Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Thursday, February 13, 2025

Perfect Hero Bab 110: Kekacauan Acara Fashion Show

 


“Sayang, sibuk ya?” tanya Yuna sambil memeluk Yeriko dari belakang.

 

“Lumayan. Kenapa?” tanya Yeriko sambil menatap laptop di ruang kerjanya.

 

“Nggak papa. Aku tidur duluan ya!”

 

Yeriko menganggukkan kepala. Ia memutar kursi dan menarik Yuna ke pangkuannya. “Cium dulu!” pintanya.

 

Yuna tersenyum kecil dan langsung mengecup bibir Yeriko. Ia bangkit dari pangkuan Yeriko dan langsung bergegas pergi. “Jangan lupa diminum kopi jahenya!” seru Yuna sambil membuka pintu ruang kerja Yeriko.

 

“Iya, Sayangku. Thank you so much,” sahut Yeriko.

 

Yuna tersenyum. Ia melangkah pergi menuju kamarnya.

 

Yuna langsung berbaring di tempat tidur sambil membuka ponselnya. Ia mendapati Jheni yang sudah meneleponnya beberapa kali. Tanpa pikir panjang, ia menelepon Jheni.

 

“Halo ...!” sapa Jheni begitu panggilan telepon Yuna tersambung. “Kamu ke mana aja sih, Yun? Aku telepon nggak diangkat-angkat.”

 

“Aku di ruang sebelah. Abis ngantar kopi buat suami aku.”

 

“Suami kamu masih kerja aja malam-malam gini?”

 

“He-em.” Yuna menganggukkan kepala.

 

“Pekerja keras memang,” celetuk Jheni.

 

“Iya. Biar bisa beli berlian. Hahaha.”

 

“Huft, enak banget jadi istri orang kaya ya? Beliin berlian mulu.”

 

“Yah, ada enaknya ... ada nggaknya juga. Kadang, aku khawatir sama dia kalau kerjanya sampai larut malam. Dia sering banget nggak tidur. Aku bingung, badannya dia itu terbuat dari apa ya?”

 

“Kayak robot. Hati-hati loh, walau kerja keras, tetap harus jaga kesehatan. Kamu, sebagai istrinya harus ngasih banyak perhatian ke dia! Kasih makanan bergizi. Biar nggak gampang sakit!”

 

“Siap, Bos! Kamu nelpon aku cuma mau nyeramahin aku doang?” tanya Yuna.

 

“Hehehe. Nggak sih. Ada yang mau aku ceritain ke kamu.”

 

“Apa?”

 

“Tadi sore, Amara dateng ke rumah sakit buat pamer hubungannya dia sama selingkuhannya itu. Ternyata, mereka malah udah nikah.”

 

“Terus, terus!?”

 

“Aku berantem sama Amara. Abisnya, dia datang cuma bikin Chandra makin sedih aja. Dia yang bikin Chandra kecelakaan. Eh, masih aja manas-manasin Chandra. Kalau Chandra bunuh diri gimana coba?”

 

“Iih ... kamu nih serem banget sih ngomongnya? Nggak mungkin Chandra bunuh diri. Dia nggak sebodoh itu.”

 

“Yes, I see. Eh, waktu si Amara pergi, Chandra meluk aku!” teriak Jheni.

 

Yuna langsung menjauhkan ponsel dari telinganya. “Bisa nggak kalau nggak teriak? Telingaku sakit, tahu!” dengus Yuna kesal.

 

“Hehehe. Abisnya aku terlalu senang.”

 

“Kok, bisa si Chandra meluk kamu? Gimana ceritanya?”

 

Jheni langsung menceritakan semua detil kejadiannya sejak ia sampai di rumah sakit sampai pulang ke rumah.

 

“Ciyee ... seharian bareng Chandra mulu nih?” goda Yuna.

 

“Iya,” jawab Jheni ceria.

 

“Kenapa nggak kamu gunain kesempatan itu buat nyatain perasaan kamu?” tanya Yuna.

 

“Idih ... gila! Masa aku yang nyatain cinta duluan? Lagian, situasinya lagi panas gitu. Kalo aku nyatain perasaanku, bakal ditolak mentah-mentah sama Chandra.”

 

“Mmh ... gitu ya?”

 

“Iya, Yun. Kamu bayangin aja! Bayangin!”

 

“Bayangin apaan?”

 

“Terserah! Yang penting bayangin aja dulu!” sahut Jheni sambil tertawa.

 

“Iih ... serius Jhen!” seru Yuna. “Aku penasaran sama hubungan kalian berdua.”

 

“Penasaran kenapa?”

 

“Kira-kira, si Chandra ada rasa juga nggak ya sama kamu?”

 

“Nggak tau juga, sih.” Suara Jheni terdengar sangat lirih. “Aku sih, berharapnya dia ada rasa juga sama aku. Tapi ...”

 

“Mmh ... saat ini masih asyik berteman. Aku takut dia nggak suka sama aku, Yun. Aku nggak pede jadi pasangannya dia.”

 

“Nggak pede gimana?”

 

“Iih ... kamu lihat sendiri kalau dia itu ganteng, putih, tinggi, cool, baik hati, lembut ... haduh, pokoknya dia itu cowok paling perfect di dunia ini. Aku ngerasa nggak pantes aja ada di samping dia. Bagai pungguk merindukan bulan.”

 

“Ah, kamu aja yang berpikir terlalu jauh. Aku juga awalnya begitu sama Yeriko. Selalu ngerasa nggak percaya diri. Kalau di deket dia, sering malu-malu kucing.”

 

“Kalau sekarang?”

 

“Malu-maluin. Hahaha.” Yuna tergelak. Ia dan Jheni asyik berbicara lewat telepon hingga larut malam.

 

“Belum tidur?” tanya Yeriko saat masuk ke dalam kamar.

 

“Belum,” jawab Yuna santai. “Eh, aku tutup teleponnya ya!” pamit Yuna pada Jheni. “Suamiku udah masuk kamar nih.”

 

“Hmm ... oke. Selamat bercinta!”

 

“Idih, apa-apaan sih!?”

 

Jheni langsung mematikan sambungan teleponnya.

 

“Teleponan sama siapa?” tanya Yeriko sambil berbaring di samping Yuna.

 

“Jheni,” jawab Yuna sambil meletakkan ponselnya ke atas meja. “Kerjaan kamu baru selesai?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

Yuna langsung memeluk tubuh Yeriko. “Apa kamu nggak bisa lebih banyak istirahat daripada kerja?” tanya Yuna. “Aku perhatikan, beberapa hari terakhir ini kamu sibuk banget. Kalau nggak pulang kerja sampai malam, lembur di rumah sampai larut malam juga.”

 

Yeriko tersenyum sambil mengelus lembut pundak Yuna. “Kerjaan lagi padet banget. Banyak hal yang harus aku urus. Nanti, kalau udah kelar semua, pasti banyak waktu buat istirahat.”

 

Yuna tersenyum. Ia membenamkan wajahnya di dada Yeriko dan langsung tertidur pulas.

 

 

 

Keesokan harinya ...

 

Yuna dibuat heboh dan panik saat Manager proyek meneleponnya dan meminta pertanggung-jawaban Yuna atas kegiatan Fashion Show yang diselenggarakan oleh perusahaan tempat ia bekerja. Selain sebagai sponsor, ia juga ikut bertanggung jawab pada beberapa hal.

 

“Kamu kenapa?” tanya Yeriko saat sarapan pagi dan mendapati istrinya terburu-buru.

 

“Ada masalah sama persiapan acara Fashion Show. Aku berangkat duluan pakai taksi.” Yuna langsung berlari sambil mencomot satu potong roti bakar buatan Bibi War.

 

“Eh!?” Yeriko mengerutkan dahi melihat sikap istrinya. “Bukannya aku juga bisa antar kamu?” gumamnya sambil menggelengkan kepala. Namun, Yeriko tak mengejar Yuna dan tetap melanjutkan sarapannya.

 

Yuna sudah memesan taksi online. Ia langsung menuju ke venue. Di sana, ada Bellina dan Lili yang juga membantu persiapan acara fashion show.

 

Yuna terkejut saat baru keluar dari taksi dan langsung ditodong microphone oleh beberapa wartawan. Semua orang langsung mengajukan banyak pertanyaan pada Yuna dan ia tidak bisa memberikan jawaban.

 

“Nanti ya, Mbak, Mas!” jawab Yuna tenang. “Kami akan lakukan konferensi pers setelah semuanya jelas,” tutur Yuna sambil tersenyum manis.

 

“Tapi, Mbak ... apakah Mbak tidak mengetahui ...?” Beberapa wartawan tetap saja mengajukan pertanyaan tanpa henti.

 

Yuna makin bingung. Salah seorang security yang melihat kejadian ini, langsung menyelamatkan Yuna dan mengawalnya sampai masuk ke dalam gedung salah satu mall yang akan menjadi tempat fashion show berlangsung.

 

“Yuna! Kenapa baru dateng? Di sini sudah heboh dari semalam!” sentak Lian.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam. “Sorry ...!”

 

“Kata Citra, semalam dia nelpon kamu dan hp kamu nggak aktif? Kamu tahu nggak kalau acara ini penting banget? Mereka sampai nggak tidur demi acara ini dan malah kacau kayak gini.”

 

“Hp-ku kehabisan baterai semalam. Aku udah tidur,” jawab Yuna santai. Ia langsung mengumpulkan beberapa panitia penyelenggara dan melakukan meeting dadakan.

 

Yuna mencari solusi terbaik. Ia bahkan mengeluarkan uang pribadi untuk menyelesaikan masalah persiapan  fashion show.

 

“Gimana dengan wartawan yang udah nunggu di luar?” tanya salah satu panitia.

 

“Bilang aja ke mereka kalau itu cuma rumor. Semua akan berjalan baik-baik aja. Ini murni kecelakaan. Pekerja yang terluka sudah ditangani dengan baik kan?”

 

“Iya. Cuma luka ringan. Nggak ada masalah.”

 

“Oke. Satu jam lagi, property yang baru akan datang. Pastikan semuanya aman saat dipasang sampai acara selesai!”

 

Semua panitia menganggukkan kepala.

 

Yuna menarik napas lega. Kecelakaan yang terjadi secara tiba-tiba memang di luar dugaan. Banyak hal yang sudah dipersiapkan sangat matang dan tetap saja terjadi masalah. Ia berharap, acaranya akan berjalan dengan lancar karena masih memiliki waktu beberapa jam lagi untuk memperbaiki lokasi acara yang berantakan.

 

 

(( Bersambung ... ))

Thanks buat temen-temen yang udah setia baca Perfect Hero sampai di sini. Makasih banyak untuk apresiasi yang begitu besar. Jangan sungkan sapa aku di kolom komentar ya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas