Tuesday, February 4, 2025

Perfect Hero Bab 54: Romansa Lamborghini Biru

 


“Kalau kalian udah nggak punya kerjaan, mending pulang!” tutur Yeriko. Ia langsung merangkul pinggang Yuna dan membawanya masuk ke dalam mobil.

 

Lili langsung mengerutkan wajahnya menghadapi sikap Yeriko yang sangat angkuh. “Mereka bener-bener pasangan yang nyebelin!” serunya.

 

Yeriko tersenyum sinis ke arah Lili dan Sofi. Perlahan, ia menutup kaca mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Yeriko menjalankan mobil dan berbalik arah dengan kecepatan tinggi. Ia sengaja menginjakkan ban mobilnya pada lumpur yang tergenang di jalanan karena kota baru saja diguyur hujan.

 

“Aargh ...!” Lili dan Sofi langsung berteriak saat tubuhnya terkena percikan lumpur. Mereka memandangi kemeja putih mereka yang sudah berubah kecokelatan.

 

“Kurang ajar! Awas kalian ya! Aku bakal bikin perhitungan!” teriak Lili penuh amarah.

 

Sementara itu, Yuna merasa tertawa melihat dua orang penjilat di kantornya itu begitu menderita.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Kamu seneng banget lihat mereka susah?” tanyanya.

 

“Hahaha. Untuk hari ini aku senang. Tapi, aku belum puas kalau belum bisa membungkam mulut mereka.”

 

Yeriko tersenyum sambil melirik Yuna yang tertawa begitu lepas. “Asalkan kamu bahagia, aku rela ngelakuin apa pun,” tuturnya dalam hati.

 

Yuna terus tertawa. Ia membayangkan wajah Lili dan Sofi yang semakin marah karena sikapnya.

 

“Apa mereka memang seperti itu?” tanya Yeriko.

 

“Eh!? Maksud kamu?”

 

“Mereka suka nyusahin dan menghina kamu seperti itu?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Kenapa kamu nggak bilang kalau ada orang yang menindas kamu di kantor? Aku bisa bikin kamu pindah magang ke kantor aku. Nggak akan ada orang yang selalu meremehkan kamu seperti itu.”

 

Yuna tersenyum sambil menatap Yeriko. “Tenang aja! Aku masih bisa mengatasi semuanya. Lagian, cuma mereka berdua aja yang suka cari masalah sama aku. Yang lain, semuanya baik dan peduli sama aku, kok.”

 

Yeriko menghela napas. Ia merasa Yuna memang memiliki hati yang baik walau sikapnya keras dan kasar. Ia menatap Yuna sejenak sambil mengacak rambut di ujung kepalanya.

 

“Bellina itu memang nggak ada berhentinya cari masalah sama aku. Kayaknya, dia itu kangen banget kalo sehari aja nggak berantem sama aku. Jelas-jelas, dia udah tahu kalau kamu suamiku, tapi masih aja bikin gosip kalau aku ini simpanannya Oom-Oom. Apa coba maksudnya? Nyebelin banget kan?” cerocos Yuna.

 

Yeriko hanya tertawa kecil melihat sikap Yuna. “Ada yang bisa aku bantu?”

 

“Bantu apa?”

 

“Bantu ngelawan mereka.”

 

Yuna tergelak. “Nggak perlu lah. Ini urusan cewek sama cewek.”

 

“Tapi, biar bagaimanapun kamu itu istri aku. Aku nggak bisa diam aja kalau istriku dijahatin sama orang lain.”

 

“Mereka itu nggak jahat. Cuma kurang kerjaan aja. Makanya, selalu aja nyari-nyari kesalahanku. Biar ada kerjaan kali.”

 

Yeriko tergelak mendengar ucapan Yuna.

 

“Eh, ini beneran mobil baru kamu?” tanya Yuna sambil mengamati design interior mobil Yeriko.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Kenapa?”

 

“Bagus. Nyaman banget! Kapan aku bisa punya mobil kayak gini ya?” gumam Yuna.

 

Yeriko tertawa kecil. “Ini juga mobil kamu.”

 

“Hah!?”

 

“Apa yang aku punya, semuanya jadi milik kamu. Kamu lupa kalau kamu istriku?”

 

Mata Yuna berbinar dan tersenyum senang. “Beneran? Kalo aku nggak punya uang, boleh aku jual ini mobil?”

 

Yeriko merapatkan bibir dan menatap tajam ke arah Yuna. “Kenapa sampai jual mobil? Apa aku kelihatan kayak suami yang nggak punya uang?” dengus Yeriko.

 

“Hehehe. Bercanda,” jawab Yuna meringis.

 

“Kamu mau mobil sendiri?” tanya Yeriko.

 

Yuna menggelengkan kepala.

 

“Serius? Nggak mau dikasih mobil sendiri?”

 

Yuna menggeleng. “Kalau aku ada mobil sendiri, ntar kamunya udah nggak mau antar jemput aku ke tempat kerja.”

 

Yeriko tertawa kecil. “Kamu tuh aneh!” celetuknya.

 

“Aneh kenapa?”

 

“Eh!? Nggak papa. Mau ice cream?” tanya Yeriko.

 

“Boleh.” Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko langsung menghentikan mobilnya di depan kafe ice cream. Mereka langsung keluar dari mobil.

 

Beberapa pasang mata terpana melihat dua pasang pria-wanita yang baru saja turun dari Lamborghini biru.  Mereka terlihat sangat serasi dan berhasil membuat beberapa orang berdecak kagum dengan kecantikan dan ketampanan mereka.

 

Semua telah diciptakan saling berpasangan, tapi pasangan yang sempurna adalah mereka yang selalu bahagia menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya.

 

“Kamu duduk aja! Biar aku yang ngantri,” tutur Yeriko.

 

Yuna mengangguk. Ia melihat Yeriko ikut masuk ke dalam antrian. Ia terus mengamati suaminya yang terlihat begitu memesona.

 

“Hmm .... nggak nyangka kalau aku punya suami sekeren ini,” gumam Yuna sambil menopang wajah dengan telapak tangannya. Matanya tak berkedip menatap Yeriko yang berdiri di deretan antrian.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko menghampiri Yuna sembari membawakan dua cup ice cream.

 

Yuna tersenyum dan langsung mencicipi ice cream yang dipesan oleh Yeriko.

 

“Ntar malem ada kesibukan nggak?” tanya Yeriko.

 

“Kayaknya nggak ada. Kenapa?”

 

“Aku mau makan bareng Lutfi sama Chandra.”

 

“Oh... iya. Pergi aja!”

 

“Sama kamu.”

 

“Aku?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Mereka bawa pasangan?”

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Nggak ada pasangannya.”

 

“Aku malu. Nggak ngerti mau ngobrolin apa sama mereka. Aku nggak mau ganggu kebersamaan kalian. Aku tunggu di rumah aja ya!”

 

Yeriko menghela napas kecewa. Ia tidak bersemangat memakan ice cream yang ada di hadapannya.

 

Yuna menatap wajah Yeriko yang tiba-tiba murung. “Jangan sedih! Aku ikut kamu.” Ia tidak tega menolak keinginan Yeriko.

 

“Bener?”

 

Yuna menganggukkan kepala sambil tersenyum. “Mmh ... ini ice cream-nya enak banget. Kamu pesenin aku rasa apa?”

 

“Rasa cinta,” jawab Yeriko sambil menahan tawa.

 

“Iih ... kamu ini loh. Aku serius nanyanya!” seru Yuna sambil memukul pundak Yeriko.

 

“Aku juga serius,” sahut Yeriko sambil tertawa.

 

“Mana ada ice cream rasa cinta,” celetuk Yuna.

 

“Ada. Lihat di menunya kalo nggak percaya!”

 

“Iya, deh. Aku percaya. Tapi, masih ada lagi yang rasanya lebih enak dari rasa cinta,” tutur Yuna.

 

“Rasa apa itu?” tanya Yeriko.

 

“Rasah mbayar,” jawab Yuna sambil tersenyum.

 

“Dasar, pecinta gratisan!” celetuk Yeriko.

 

“Iya dong. Siapa coba yang nggak suka sama barang gratisan!?”

 

“Ini juga kan gratis,” tutur Yeriko.

 

“Hahaha. Untung punya suami banyak duit.”

 

“Udah mulai senang sekarang?”

 

“Eh!? Senang apa?”

 

“Senang kalo punya suami banyak duit.”

 

“Hahaha. Jelas, dong!”

 

Yeriko tersenyum sambil mengacak bagian depan rambut Yuna.

 

“Jangan diacak-acak rambutku!” pinta Yuna sambil merapikan rambutnya. “Eh, ngomong-ngomong ... si Chandra nggak dateng sama tunangannya?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Cuma kamu doang yang bawa istri?”

 

Yeriko mengangguk.

 

“Nggak malu?”

 

“Malu kenapa?”

 

“Ya kan, mereka nggak bawa pasangan. Nanti mereka ngiri kalo kita mesra.”

 

“Kalo mereka ngiri, ya kita nganan aja,” sahut Yeriko.

 

Yuna tergelak mendengar ucapan Yeriko.

 

“Chandra sama Amara hubungannya nggak begitu baik,” tutur Yeriko.

 

“Masa sih? Emang kenapa sama hubungan mereka?”

 

Yeriko mengangkat kedua pundaknya. “Amara terlalu posesif dan dia suka selingkuh.”

 

“What!?” Yuna langsung membelalakkan matanya. “Selingkuh?”

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Si Chandra kurang apa sampe dia selingkuh? Bukannya Chandra itu baik ya? Kalem dan nggak pernah neko-neko. Aku rasa, dia tipe cowok yang setia.”

 

“Yah, begitulah.”

 

Yeriko dan Yuna terus bercerita sambil menikmati ice cream bersama.

 

Usai menghabiskan ice cream, mereka kembali ke rumah.

 

“Bi, malam ini nggak usah masak ya!” pinta Yeriko begitu masuk ke dalam rumah. “Kami mau makan di luar.”

 

“Siap, Mas!”

 

Yeriko langsung melangkah menaiki anak tangga.

 

“Eh, Mbak Yuna!” panggil Bibi War.

 

Yuna langsung berbalik menatap Bibi War. “Ada apa, Bi?”

 

“Ada paketan datang untuk Mbak Yuna.” Bibi War bergegas mengambil paketan dan menyerahkannya pada Yuna.

 

“Makasih, Bi!”

 

Bibi War menganggukkan kepala.

 

Yuna da Yeriko bergegas naik ke kamar mereka.

 

“Kamu belanja online?” tanya Yeriko saat mereka sudah berada di dalam kamar.

 

“Iya.”

 

“Beli apa?” tanya Yeriko penasaran.

 

“Ada, deh.”

 

Yeriko mengernyitkan dahi. Ia justru penasaran dengan isi paket yang dikirim untuk Yuna. Ia langsung menyambar kotak paket tersebut.

 

“Iih ... jangan!” Yuna langsung menyambar paket miliknya. Namun, Yeriko mengangkatnya tinggi dan Yuna tak bisa mencapai tangannya.

 

“Bilang dulu isinya apa?”

 

“Iih ... mau tahu aja rahasia perempuan,” celetuk Yuna. Ia berusaha memanjat tubuh Yeriko untuk mengambil paket yang ada di tangan Yeriko.

 

Yeriko tidak menyerah. Ia tetap mempertahankan paketan di tangannya.

 

“Iih ... ngeselin!” seru Yuna. “Buka aja kalo mau tahu! Aku mau mandi.” Ia berbalik sambil menghentakkan kaki dan bergegas masuk ke kamar mandi.

 

Yeriko tersenyum kecil dan meletakkan paket tersebut di atas meja. Walau penasaran, ia tetap tidak ingin membuat istrinya marah. Ia tidak akan membuka paketan itu tanpa sepengetahuan Yuna.

 

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas