Cerita Kehidupan yang Menginspirasi dan Menghibur by Rin Muna a.k.a Vella Nine

Tuesday, February 11, 2025

Perfect Hero Bab 101 : Masakan Istimewa || a Romance Novel by Vella Nine

 



Yuna kembali ke rumah dan tertegun melihat Yeriko yang sedang memasak di dapur. Ia langsung menghampiri suaminya, menopang wajah dengan kedua telapak tangan sambil memperhatikan wajah Yeriko.

 

“Udah pulang?” tanya Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Tumben masak, ada angin apa nih?”

 

Yeriko tersenyum sambil menatap Yuna. “Ada sesuatu yang spesial.”

 

“Apa itu?”

 

“Kamu.”

 

Pipi Yuna langsung merona mendengar ucapan Yeriko. “Gombal!” celetuknya. “Masak apa? Mau aku bantu?”

 

“Nggak usah. Hari ini aku mau masak spesial buat kamu.”

 

“Hmm ... tumben banget? Ada apa sih?” tanya Yuna.

 

“Nggak ada apa-apa. Bukannya aku juga biasa masak buat kamu? Kamu udah lupa?”

 

Yuna menggeleng sambil tersenyum.

 

“Lebih baik, kamu pergi mandi dulu!” pinta Yeriko.

 

“Aku udah mandi di rumah Jheni.”

 

“Kalau gitu, kamu duduk di sana! Jangan ganggu konsentrasiku!”

 

“Hmm ... oke.” Yuna tersenyum sambil membalikkan tubuhnya.

 

Yeriko tersenyum sambil melanjutkan memasak beberapa hidangan istimewa kesukaan istrinya.

 

Yuna kembali berbalik dan berlari menghampiri Yeriko. Ia langsung memeluk Yeriko dari belakang. “Makasih buat semuanya!”

 

Yeriko memutar tubuhnya dan menatap Yuna lekat. “Sebentar lagi, masakanku selesai. Nyonya Ye bisa tunggu di meja makan?” tanya Yeriko sambil tersenyum manis. Ia menatap manik mata Yuna dan langsung mengecup bibir mungil istrinya.

 

Yuna tersenyum dan bergegas melangkah menuju ruang makan.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko sudah datang menghidangkan beberapa masakan istimewa untuk Yuna.

 

“Wah ...! Ini beneran kamu yang masak semua?”

 

“Bukan. Jin yang masak,” sahut Yeriko sambil melepas apron dari tubuhnya.

 

Yuna terkekeh mendengar ucapan Yeriko. Ia menatap hidangan yang ada di depannya. “Mmh ... udah boleh makan nih?” tanya Yuna penuh semangat.

 

Yeriko mengangguk dan duduk di hadapan Yuna.

 

Yuna tersenyum dan langsung melahap makanan yang ada di atas meja satu persatu.

 

“Gimana? Enak?” tanya Yeriko.

 

“He-em,” jawab Yuna dengan mulut penuh makanan. “Enak banget!”

 

Yeriko tersenyum. Ia selalu bahagia setiap kali melihat Yuna makan.

 

“Yun, kapan kamu nggak nafsu makan?”

 

“Eh!? Kenapa?”

 

“Aku perhatikan, nafsu makan kamu selalu tinggi. Apa bener-bener nggak pernah kehilangan nafsu makan?”

 

“Pernah. Waktu kamu marah sama aku dan nggak pulang semalaman.”

 

“Maaf! Jangan ungkit lagi soal itu.”

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko.

 

“Tapi ... kenapa kamu nggak gemuk-gemuk juga?” tanya Yeriko. “Makanannya pergi ke mana?”

 

“Hmm ... nggak tahu juga. Kenapa? Kamu pengen aku jadi gemuk?”

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala.

 

Yuna memonyongkan bibirnya. “Kamu lebih suka aku jadi jelek?”

 

“Kamu pasti makin cantik kalau gemuk,” ucap Yeriko sambil mencubit hidung Yuna.

 

“Sekarang aja bilang gitu. Ntar kalo aku udah gemuk, kamu malah ngelirik cewek lain yang lebih cantik dan seksi.”

 

“Nggak. Aku tetep sayang sama kamu walau kamu jadi orang paling gemuk di dunia.”

 

“Preet ...!”

 

“Kok, pret sih!?”

 

“Kamu ... semakin hari makin lincah nge-gombal,” celetuk Yuna.

 

Yeriko tertawa kecil menanggapi celetukan Yuna.

 

“Eh, tadi aku besuk Chandra di rumah sakit bareng Jheni. Menurut kamu, mereka cocok nggak?”

 

Yeriko menaikkan satu alisnya saat mendengar pertanyaan Yuna. “Maksud kamu?”

 

“Mmh ... Jheni kan jomblo. Chandra juga abis putus sama tunangannya. Gimana kalau kita jodohin aja mereka?”

 

“Emangnya masih zaman jodoh-jodohan kaya Siti Nurbaya?”

 

“Hmm ... yah, setidaknya kita bisa bantu Chandra buat move on, kan?”

 

“Emang harus gitu?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Cara paling ampuh untuk menyembuhkan patah hati adalah dengan jatuh cinta lagi. Aku lihat, Jheni peduli banget sama Chandra. Chandra juga nggak menolak kehadiran Jheni.”

 

“Masa sih?” Yeriko mengernyitkan dahinya.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Kamu tahu nggak?”

 

“Nggak.”

 

“Iih ... aku belum kelar ngomong!” dengus Yuna.

 

Yeriko tertawa kecil.

 

“Waktu aku masuk ruangan Chandra. Dia lagi disuapin sama Jheni. Mmh ... kalo dilihat dari raut wajahnya, Chandra kelihatan happy aja tuh bareng Jheni.”

 

“Hmm ... berita bagus.”

 

“Iya kan? Mereka cocok kan?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Tapi, kita nggak usah urusin hubungan orang lain. Mending, kita pikirin hubungan kita aja!”

 

“Kita? Emangnya kita kenapa?”

 

“Rencana pesta pernikahan kita gimana?” tanya Yeriko.

 

“Tenang aja! Mama Rully udah mempersiapkan semuanya dengan baik,” jawab Yuna sambil memainkan kedua alisnya.

 

Yeriko mulai mengumpulkan piring bekas makan mereka dan membawanya ke dapur.

 

Yuna juga ikut membereskan meja makan dan mencuci piring di dapur. “Oh ya, Bibi War ke mana ya?” tanya Yeriko.

 

“Lagi ke rumah Mama Rully.”

 

“Oh.” Yuna langsung melanjutkan mencuci piring.

 

“Ehem!” Yeriko berdeham.

 

Yuna langsung menoleh ke arah Yeriko. Ia mengelap tangannya setelah selesai mencuci piring. “Kenapa?”

 

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Yeriko menarik pinggang Yuna dan memeluknya.

 

“Ngomong apa?”

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.

 

Yuna menaikkan kedua alisnya. Menunggu Yeriko mengatakan sesuatu. Beberapa saat berlalu, Yeriko belum juga membuka mulutnya.

 

“Mau ngomong apa sih? Bikin aku penasaran aja.”

 

Yeriko menempelkan dahinya ke dahi Yuna. “Aku bingung harus mulai dari mana.”

 

“Dari mana aja! Aku bakal dengerin semuanya.”

 

Yeriko kembali menarik napas. Hal ini membuat Yuna semakin penasaran dan menerka-nerka sendiri.

 

“Kenapa sih?”

 

“Orang yang ditabrak Chandra kemarin malam ... namanya Refina.”

 

“Terus?”

 

“Dia ... mantan pacarku.”

 

Yuna tertegun mendengar pernyataan Yeriko. “Bukannya ... kamu nggak pernah pacaran?”

 

“Selama tiga tahun belakangan ini, aku emang nggak pernah pacaran. Lebih tepatnya, setelah berpisah dari Refina ... aku nggak pernah dekat dengan siapa pun.”

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Apa dia ... orang yang pernah berarti di hati kamu?”

 

“Dulu begitu. Sejak dia ninggalin aku tiga tahun lalu. Kami nggak pernah ada hubungan apa-apa lagi.”

 

“Kenapa dia ninggalin kamu?”

 

“Dia pergi ke Paris. Katanya, mau mengejar mimpinya sebagai Ballerina. Dia mutusin aku dan ...” Yeriko menundukkan kepalanya. Ia merasa sangat takut jika pernyataannya akan melukai hati Yuna.

 

Yuna melingkarkan lengannya di pundak Yeriko. “Aku tahu gimana sulitnya hal yang harus kamu hadapi. Setidaknya, kamu sekarang sudah punya aku. Aku nggak akan ninggalin kamu dalam keadaan tersulit sekalipun.”

 

“Yun ...!” panggil Yeriko lirih sambil menatap lekat mata Yuna.

 

“He-em.”

 

“Kamu nggak marah?”

 

“Marah kenapa? Bukannya itu masa lalu?”

 

Yeriko menarik napas lega. “Aku takut ... kamu bakal salah paham dan marah kalau tahu Refina balik ke sini.”

 

“Apa alasannya aku marah?”

 

“Karena dia ... ngajak balikan.”

 

Yuna mengernyitkan dahinya. “Oh ya? Terus, kamu bilang apa ke dia?” tanyanya sambil tersenyum. Walau hatinya terasa sangat sakit mendengarnya. Haruskah ia kehilangan Yeriko di saat ia merasa kalau Yeriko adalah pria yang paling mencintainya.

 

“Aku sudah menikah dan cuma kamu satu-satunya wanita yang akan aku cintai untuk masa depanku,” jawab Yeriko sambil tersenyum.

 

“Oh ya? Makasih!” ucap Yuna sambil menyandarkan kepalanya di dada Yeriko.

 

Yeriko mengelus lembut kepala Yuna. Baginya, tidak ada wanita lain yang bisa dengan mudah menerima rasa sakit. Ia tahu kalau perasaan Yuna tidak nyaman dengan kehadiran Refina di antara mereka.

 

“Apa pun yang akan kita hadapi ke depannya. Berjanjilah untuk selalu terbuka dan percaya!” pinta Yuna.

 

“He-em.” Yeriko mengangguk dan mengecup ujung kepala Yuna. “Aku janji, nggak akan ninggalin kamu. Apa pun yang akan terjadi, kita akan tetap bersama.”

 

Yuna menengadahkan kepalanya sambil tersenyum menatap Yeriko. “Kita akan tetap bersama. Sampai tua?”

 

Yeriko mengangguk dan mengulum bibir Yuna selama beberapa menit.

 

Yuna merasa sangat bahagia karena Yeriko selalu menyayanginya. Kini, ia mulai mengerti bagaimana perasaan Yeriko saat mengetahui ada orang lain yang mengejar Yuna.

 

Pasti rasanya sangat ngilu saat mengetahui kalau ada pria lain yang sedang mengejar Yuna. Seperti hati Yuna yang ngilu saat mengetahui kalau masa lalu Yeriko, kembali lagi dan berusaha merebut hati Yeriko dari genggamannya.

 

 

(( Bersambung ... ))

Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas