“Kenapa minta
maaf? Kamu sadar salahmu apa?”
Harry
menengadahkan kepala menatap orang yang berdiri menjulang di hadapannya. “Ma …
maaf, Pak Ye! Saya nggak bermaksud mengambil Amara. Dia yang terus mengejar dan
menjerat saya untuk masuk ke dalam hidupnya. Saya bisa meninggalkan dia
sekarang juga.”
Yeriko tersenyum
sinis. “Kamu tahu kalau Amara sudah punya tunangan?”
Harry
menganggukkan kepala.
“Tahu tunangannya
siapa?”
Harry mengangguk
lagi. “Chandra Muchtar,” jawabnya lirih.
“Kamu tahu Chandra
Muchtar itu siapa?”
Harry
menganggukkan kepala.
“Dia bisa bikin
bisnis ayah kamu bangkrut hanya dengan satu coretan tangannya. Ngerti
maksudnya?”
Harry
menganggukkan kepala. “Saya minta maaf. Saya bersedia meninggalkan Amara
sekarang juga.”
Yeriko tersenyum
sinis. Ia membungkukkan tubuhnya di depan Harry. “Sudah berapa kali kamu
nidurin tunangannya Chandra?”
“Saya nggak
ngitung,” jawab Harry lirih.
“Kamu tahu aku ini
siapa?” tanya Yeriko sambil menatap lekat wajah
Harry.
Harry
menganggukkan kepala perlahan. “Tuan Yeriko. Yeriko Sanjaya Hadikusuma.
Direktur Utama dan CEO Galaxy Group.”
Yeriko tersenyum
kecil sambil menepuk-nepuk pipi Harry. “Kamu memang beneran pengusaha. Tapi …
sayangnya perusahaan yang kamu pegang, nggak bisa menghasilkan uang yang lebih
banyak.”
Harry mengangguk
pelan. Ia tidak bisa mengelak tentang kondisi keuangan perusahaannya. Sebanyak
apa pun uang yang bisa ia hasilkan, selalu ia habiskan untuk bersenang-senang.
“Aku bisa bantu
kamu menghasilkan uang lebih banyak,” tutur Yeriko sambil berjalan menuju sofa
dan duduk santai sambil menatap Harry. “Kamu bisa memegang kendali sepenuhnya
atas perusahaan ayah kamu dan bisa bikin bisnis kamu meningkat dalam waktu
dekat.”
Harry tertegun
sesaat mendengar ucapan Yeriko. Ia tidak menyangka kalau Yeriko akan memberikan
bisnis besar untuk perusahaannya. Ia langsung terlihat sumringah. Ia bangkit
dan langsung menghampiri Yeriko.
“Apa beneran
bisa?” tanya Harry.
Yeriko mengangguk
kecil. “Bukan hal yang sulit untuk seorang Tuan Ye,” jawab Yeriko angkuh.
“Gimana caranya?”
tanya Harry.
Yeriko langsung
memberi isyarat pada Riyan untuk memberikan dokumen yang telah ia persiapkan
sebelumnya.
Riyan langsung
menyodorkan dokumen tersebut ke hadapan Harry.
“Apa ini?” tanya
Harry sambil mengernyitkan dahinya.
“Baca!” perintah
Yeriko.
Harry langsung
membuka dokumen tersebut dan membacanya.
“Gimana?” tanya
Yeriko.
Mata Harry
berbinar melihat dokumen yang ada di tangannya. “Ini beneran?” tanyanya saat
melihat nilai uang yang begitu banyak.
Yeriko
menganggukkan kepala. “Kamu bisa dapetin semua itu. Asal kamu mau setuju dengan
syaratnya.”
Harry
menganggukkan kepala. Selain mendapatkan banyak uang, ia juga bisa menguasai
sepenuhnya perusahaan milik ayahnya. Ia akan memiliki banyak uang untuk
bersenang-senang.
“Aku bakal
ninggalin Amara sekarang juga!” tegas Harry. “Pulpen mana pulpen?” tanyanya
pada Riyan. Ia tak sabar menandatangani dokumen yang ada di tangannya.
“Aku nggak minta
kamu buat ninggalin Amara,” sahut Yeriko.
“Eh!? Terus?”
Harry menaikkan kedua alisnya. Ia bingung karena tidak mengerti sama sekali
maksud hati Yeriko. Bukankah ia telah berselingkuh dengan Amara dan menyebabkan
Chandra menderita? Kenapa Yeriko justru tidak menginginkan Harry meninggalkan
Amara?
“Uang yang aku
kasih ke kamu ini, harus kamu gunakan untuk menikahi Amara secepatnya!” pinta
Yeriko.
“Hah!? Menikah!?”
Harry menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kenapa?
Keberatan? Aku bisa bikin perusahaan kamu maju atau bangkrut dalam sekejap!”
tegas Yeriko.
“Jangan, Pak Ye!
Aku bakal ngurus pernikahanku sama Amara malam ini juga,” sahut Harry.
“Bagus. Setelah
sah menikah, kamu dan Amara harus nemuin Chandra di rumah sakit. Tunjukkan ke
Chandra kalau kalian sudah resmi menjadi sepasang suami istri!” pinta Yeriko.
Harry langsung
membelalakkan matanya. “Tapi … apa itu tidak akan memperburuk keadaan Chandra?”
“Soal Chandra, aku
jauh lebih tahu dia daripada kamu!” tegas Yeriko.
“Baik, Pak Ye!”
Harry menganggukkan kepala dan menuruti semua perintah Yeriko.
Yeriko menatap
Harry dingin. Ia langsung melemparkan pena ke hadapan Harry. “Setelah semuanya
selesai, jangan pernah muncul ke hadapan Chandra lagi!”
Harry mengangguk
dan langsung menandatangani dokumen yang sudah ada di tangannya.
Yeriko tersenyum
puas. Ia langsung meminta Harry segera keluar dari kamarnya.
“Pak Bos, mau
nginap di sini atau pulang?” tanya Riyan begitu Harry pergi.
“Pulang.”
“Oh, oke. Mau saya
antar?”
“Nggak usah. Aku
pulang sendiri aja.”
Riyan
menganggukkan kepala.
Yeriko bangkit dan
keluar dari kamar hotel. Ia bergegas meninggalkan hotel dan pulang ke rumahnya.
Sesampainya di
rumah, Yeriko melihat Yuna yang sudah tertidur pulas di sofa ruang tamu. Ia
tersenyum kecil sambil menghampiri Yuna. Menatap istrinya beberapa saat dan
mengecup keningnya.
Yuna membuka
matanya perlahan saat ia merasakan sentuhan di keningnya. Ia langsung duduk
begitu melihat Yeriko sudah ada di hadapannya. “Sudah pulang?” tanya Yuna.
Yeriko mengangguk
sambil tersenyum. “Kamu nungguin aku pulang?”
Yuna menganggukkan
kepala sambil merapikan rambutnya.
“Kenapa nggak
nunggu di kamar aja?”
“Kalau aku nunggu
di kamar, aku nggak akan tahu kamu pulang,” jawab Yuna sambil bangkit dari
sofa. “Aku bikinkan minum dulu. Kamu pasti capek kan?”
Yeriko
menganggukkan kepala. Ia menatap tubuh Yuna yang berjalan menuju dapur. Ia
tersenyum kecil. Ada rasa bahagia yang tak bisa ia ungkapkan saat istrinya
memberikan perhatian kecil kepadanya. Ia tidak menyangka kalau Yuna rela tidur
di sofa hanya untuk menunggunya pulang ke rumah.
“Ada urusan apa di
hotel malam-malam? Ketemu klien?” tanya Yuna sambil menyuguhkan susu jahe ke
hadapan Yeriko.
Yeriko
menganggukkan kepala. “Aku lagi ngelarin masalah Chandra?”
“Chandra?” Yuna
mengerutkan dahinya.
“Iya. Amara sama
selingkuhannya itu ada di dalam kamar hotel.”
“Kamu ngintipin
orang lagi berhubungan…?”
Yeriko tersenyum
kecil. “Nggaklah. Aku cuma ngajak Harry ketemu setelah mereka
bersenang-senang.”
“Terus?”
“Aku suruh dia
menikahi Amara secepatnya.”
“What!? Kamu gila
ya!?
“Gila kenapa?”
“Bukannya itu
bakal memperburuk kondisi Chandra? Kalau dia tahu, dia bakal tambah sakit.”
Yeriko tersenyum
kecil. “Sakitnya cuma sebentar. Setelah itu, dia bakal ngelupain Amara dan
nggak akan berharap lagi.”
“Kamu sadis
banget, sih?” celetuk Yuna.
“Sadis gimana?
Bagus kan? Jadi, Chandra udah nggak perlu berharap lagi sama Amara kalau Amara
sudah nikah sama cowok lain.”
“Tapi, Yer … ini
terlalu kejam. Aku nggak sanggup ngebayanginnya. Dia aja belum sembuh karena
tahu kalau tunangannya selingkuh. Gimana kalau dia tahu si Amara lebih milih
cowok lain?”
“Tenang aja! Dia
itu cowok. Nggak bakal baperan kayak cewek,” sahut Yeriko.
Yuna menghela
napas. “Ya udah, deh. Terserah kamu. Gimana baiknya aja menurut kamu.”
Yeriko tersenyum
kecil sambil menyesap minuman yang telah dibuatkan istrinya.
“Mau mandi
sekarang? Aku siapin air hangat.”
Yeriko menarik
lengan Yuna dan memeluk Yuna ke pangkuannya.
“Suami kamu baru
aja sampai rumah. Apa nggak ada sambutan yang lebih manis lagi dari susu jahe
ini?” tanya Yeriko sambil menempelkan hidungnya ke hidung Yuna.
“Mmh … apa ya?”
sahut Yuna sambil menahan tawa.
“Pura-pura nggak
tahu pula.” Yeriko langsung mengecup bibir Yuna.
Yuna tersenyum
kecil dan balas mengecup semua wajah Yeriko berkali-kali. “Aku siapin air
hangat dulu buat kamu mandi,” pamitnya sambil bangkit dari pangkuan Yeriko.
Yeriko tersenyum
sambil menganggukkan kepala. Ia merasa kalau Yuna sangat mengagumkan dan terus
memberikan perhatian lebih untuknya. Sejak masuk ke rumah ini, Yuna telah
memberikan banyak kehangatan untuknya dan keluarganya.
(( Bersambung ... ))
Thanks buat temen-temen yang udah setia baca Perfect Hero
sampai di sini. Makasih banyak untuk apresiasi yang begitu besar. Jangan
sungkan sapa aku di kolom komentar ya!
Happy Eid Mubarak! Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon maaf
lahir dan batin ...
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment