Sesampainya di rumah,
Yeriko langsung menggendong Yuna ke kamar dan membaringkannya di tempat tidur.
“Lian brengsek!”
celetuk Yuna. “Aku sayang sama kamu, tapi kamu malah tidur sama perempuan
lain.”
“Kamu masih sayang sama
dia?” tanya Yeriko.
Yuna membuka mata dan
menatap Yeriko yang ada di sisinya. “Eh!?” Ia menggelengkan kepalanya.
Yeriko langsung
berbalik dan melangkah pergi.
“Beruang!” panggilnya
sambil menatap punggung Yeriko. Ia bergegas turun dari tempat tidur dan
mengejar suaminya itu.
“Dia masa laluku. Dulu,
aku memang pernah sayang sama dia. Tapi, saat ini nggak ada pria lain yang aku
cintai selain kamu,” tutur Yuna sambil memeluk Yeriko dari belakang.
“Aku cuma ngerasa,
sakit hatiku belum hilang setiap kali ketemu sama dia. Kamu tahu, rasanya
dikhianati sama pacar dan saudara sendiri?” ucap Yuna dengan nada yang semakin
merendah.
Yeriko menarik napas
dalam-dalam dan langsung berbalik menatap Yuna. Setiap kali menatap mata Yuna,
ia selalu tak berdaya dan tidak bisa marah begitu saja.
Yuna menengadahkan
kepalanya menatap Yeriko. “Aku cuma sayang sama kamu,” tuturnya lirih dengan
mata berkaca-kaca.
Yeriko memegang pundak
Yuna dan langsung mencium bibir Yuna penuh kehangatan.
“Udah nggak marah
lagi?” tanya Yuna setelah ia dan Yeriko berciuman.
Yeriko menggelengkan
kepala.
“Aku suka kamu kalau
cemburu kayak gini,” tutur Yuna sambil menangkupkan telapak tangannya ke wajah
Yeriko.
“Aku nggak cemburu.”
“Beneran?”
Yeriko menganggukkan
kepala.
“Aha ... telinga kamu
goyang-goyang, artinya kamu lagi bohong!” seru Yuna.
“Eh!?”
Yuna tersenyum kecil
dan langsung merangkul leher Yeriko. Ia mencium bibir Yeriko dan juga menggigit
leher Yeriko.
“Kamu mau bangunin si
Kecil?” bisik Yeriko.
“Si Kecil siapa?” tanya
Yuna.
Yeriko tak menjawab. Ia
langsung menggendong Yuna dan menidurkannya ke atas ranjang. Ia langsung
mengulum bibir Yuna yang manis dan mengecup seluruh tubuh Yuna.
Yuna merasa dirinya
melayang sangat tinggi saat Yeriko menciumi seluruh tubuhnya dari ujung rambut
sampai ke ujung kaki. Mereka kembali tenggelam dalam romansa cinta yang panas
dan menggairahkan.
Keesokan harinya ...
“Pagi ...!” sapa Yuna
saat membuka mata dan melihat suaminya masih tertidur.
“Pagi juga, istriku,”
balas Yeriko sambil menarik tubuh Yuna ke dalam pelukannya.
“Hari ini kerja?” tanya
Yuna.
“He-em.” Yeriko
mengangguk tanpa membuka mata.
“Kalo gitu, bangun! Aku
juga mau kerja.”
“Sebentar!” Yeriko
makin mengeratkan pelukannya.
“Tapi ... ini sudah
pagi.”
“Lima menit lagi!”
pinta Yeriko sambil mengecup kening Yuna.
Yuna tersenyum, ia
meletakkan kepalanya di dada Yeriko.
Beberapa menit
kemudian, Yeriko terbangun dan membawa Yuna mandi bersamanya. Usai mandi dan
berganti pakaian, mereka langsung turun untuk sarapan bersama.
“Pagi, Bi!” sapa Yuna
pada Bibi War yang sedang menyiapkan sarapan di atas meja.
“Pagi,” balas Bibi War
sambil tersenyum. Ia bisa merasakan rona bahagia yang terlihat dari wajah Yuna.
Yuna tersenyum, ia
langsung duduk di meja makan dan menikmati sarapan bersama Yeriko.
“Yun ...!” panggil
Yeriko lirih.
“Ya.”
“Apa kamu nggak mau
pindah magang ke kantorku?”
Yuna menggelengkan
kepala. “Aku sudah mulai menguasai kerjaan dengan baik, kok.”
“Sepupu kamu itu ...
nggak nyusahin kamu?”
Yuna menggelengkan
kepala. “Aku sudah biasa berantem sama dia.”
“Tapi ...”
“Kamu nggak usah
khawatir. Semua bakal baik-baik aja!”
“Soal Lian, gimana?”
“Eh!? Maksudnya?”
“Gimana kamu menghadapi
dia? Bukannya dia mantan pacar yang bakal jadi kakak ipar kamu?”
Yuna menganggukkan
kepala.
“Kalau sering ketemu,
apa perasaan yang dulu ... bisa dijamin nggak balik lagi?”
Yuna langsung menatap
wajah Yeriko sambil tersenyum.
“Kenapa?” Yeriko
mengerutkan kening menghadapi tatapan Yuna.
“Kamu cemburu?” goda
Yuna.
Yeriko menggelengkan
kepala.
“Kenapa khawatir soal
hubungan aku sama Lian?”
“Mmh ... nggak papa.
Cuma nanya doang.”
“Bilang aja kalo cemburu!”
celetuk Yuna.
Yeriko menarik napas
dan menghembuskannya perlahan. “Aku ini suami kamu, wajar kan kalau aku
cemburu?”
“Iya, sih. Tapi
lihat-lihat juga kalo cemburu. Lian sama sekali nggak layak buat dicemburui.
Dia nggak lebih unggul dari kamu.”
“Oh ya?” Yeriko
tersenyum menatap Yuna.
Yuna menganggukkan
kepala. “Oh ya, apa kamu bener-bener nggak pernah pacaran?”
“Pernah.”
“Serius?”
Yeriko mengangguk.
“Berapa mantan kamu?”
“Satu.”
“Oh ya? Laki-laki
seganteng kamu, cuma punya mantan satu?”
“Kenapa?” tanya Yeriko
balik.
Yuna tersenyum menatap
Yeriko. “Nggak papa. Aku pikir, kamu playboy kayak Lutfi.”
“Apa aku kelihatan
seburuk itu?”
Yuna menggelengkan
kepala. “Suamiku bukan cuma tampan, tapi juga kaya raya. Pasti banyak perempuan
yang mengejar cintanya.” Yuna menatap Yeriko sambil menopang pipi dengan
telapak tangannya.
“Oh ya? Kalau gitu,
kamu harus menghargai suami kamu ini dan menjaganya dengan baik supaya nggak
diambil sama perempuan lain!” pinta Yeriko.
Yuna menganggukkan
kepala. “Nggak ada yang boleh ambil suamiku!”
Yeriko tersenyum dan
langsung mengecup bibir Yuna. “Kamu juga, nggak boleh tergoda sama cowok
tampan!”
Yuna menganggukkan
kepala. “Asalkan dia nggak lebih tampan dari kamu,” ucapnya sambil menahan
tawa.
“Kamu!?” dengus Yeriko
sambil menatap tajam ke arah Yuna.
“Bercanda. Serius amat,
sih?”
Yeriko tertawa kecil.
Ia mengelus lembut rambut Yuna. “Cepet habiskan makannya!”
Yuna mengangguk. Usai sarapan, ia dan Yeriko pergi bekerja
seperti biasa.
“Makasih sudah diantar,”
ucap Yuna sambil tersenyum manis ke arah Yeriko sebelum ia keluar dari mobil.
“Tumben manis banget?”
Yeriko mengerutkan keningnya.
Yuna langsung menatap
tajam ke arah Yeriko. “Kenapa kamu masih nyebelin aja, sih!?”
Yeriko mengangkat kedua
alisnya dan langsung mengecup bibir Yuna. “Cepat turun! Ntar terlambat masuk kerja!”
perintahnya sambil tersenyum.
Yuna mengangguk dan
bergegas turun dari mobil. Ia melenggang penuh ceria memasuki gedung kantornya.
Ia kembali beraktifitas seperti biasa.
Yuna sudah bisa
menguasai pekerjaannya dan bisa menyelesaikan laporannya lebih cepat. Karena
bosan, ia memilih untuk berjalan-jalan sejenak. Ia bertemu dengan Lian di atap
gedung.
“Yuna ...!?” sapa Lian
saat melihat Yuna.
“Kamu? Ngapain di
sini?” tanya Yuna canggung.
“Aku? Ini juga
kantorku. Ada yang salah?”
Yuna menggelengkan
kepala, ia berbalik dan melangkah pergi.
“Yun!” panggil Lian
sambil menarik lengan Yuna.
“Apaan sih!?” Yuna
langsung menepis tangan Lian dengan kasar.
“Apa kamu sudah
bener-bener ngelupain kisah kita?”
“Nggak ada kisah apa
pun di antara kita,” sahut Yuna ketus.
Lian langsung memutar
tubuh Yuna menghadap ke arahnya. “Yun, kamu cantik banget. Bisakah berbagi sama
aku? Aku bakal kasih apa pun yang kamu mau,” bisiknya sambil menyentuh pipi
Yuna dengan punggung ibu jarinya.
Yuna langsung menepis
tangan Lian.
“Kamu pikir, aku sama
kayak tunangan kamu yang murahan itu!?” sentak Yuna.
Lian tersenyum kecil.
Ia terus melangkah maju mendekati Yuna sementara Yuna memundurkan langkahnya
satu persatu hingga punggungnya menyentuh dinding.
“Buatku, semua
perempuan sama aja,” tutur Lian. “Sayang banget kan kalau ada cewek cantik tapi
nggak dipake?”
Yuna menatap tajam ke
arah Lian. Ia benar-benar tidak tahan dengan ucapan Lian yang begitu
merendahkan dirinya.
“Aku tahu, kamu masih
sayang sama aku dan berharap kita bisa kembali baik kayak dulu lagi. Asalkan
kamu mau ngasih semuanya buat aku, aku bakalan nerima kamu lagi.”
Yuna tersenyum sinis.
“Sayangnya, aku sama sekali nggak tertarik sama kamu lagi!” tegas Yuna.
Lian tersenyum kecil.
“Kenapa? Aku juga nggak kalah menggairahkan dari Yeriko.”
“Maksud kamu?”
Lian tersenyum kecil.
“Nggak usah pura-pura bodoh!” Lian menggenggam pundak Yuna dan memaksa ingin
mencium Yuna.
Yuna terus memberontak
walau Lian menahan tangan Yuna begitu erat. Ia langsung menendang alat vital
Lian menggunakan dengkulnya.
“Aw ...!” Lian langsung
terjatuh ke lantai sambil memegangi bagian tubuh yang ditendang oleh Yuna.
“Rasain!” sentak Yuna
sambil berlalu pergi meninggalkan Lian.
“Awas kamu ya! Kalau
sampe aku mandul, kamu harus tanggung jawab!” teriak Lian.
“Bodo amat!” sahut Yuna
dan bergegas pergi meninggalkan Lian. “Dasar cowok kekijilan! Udah punya
tunangan, masih aja gangguin istri orang. Bener-bener nggak tahu malu!” rutuknya
kesal.
Yuna langsung turun dan
bergegas kembali ke meja kerjanya dan beraktivitas seperti biasa.
((Bersambung ...))
0 komentar:
Post a Comment