Yuna menutupi lehernya menggunakan syal saat keluar dari
mobil. Ada beberapa kiss mark yang ingin ia tutupi dari Lian. Mereka segera
melangkah bersama menuju privat room. Tempat mereka akan bertemu dengan Wilian.
“Kenapa?” tanya Yeriko saat Yuna mencengkeram lengannya
begitu kuat.
“Nggak papa.”
“Nervous?”
Yuna menggelengkan kepala.
“Kamu masih punya perasaan sama dia?”
Yuna menggeleng. “Nggak enak aja rasanya harus makan
bareng mantan.”
Yeriko tersenyum kecil. “Dia juga udah punya pasangan.
Nggak perlu khawatir!”
Yuna menganggukkan kepala dan melangkah masuk ke private
room bersama dengan Yeriko.
Lian langsung berdiri begitu melihat Yeriko masuk ke
dalam ruangan. Ia merasa sangat senang karena Yeriko mau menerima undangan
makan malam bersamanya.
“Selamat datang, Pak Yeri! Silakan duduk!” sapa Lian
begitu sopan.
Yeriko mengangguk dan langsung duduk di kursi tanpa
membalas sapaan dari Lian. Ia terlihat sangat serius dan angkuh.
Lian menelan ludah melihat sikap Yeriko yang begitu
dingin. “Kenapa Yuna bisa menikah sama cowok sedingin ini?” batin Lian.
Tubuhnya mulai berkeringat walau berada di ruangan ber-AC.
“Oh ya, kita belum ngucapin selamat untuk kalian berdua
yang udah jadi pengantin baru,” tutur Bellina.
Yuna tidak menyahut. Ia hanya tersenyum ke arah Bellina.
Tangannya terus menggenggam lengan Yeriko.
“Selamat ya!” ucap Bellina sambil mengulurkan tangan ke
arah Yuna.
Yuna sama sekali tidak berminat untuk menyambut uluran
tangan Bellina.
Bellina menarik kembali tangannya secara perlahan.
“Kalian mau makan apa?” tanya Lian karena suasana yang
terasa sangat canggung.
Yeriko langsung mengambil buku menu dan memesan beberapa
makanan dan minuman untuk dirinya dan Yuna.
“Kamu nggak mau pesen makan?” tanya Lian sambil menatap
Yuna.
“Udah aku pesenin,” jawab Yeriko.
“Oh, kamu udah tahu ya seleranya Yuna?” tanya Bellina.
Yeriko menganggukkan kepala. “Dia istriku, pastinya aku
tahu apa yang dia suka dan nggak.”
Bellina tersenyum manis. “Kalian memang pasangan yang
serasi.”
Yuna tersenyum kecut. “Kalian juga terlihat serasi,” ucap
Yuna terpaksa.
“Iya, dong,” sahut Bellina sambil bergelayut manja di
pundak Lian.
Yuna memutar bola matanya saat Bellina bermanja-manja
dengan Lian. Ia merasa sangat kesal dengan keduanya yang mengumbar kemesraan.
Yeriko langsung merangkul Yuna dan tersenyum ke arah
Lian. “Denger-denger, kalian akan segera bertunangan dan menikah ya?”
“Eh!? Kok tahu?”
“Kamu itu kan sepupunya istriku. Gimana nggak tahu? Yuna
sangat peduli dengan orang-orang di sekelilingnya. Pastinya, dia selalu
memperdulikan kehidupan saudaranya juga.”
Bellina merasa sangat senang karena Yeriko mau
mengakuinya sebagai saudara Yuna. Punya ipar yang kaya raya, pasti akan
memberikan banyak keuntungan kepadanya.
Yuna langsung menatap mata Yeriko sambil memaksa bibirnya
tersenyum manis. “Kenapa ngomong kayak gitu? Kamu kan tahu kalau aku sama dia
selalu berantem,” ucap Yuna dalam hati.
Yeriko hanya tersenyum membalas tatapan Yuna. Ia mengelus
pundak Yuna untuk mengisyaratkan kalau semuanya akan baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian, makanan yang dipesan oleh Yeriko
datang. Mereka mulai menikmati makan malam bersama.
“Sini, aku suapin!” Yeriko langsung mengambil makanan
Yuna dan menyuapkan makanan ke mulut Yuna perlahan. “Enak?”
Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Yeriko menatap Yuna sambil tersenyum dan ikut memakan
makanan dari piring Yuna.
Lian dan Bellina saling pandang melihat sepasang suami
istri yang terlihat sangat romantis di hadapan mereka. Bellina merasa kalau
dunia ini milik Yeriko dan Yuna, ia hanya menumpang untuk hidup.
“Kamu sengaja mau bikin mereka kesal?” bisik Yuna di
telinga Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil. Ia semakin memperlakukan Yuna
begitu manis.
“Ehem ...!” Bellina berdehem untuk mengalihkan perhatian
Yuna dan Yeriko. Dua pasang suami istri itu benar-benar tidak menganggap Lian
dan Bellina berada dalam ruangan tersebut.
Yuna langsung tersenyum menatap Bellina
“Oh ya, kalian udah menikah sebulan yang lalu. Apa kamu
sudah hamil?” tanya Bellina.
Yuna yang sedang menelan makanan langsung batuk begitu
mendengar pertanyaan Bellina.
Bellina tersenyum penuh kemenangan dan bersiap
mempermalukan Yuna di depan Lian maupun Yeriko.
“Sudah menikah selama sebulan, pastinya sudah berencana
punya anak kan?” tanya Bellina. “Kamu nggak menunda kehamilan kan?”
Yuna tersenyum menatap Bellina. “Kami baru menikah selama
sebulan. Masih pengen menikmati kebersamaan. Bukannya akan merepotkan kalau aku
buru-buru hamil. Pastinya kami nggak akan bisa bercinta sepanjang malam.”
Lian dan Bellina tertawa kecil menatap Yuna dan Yeriko.
“Bener juga sih. Sebulan pastinya nggak akan cukup buat
orang yang belum pernah merasakan kenikmatan dunia.”
Yuna tersenyum sinis ke arah Bellina. “Oh ya, kondisi kandungan
kamu gimana?”
“Baik,” jawab Bellina sambil tersenyum.
“Bagus deh!”
“Kamu hamil?” tanya Yeriko.
Bellina menganggukkan kepala.
Yeriko mengerutkan keningnya. “Bukannya ... kalian belum
menikah?”
Bellina tersenyum menatap Yeriko. “Menikah atau belum,
itu sama aja. Ini adalah bukti kalau kami saling mencintai.”
“Oh.” Yeriko manggut-manggut.
Lian menatap lekat ke arah Yeriko. Matanya tertuju pada
kiss mark yang ada di leher Yeriko. “Yun, kamu bener-bener sudah jadi milik
orang lain?” batinnya dalam hati. Semua bayangan masa lalunya bersama Yuna
terlintas di pelupuk mata.
Bellina menyenggol lengan Lian dan membuyarkan
lamunannya.
“Mmh ... Yer, aku denger-denger kamu baru aja akuisisi
Jaya Agung. Apa rumor itu bener?”
Yeriko menganggukkan kepala. “Kenapa?” tanyanya dingin.
“Oh ... nggak papa,” jawab Lian. “Aku harap, ke depannya
perusahaan kita bisa saling bekerja sama. Kamu tahu, kita ini saudara. Akan
lebih baik jika perusahaan kita bisa mendukung.”
Yeriko tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala.
Sekalipun ia tidak menyukai kepribadian Lian dan Bellina, ia sangat menyukai
tawaran Lian untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Baginya, keuntungan
bisnis adalah segalanya.
Lian tersenyum sambil menuangkan anggur ke dalam gelas.
“Gimana kalau kita bersulang untuk kemajuan perusahaan kita?”
Yeriko mengangguk kecil dengan gayanya yang begitu
elegan.
Lian tersenyum. Ia mengangkat gelas miliknya dan
menyodorkannya ke hadapan Yeriko.
Yeriko segera mengangkat gelas miliknya dan bersulang
dengan Lian. Namun, Yuna langsung merebut gelas anggur dari tangan Yeriko dan
menenggaknya.
“Kenapa?” tanya Yeriko sambil mengerutkan kening menatap
Yuna.
Yuna menghela napas lega saat minuman anggur yang ada di
tangannya sudah masuk ke kerongkongannya. Ia tidak akan membiarkan Lian dan
Yeriko terlibat dalam hubungan bisnis. Walau bagaimana pun, Wijaya Group adalah
perusahaan milik keluarganya. Jika bukan karena kecelakaan sebelas tahun lalu,
semuanya tidak akan berubah begitu banyak.
“Aku atau kamu, sama aja kan?” tanya Yuna sambil
tersenyum ke arah Yeriko. “Li, aku ini Nyonya Yeriko. Jangan bikin aku nggak
senang! Kalian pura-pura baik seperti ini, benar-benar menjijikkan. Bitch!”
Yeriko tersenyum kecil mendengar ucapan Yuna. “Kamu baru
minum satu gelas, kenapa sudah mabuk?”
Lian tersenyum kecil. Ia kembali menuangkan anggur ke
dalam gelas Yeriko dan mengajaknya bersulang.
Bellina hanya tersenyum menatap Yuna. Ia pura-pura minum
anggur.
“Bukannya anggur nggak baik untuk janin?” tanya Yeriko
setelah meminum anggur yang dituangkan oleh Lian dan menatap Bellina.
“Oh ... cuma sedikit, nggak papa. Aku nggak mungkin diam
saja dan tidak menghargai kehadiran Tuan Ye,” jawab Bellina santai.
Yeriko mengerutkan kening sambil menganggukkan kepala.
Lian baru menyadari. “Gimana kalau kamu minum jus aja?”
tanya Lian menyarankan.
Bellina mengangguk dan memesan satu gelas jus untuk
dirinya.
Yuna merasa kepalanya berdenyut. Ia langsung meletakkan
dagunya ke pundak Yeriko. “Beruang, kenapa kamu ganteng banget?” tanya Yuna. Ia
meniup lembut telinga Yeriko.
Yeriko menarik napas dalam-dalam saat hembusan angin
menyentuh tengkuknya.
“Kamu jauh lebih ganteng dari pacarku yang tukang
selingkuh itu. Huft, andai aja dia pria yang setia. Aku pasti sangat menyayangi
dia,” tutur Yuna yang sudah setengah sadar. Saraf otaknya mulai terganggu
karena pengaruh alkohol.
“Kamu sudah mabuk,” tutur Yeriko sambil menarik Yuna ke
dalam pelukannya.
“Emh ...” Yuna tersenyum sambil menengadahkan kepalanya
menatap Yeriko. “Aku nggak mabuk.”
Lian menatap tajam ke arah Yuna saat gadis itu bergelayut
manja di tubuh Yeriko dan melihat beberapa kiss mark yang ada di leher Yuna. Ia
membayangkan bagaimana Yuna dan Yeriko bercinta sangat panas. Yuna adalah
wanita masa lalunya, tapi kini kembali mengusik hati Lian.
“Sorry, dia kalau mabuk memang suka ngaco dan agresif
banget. Kami pulang dulu!” pamit Yeriko. Ia segera membawa Yuna pulang ke rumah.
((Bersambung …))
0 komentar:
Post a Comment