sangat ingin memiliki
tas seperti itu namun harganya selangit.
“Kamu
... dapetin tas ini dari mana?” tanya Anna.
Yuna
tersenyum kecil. “Kenapa? Aku punya sepuluh tas kayak gini. Mau?” sahutnya
angkuh.
“Nggak
usah sombong! Tas KW aja! Paling juga belinya di Mangga Dua,” sahut Anna kesal.
Ia tidak ingin terlihat kalah di depan Yuna. Gadis itu terlalu biasa untuk
mengenakan barang-barang mewah. “Maling aja belagu!” celetuknya.
Yuna
menarik napas dalam-dalam. “Jangan sembarangan nuduh ya! Aku sama sekali nggak
ada ambil barang kamu. Kalau sampai aku dapet siapa pelakunya, kamu yang bakal
aku laporin ke polisi karena udah mencemarkan nama baikku!” ancam Yuna.
“Aku
nggak takut!” sahut Anna makin kesal. Ia kembali menarik rambut Yuna dan
menatap gadis itu penuh kebencian.
“Jangan
sentuh dia!” sentak Yeriko sambil menepis tangan Anna dan langsung memeluk
tubuh Yuna. “Kamu nggak papa?” tanya Yeriko sambil menatap Yuna.
Anna
membelalakkan matanya saat melihat kehadiran Yeriko. “Pak Yeri?” Matanya
langsung berbinar menatap pria tampan yang berdiri di hadapannya.
Yeriko
menatap tajam ke arah Anna.
Beberapa
orang terlihat berbisik, beberapa di antara mereka teringat kalau Yuna adalah
istri dari Yeriko, seorang pengusaha muda yang sukses dan disegani banyak
orang.
“Dia
siapa?” tanya Anna sambil menunjuk Yuna.
“Istriku.”
“Istri?”
Anna mengernyitkan dahi sambil menatap Yuna dari ujung rambut sampai ke ujung
kaki. “Kenapa istrinya biasa banget?” gumam Anna dalam hatinya. “Masih mending
aku ke mana-mana.”
“Kalian
semua bener-bener nggak punya perasaan! Nuduh orang lain tanpa bukti!” sentak
Yeriko.
“Kamu
tahu kalau ...”
“Nggak
ada satu hal pun yang aku nggak tahu soal istriku,” sahut Yeriko.
Anna
langsung tersenyum ke arah Yeriko. “Maaf, Pak Yeri ... aku nggak berniat buat
menyakiti dia. Aku cuma ...”
Yeriko
langsung menatap wajah Yuna. “Kamu baik-baik aja kan?” tanyanya sambil
mengamati tubuh Yuna.
Yuna
menganggukkan kepala.
“Kalau
sampai ada yang lecet, aku nggak akan ngebiarin orang yang udah melukai kamu,
hidup dengan tenang!” tegas Yeriko sambil melirik ke arah Anna.
Semua
orang terdiam mendengar ancaman Yeriko.
“Dia
memang terkenal sebagai Raja Iblis Berdarah Dingin. Dia memang kelihatan kejam
banget,” bisik salah seorang yang ada di ruangan tersebut.
“Iya.
Baru kali ini aku lihat langsung Pak Yeri marah.”
“Gimana
nggak marah kalau istrinya digangguin sama orang lain?”
“Kira-kira,
beneran dia atau bukan yang ambil antingnya?”
“Kayaknya
nggak mungkin. Istrinya Pak Yeri, pasti bisa beli anting yang jauh lebih mahal
dari antingnya Anna.”
Semua
orang yang ada di ruangan tersebut terus berbisik membicarakan Yuna dan Yeriko.
“Pak
Yeri, kenapa ada di sini juga?” tanya Anna sambil bergaya.
“Aku
jemput istriku buat makan bareng. Kenapa?”
Anna
tersenyum kecut menatap Yeriko. Ia merasa sangat cemburu karena Yeriko lebih
memilih gadis yang terlihat biasa saja. Bahkan, tinggi badan Yuna tidak
melebihi tinggi pundaknya. Ia tidak bisa menerima kenyataan kalau seorang
pengusaha tampan dan kaya raya itu lebih menyukai Yuna.
“Pak
Yeri, romantis banget? Bukannya dia penanggung jawab acara ini dan bisa makan
sendiri di sini?”
Yeriko
tersenyum sinis. “Ada yang salah kalau aku mau makan sama istriku sendiri?
Kalau aku nggak datang, aku nggak akan pernah tahu kalian semua sudah menindas
istriku!”
“Ah,
Pak Yeri jangan ketus kayak gini!” pinta Anna sambil tersenyum manja. “Pak Yeri
sangat tampan dan kaya, harusnya bisa bersikap manis dengan orang lain,” ucap
Anna sambil melangkah mendekati Yeriko.
“Kamu
siapa? Jangan sok kenal!” sentak Yeriko.
Anna
langsung menghentikan langkahnya saat semua orang di dalam ruangan tersebut
menertawakannya. Ia semakin geram karena terlihat sangat konyol. Terlebih harus
kalah dengan wanita biasa seperti Yuna.
“Pak
Bos, ini datanya!” Riyan tiba-tiba masuk dan langsung memberikan ponsel ke
tangan Yeriko.
“Oke.”
Yeriko langsung mengantongi ponselnya dan menatap tajam ke arah Anna. “Kamu
jangan pernah main-main sama aku!” ancamnya. “Aku nggak akan ngebiarin kamu
menyentuh Yuna sedikitpun!”
“Aargh
...! Itu siapa?” bisik salah satu model yang ada di ruangan itu sambil menatap
Riyan yang berdiri di belakang Yeriko.
“Mungkin,
asistennya Pak Yeri,” sahut yang lainnya.
“Ganteng
banget!”
“Bosnya
ganteng, asistennya ganteng juga. Ya ampun ...!”
“Dia
udah nikah atau belum ya?”
“Kayaknya
sih belum. Masih muda banget, kok.”
“Jangan-jangan,
udah punya pacar?”
“Aku
mau jadi pacar keduanya.”
“Hadeh,
daripada jadi pacar kedua asistennya, mending jadi istri kedua bosnya.”
“Hahaha.”
Beberapa
orang malah sibuk membicarakan kehadiran Riyan. Asisten Yeriko yang masih muda
dan tampan.
“Udahlah,
nggak usah diributkan lagi!” pinta Yuna. “Aku nggak papa, kok.” Yuna tersenyum
ke arah Yeriko.
“Aku
harus membersihkan nama kamu. Nyonya Ye adalah wanita yang terhormat. Tuduhan
ini benar-benar nggak berdasar dan sangat memalukan,” sahut Yeriko.
Jantung
Anna berdegup sangat kencang saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut
Yeriko. Ia merasa kalau dirinya berada dalam bahaya.
Riyan
membisikkan sesuatu ke telinga Yeriko. Yeriko langsung mengedarkan pandangannya
ke seluruh ruangan. Ia langsung melangkah perlahan mendekati gadis berambut
pendek yang mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna black-pink dan rok mini.
Seluruh
tubuh Sofi gemetaran saat Yeriko melangkah ke arahnya. Ia sangat takut dengan
tatapan mata Yeriko yang berapi-api. Kakinya terus melangkah mundur hingga
tubuhnya bersandar di dinding. “Kenapa dia? Apa dia tahu kalau aku ...?”
batinnya dalam hati.
Yeriko
terus mendekatkan tubuhnya sambil menatap tajam mata Sofi. Melihat sikap Sofi
yang ketakutan, membuatnya semakin yakin kalau gadis itu yang telah memfitnah
istrinya. “Mana antingnya!?” tanya Yeriko dengan ekspresi dingin.
Semua
orang langsung menoleh ke arah Yeriko dan Sofi begitu mendengar pertanyaan yang
keluar dari mulut Yeriko.
Anna
juga ikut terperangah, ia tidak menyangka kalau Yeriko langsung mengajukan
pertanyaan tersebut. “Apa beneran dia yang udah ngambil antingku?” tanya Anna
dalam hati.
Mulut
Sofi bergetar. Ia tidak bisa berkata-kata. Tatapan Yeriko yang berapi-api
membuatnya tak berdaya.
“MANA
ANTINGNYA!” sentak Yeriko makin kesal.
Sofi
berusaha membuka mulutnya, namun seluruh tubuhnya sudah gemetaran. “A ... aku
... ngg ... nggak tahu,” jawab Sofi.
Yeriko
tersenyum sinis dan berbalik membelakangi Sofi. “Denger semuanya!” seru Yeriko.
“Ayuna itu istriku. Dia nggak mungkin tertarik sama anting murahan kayak gitu!”
Ia kembali menghampiri Yuna.
“Kalau
kamu masih nggak mau ngaku,” tutur Yeriko sambil menatap wajah Sofi. “Riyan
bakal bikin kamu ngaku!” Ia menoleh ke arah Riyan yang berdiri di belakangnya.
Riyan
menganggukkan kepala. Ia langsung mengeluarkan rekaman CCTV yang telah ia
dapatkan. Dari rekaman tersebut, terlihat seseorang yang keluar dari ruang rias
sambil memegang anting-anting kecil milik Anna.
“Itu
si Sari, kan?” tutur model yang lainnya.
“Sari?”
Anna semakin penasaran dan ikut melihat hasil rekaman CCTV tersebut.
“Iya,
itu Sari. Asistennya make-up artist yang udah make-up kita,” sahut model
lainnya.
“Wah
...! Iya, itu si Sari.”
Sofi
mengelus dada dan bernapas lega karena rekaman CCTV itu menunjukkan kalau Sari
yang telah mengambil anting-anting Anna.
Anna
langsung menatap Yuna yang berdiri di samping Yeriko. “Maaf, aku sudah nuduh
kamu yang ambil anting-antingku!”
Yuna
tersenyum sinis. Akhirnya, Yeriko telah membuktikan kalau dirinya tidak
bersalah dan membuat Anna meminta maaf kepada dirinya. “Aku maafin. Lain kali,
jangan nuduh orang sembarangan!”
Anna
tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia harus bersikap baik di depan Yeriko.
((
Bersambung ... ))
Terima kasih
sudah baca Perfect Hero sampai di sini. Jangan lupa kasih star vote biar aku
makin semangat update cerita terbarunya. Thank you so much yang udah ngasih
hadiah. I Love you ...
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment