“Suster, apa kamu tahu ruang rawatnya Chandra Muchtar?”
tanya Refina.
“Chandra Muchtar? Yang korban kecelakaan sama-sama Mbak
Refina?”
“Iya.” Refina menganggukkan kepala.
“Tahu, Mbak.”
“Tolong antarkan saya ke ruangannya ya!” pinta Refina.
“Saya mau lihat keadaannya.”
Perawat tersebut menganggukkan kepala. Ia mengambil kursi
roda dan membantu Refina untuk turun dari ranjangnya. Ia langsung mengantarkan
Refina sampai ke depan pintu ruang rawat Chandra.
“Sampai sini aja, Sus!” pinta Refina.
Suster tersebut mengangguk. Ia membantu Refina membuka
pintu dan membiarkan Refina masuk sendirian menggunakan kursi rodanya.
“Refina?” Chandra mengernyitkan dahi sambil menatap
Refina yang tiba-tiba menghampirinya. “Kamu dirawat di sini juga?”
Refina tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Mobil yang
kamu tabrak itu mobilku.”
“Oh ya? Aku minta maaf karena udah bikin kamu jadi kayak
gini. Aku bener-bener nggak sengaja nabrak mobil kamu.”
Refina tersenyum menatap Chandra. “Nggak papa. Ini cuma
kecelakaan. Nggak ada yang mau seperti ini.”
“Kamu ... bukannya lagi di Paris? Kapan balik ke sini?”
tanya Chandra sambil mengangkat tubuhnya dan duduk di ranjangnya.
“Sudah di sini seminggu yang lalu.”
“Udah lama banget nggak ketemu. Lagi liburan?” tanya
Chandra.
Refina menggelengkan kepala. “Aku balik ke sini karena
Yeriko,” jawab Refina lirih. “Sayang banget, saat aku balik, dia udah nikah
sama perempuan lain.”
Chandra tersenyum kecil menatap Refina. “Positif thinking
aja. Mungkin, kalian emang nggak jodoh.”
Refina tersenyum. “Selama tiga tahun ini, aku nggak bisa
ngelupain Yeriko. Aku pengen balik seperti dulu lagi.”
“Tapi, Ref ... Yeriko sudah nikah. Kamu masih berniat
buat balik sama dia?”
Refina tersenyum kecil. “Cinta memang bikin kita jadi
bodoh dan gila. Aku tahu kalau dia sudah nikah, tapi aku masih pengen ngejar
dia dan nggak mau ngelepasin dia gitu aja.”
“Yeriko sangat menyayangi istrinya. Sebaiknya, kamu
jangan merusak kebahagiaan mereka. Kamu harus ingat apa yang kamu lakuin ke
Yeriko tiga tahun lalu. Saat itu, dia merasa hatinya sangat hancur.”
“Aku tahu kalau aku salah, Chan. Makanya, aku datang ke
sini untuk memperbaiki semuanya. Aku nggak peduli sama status Yeriko yang
sekarang. Aku tetep pengen dia balik ke aku lagi!” tegas Refina.
Chandra tersenyum sinis. “Kamu masih nggak berubah. Masih
aja ambisius dan nggak bisa mengendalikan diri. Yeriko nggak akan tertarik sama
perempuan kayak kamu.”
Refina mengerutkan bibirnya. “Aku balik ke sini karena
mau memperbaiki semuanya. Aku nggak nyangka kalau kalian nggak ada yang mau
menerima aku dan ngasih aku kesempatan,” tuturnya sambil memasang wajah pilu.
Chandra menatap Refina. “Ref, kita semua tahu gimana kamu
dulu memperlakukan Yeriko. Saat dia sayang sama kamu, kamu nyia-nyiain dia.
Sekarang, dia udah bahagia dan jangan ganggu dia lagi!”
Refina terdiam mendengar ucapan Chandra. Kedua sahabat
Yeriko, tak ada yang mendukungnya untuk kembali pada Yeriko. Tapi, ia tetap
bertekad untuk mengejar Yeriko dan membuat Yeriko kembali ke sisinya.
Di saat yang sama, Jheni sampai di depan ruang rawat
Chandra dan mendengar semua pembicaraan Chandra dari balik pintu. Ia telah
mendengarkan semua cerita tentang masa lalu Yeriko dan Refina. Ia menarik napas
panjang dan merasa iba saat mengingat wajah Yuna yang polos. Ia mulai
mengkhawatirkan hubungan Yuna dan suaminya.
Jheni menenangkan hatinya. Ia memegang gagang pintu dan
membukanya perlahan. “Sore ...!” sapa Jheni seolah-olah tak mendengarkan apa
pun.
Chandra langsung tersenyum begitu melihat Jheni masuk.
“Sore ...! Kamu tahu aku dirawat di sini?”
Jheni tersenyum sambil menghampiri Chandra. “Gimana
keadaan kamu?”
“Sudah lumayan.”
“Oh ya, aku bawain sup buat kamu. Udah makan?”
Chandra menggelengkan kepala. “Kamu masak sendiri?”
Jheni mengangguk sambil tersenyum. Kemudian, ia menoleh
ke arah Refina yang duduk di samping ranjang Chandra.
“Oh ya, kenalin ... ini Jheni, sahabatnya Yuna,” sela
Chandra memperkenalkan Jheni pada Refina.
Jheni tersenyum sambil mengulurkan tangannya. “Jheni.”
“Refina,” sahut Refina sambil membalas uluran tangan
Jheni.
“Mmh ... kamu ... pacarnya Chandra?” tanya Refina.
“Eh!?” Jheni dan Chandra saling pandang. “Bukan!” jawab
Jheni. “Kami cuma temenan. Kebetulan, sahabatku istrinya Yeriko. Jadi, kami
memang saling mengenal dan berteman.
“Oh, aku kira kamu pacarnya Chandra?”
Jheni tersenyum menatap Refina. Dalam hati ia mengaminkan
ucapan yang keluar dari mulut Refina. Ia sangat berharap kalau suatu hari nanti
bisa menjadi pacar Chandra.
“Bukan,” jawab Jheni sambil tersenyum. “Kamu sendiri,
siapanya Chandra?”
“Aku yang nabrak mobil dia,” sahut Chandra.
“Hah!? Jadi, kalian kecelakaan bareng?”
Chandra dan Jheni menganggukkan kepala.
“Kamu nggak papa?” tanya Jheni sambil menatap Refina.
“Nggak papa. Aku cuma cedera kaki dan nggak tahu masih
bisa sembuh atau nggak.”
“Maaf, aku jadi ngerasa bersalah karena menyebabkan kaki
kamu seperti ini,” tutur Chandra.
“Nggak papa. Semuanya karena kecelakaan.”
Jheni menatap Chandra dan Refina bergantian. Ia merasa
suasananya semakin canggung karena kasus kecelakaan yang menimpa mereka.
“Mmh ... kamu mau makan?” tanya Jheni sambil membuka
kotak sup yang dibawanya.
“Boleh,” jawab Chandra.
Jheni tersenyum dan menyiapkan sup yang masih hangat
untuk Chandra.
“Aw ...!” Chandra meringis saat tangan kanannya yang
masih dibalut perban sulit untuk digerakkan.
“Biar aku suapin!” pinta Jheni.
“Ehem ...! Aku balik dulu ya!” pamit Refina. Ia merasa
menjadi obat nyamuk melihat Chandra dan Jheni yang begitu akrab.
“Eh!? Mau aku antar? Ruangan kamu di mana?” tanya Jheni.
“Nggak usah. Aku bisa sendiri,” jawab Refina. Ia langsung
memutar kursi rodanya dan bergegas keluar dari ruangan Chandra.
Jheni menghela napas. Ia mulai menyuapkan makanan ke
mulut Chandra. “Dia ... mantan pacarnya Yeriko?” tanya Jheni sambil menatap
pintu ruangan yang sudah tertutup.
“Kamu denger pembicaraan kami?” tanya Chandra berbisik.
Jheni menganggukkan kepala.
Chandra menarik napas. Ia merasa tidak ada lagi yang
perlu dia sembunyikan dari Jheni. “Iya. Dia cinta pertamanya Yeriko.”
“Apa dia bener-bener mau balik sama Yeriko?”
“Berharapnya nggak.”
“Why?”
“Karena ... dia sudah mencampakkan Yeriko.”
“Tapi ... dia cinta pertamanya Yeriko. Pasti sulit banget
buat dilupain sama Yeriko. Gimana sama Yuna kalau seandainya Yeriko balik ke
dia lagi?” tanya Jheni sambil menggigit bibirnya.
“Jangan bilang apa pun ke Yuna!” pinta Chandra.
“Kenapa?”
“Yeriko sudah pesan seperti itu. Jangan ada yang ngasih
tahu identitas Refina. Dia pasti akan merasa lebih sakit saat mengetahui
kenyataan dari orang lain. Yeriko yang akan mengatakannya sendiri.”
“Kamu yakin kalau Yeriko bakal jujur ke Yuna soal masa
lalunya?”
Chandra menganggukkan kepala. “Dia nggak pernah
mengkhianati ucapannya sendiri.”
Jheni menarik napas dalam-dalam. “Aku harap, ini nggak
akan melukai Yuna. Yuna masih terlalu polos. Dia juga sayang banget sama
Yeriko. Aku nggak akan bisa lihat dia sedih.”
Chandra tersenyum kecil. “Percayalah! Semua akan
baik-baik aja. Yeriko pasti memperlakukan Yuna dengan baik.”
Jheni menganggukkan kepala. Ia dan Chandra langsung
menoleh ke arah pintu ruangan yang terbuka.
“Sore ...!” sapa Yuna dengan wajah yang ceria.
“Sore ...!” balas Chandra dan Jheni bersamaan.
“Ciyee ... udah kompak aja jawabnya,” goda Yuna.
Jheni dan Chandra tertawa kecil.
“Kamu, bisa aja,” celetuk Chandra sambil tersenyum
menatap Yuna.
“Oh ya, Yeriko mana?” tanya Yuna sambil mengedarkan
pandangannya.
“Udah pulang,” jawab Chandra. “Kamu ke sini sama siapa?”
“Sama Jheni,” jawab Yuna sambil tersenyum.
“Kok, nggak barengan masuknya?”
“Aku masih nengokin ayah dulu.”
“Oh iya. Ayah kamu dirawat di sini juga ya? Aku hampir
lupa.”
Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Gimana keadaan kamu?
Udah enakan?”
Chandra menganggukkan kepala sambil menatap Yuna. Ia
merasa senyuman Yuna begitu tulus dan membuat semua orang yang melihatnya juga
ikut senang.
“Kenapa lihatin aku kayak gitu?” tanya Yuna yang
menyadari tatapan Chandra.
“Eh!? Nggak papa. Kenapa sore-sore kayak gini baru ke
sini? Ntar pulangnya malam. Aku bisa dimarahi sama Yeriko.”
“Hahaha. Apa hubungannya sama Yeriko?”
“Yah, karena aku membiarkan kamu membesuk aku sampai
malam.”
“Oh ... jadi, kamu pengen aku cepet-cepet pergi dari
sini? Biar bisa berduaan aja!?” dengus Yuna.
“Idih, nggak gitu juga kali,” sahut Jheni malu-malu.
“Hmm ... anak muda memang seperti itu. Tega mengusir
orang tua hanya untuk berduaan. Benar-benar tidak menghargai kehadiran orang
tua,” tutur Yuna sambil geleng-geleng kepala.
Sikap Yuna membuat Chandra dan Jheni tergelak. Jheni
langsung menoyor kepala Yuna. “Nggak usah sok tua!”
Chandra terus tertawa melihat Jheni dan Yuna. “Yun, kalau
kamu setiap hari ke sini. Aku bakal ketawa terus. Kenapa kamu itu lucu banget
sih? Pantes aja Yeriko tergila-gila sama kamu.”
Yuna meringis menanggapi ucapan Chandra. “Eh, aku nggak
bisa lama-lama. Yeriko udah nge-chat aku, nih. Nyuruh aku pulang. Aku pulang
dulu ya!” pamit Yuna.
“Loh?” Jheni bengong menatap Yuna yang tiba-tiba bergegas
pergi.
“Selamat bersenang-senang!” seru Yuna sambil melambaikan
tangan dan keluar dari ruangan Chandra.
Makasih yang udah baca
“Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa
aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Selamat menjalankan ibadah puasa!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment