Tuesday, February 4, 2025

Bab 49 : Malam Pertama

 


Usai menghadiri pertemuan, Yuna dan Yeriko kembali ke kamar hotel. Yuna langsung mandi dan berbaring di tempat tidur.

 

Yuna menatap tubuhnya sendiri berkali-kali. Ia sibuk memikirkan bagaimana memenuhi permintaan ibu mertuanya.

 

“Duh, gimana ya?” tanya Yuna sambil menggigit jari-jarinya.

 

Yuna mengacak-ngacak rambutnya sendiri. Ia meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja dan mencari beberapa referensi di internet agar bisa melayani suaminya dengan baik.

 

“Belum tidur?” tanya Yeriko saat ia baru keluar dari kamar mandi.

 

Yuna menggelengkan kepala tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.

 

“Main apa? Tegang banget?” tanya Yeriko sambil duduk di samping Yuna.

 

Yuna langsung menyembunyikan ponsel ke dadanya saat Yeriko berusaha mengintip layar ponselnya. “Lagi baca berita,” jawab Yuna gugup.

 

“Berita apaan? Baca berita bisa bikin muka kamu semerah ini?”

 

“Eh!?” Yuna langsung menyentuh kedua pipi dengan telapak tangan dan menjatuhkan ponselnya begitu saja.

 

Yeriko melirik headline artikel yang terpampang di layar ponsel Yuna. Ia tersenyum kecil dan langsung mengambil ponsel Yuna. “Oh ... lagi baca berita ...”

 

Yuna langsung menyambar ponsel di tangan Yeriko. Wajahnya semakin merah. Ia langsung berbaring membelakangi Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia memeluk Yuna dari belakang dan membalikkan tubuh Yuna perlahan menghadap ke wajahnya.

 

“Kamu kenapa?” tanya Yeriko sambil menurunkan telapak tangan Yuna perlahan.

 

Yuna merasa jantungnya berdebar sangat kencang. Ia tidak tahu harus berbuat apa. “Aku ...” Bibir Yuna langsung membeku saat Yeriko menatapnya begitu hangat.

 

Yeriko langsung mengecup lembut bibir Yuna, mengulumnya begitu dalam hingga membuat jantung Yuna semakin berdebar kencang. Tangannya yang kekar mulai menyingkap baju Yuna perlahan.

 

Yuna tak lagi bisa mengendalikan dirinya saat Yeriko menghisap lehernya. Tubuhnya semakin membeku dan ia tenggelam dalam kenikmatan yang Yeriko hadirkan dalam setiap sentuhan di tubuhnya.

 

“Hmm ...!” desahan kecil yang keluar dari bibir Yuna, membuat Yeriko semakin bergairah. Perasaan yang tertahan selama ini, akhirnya bisa terluapkan dan mereka tak lagi bisa mengendalikan diri. Sama-sama tenggelam dalam romansa cinta yang panas dan menggairahkan.

 

“I Love you ...” bisik Yeriko sambil mengecup bibir Yuna. Ia mengusap keringat yang mengucur deras di dahinya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Yuna akan memberikan kenikmatan malam ini juga. Ia telah menantikannya begitu lama. Bisa memiliki Yuna seutuhnya.

 

Yuna tersenyum sambil merangkul leher Yeriko yang masih asyik bermain di tubuhnya. Ia menghisap kuat bibir Yeriko agar tetap bisa menikmati rasa sakit yang begitu menggoda.

 

Waktu terus bergulir, tak ada satu pun yang bisa menghentikannya. Tapi, Yeriko harus segera menghentikan permainannya saat petang bersiap menyambut mentari yang hangat.

 

Yeriko menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Tubuhnya basah kuyup karena keringat yang mengucur dari tubuhnya. Malam ini, ia bekerja sangat keras. Ia menoleh ke arah Yuna yang berbaring di sisinya dan tersenyum manis.

 

“Mau ke mana?” tanya Yeriko saat Yuna bangkit dari tempat tidur.

 

“Mau mandi. Udah kan?”

 

Yeriko menggeleng, ia menarik kembali tubuh Yuna ke dalam pelukannya.

 

“Ini sudah pagi, kita belum tidur. Kamu nggak ngantuk?” tanya Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Kalau gitu, kita tidur dulu!” pintanya sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka yang tak lagi mengenakan pakaian.

 

“Mandi dulu, baru tidur,” sahut Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Mandinya nanti aja!” pinta Yeriko sambil memejamkan matanya.

 

“Tapi ...”

 

Yeriko langsung membenamkan kepala Yuna ke dadanya.

 

Yuna tersenyum bahagia dan terlelap dalam pelukan Yeriko.

 

 

 

Beberapa jam kemudian ...

 

Yuna membuka matanya perlahan, ia memicingkan mata sambil mencari-cari ponselnya.

 

“Jam berapa ini?” tanya Yuna sambil meraih ponsel dan melihat jam yang ada di ponselnya.

 

“Nggak usah pedulikan ini jam berapa. Aku masih ngantuk banget.”

 

“Ini udah jam dua siang!” seru Yuna sambil menepuk dada Yeriko.

 

“Emang kenapa?” tanya Yeriko sambil membuka sebelah matanya.

 

“Aku laper,” jawab Yuna lirih.

 

Yuna langsung bangkit dan duduk di atas tempat tidurnya. “Aku juga laper.”

 

“Ayo, bangun!” ajak Yuna.

 

Yeriko mengangguk dan langsung turun dari tempat tidur.

 

“Aw ...!” teriak Yuna sambil memegangi pinggulnya saat akan turun dari tempat tidur.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna.

 

“Sakit,” jawab Yuna lirih.

 

Yeriko langsung menghampiri Yuna. “Apanya yang sakit?”

 

“Badanku sakit semua. Kayaknya, tulang-tulangku pada rontokan,” jawab Yuna lemas.

 

Yeriko tertawa kecil. Ia langsung mengangkat tubuh Yuna dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Yeriko meletakkan tubuh Yuna perlahan ke dalam bathtub dan menyalakan kran air.

 

“Udah pesen makanan?” tanya Yuna sambil menatap Yeriko yang duduk di hadapannya.

 

“Belum.”

 

“Laper,” rengek Yuna.

 

“Iya, aku pesenin makan. Mau makan apa?” tanya Yeriko sambil mengambil ponselnya.

 

“Apa aja,” jawab Yuna.

 

Yeriko langsung memesan beberapa makanan dan minuman. Ia kembali masuk ke kamar mandi dan ikut berendam di dalam bathtub bersama Yuna.

 

“Yun, makasih untuk malam ini,” bisik Yeriko.

 

Yuna tersenyum menatap Yeriko. “Aku juga makasih karena kamu sudah melakukan banyak hal buat aku. Selalu sabar menghadapi aku yang masih kekanak-kanakkan ini.”

 

“Apa saat ini kamu bahagia?” tanya Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Sangat bahagia,” jawabnya sambil memainkan hidungnya ke hidung Yeriko.

 

Yeriko tersenyum kecil dan langsung mengulum bibir Yuna.

 

Dering ponsel Yeriko, membuyarkan kemesraan mereka.

 

“Makanan?” tanya Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Siapa?”

 

“Nomer baru,” jawab Yeriko sambil menatap nomor yang tertera di layar ponselnya.

 

“Itu makanan yang kamu pesan kali. Angkat!” pinta Yuna.

 

Yeriko langsung menekan menu answer dan menjawab telepon. “Halo ...!”

 

“Halo ... ini Pak Yeriko?”

 

“Iya.”

 

“Aku Wilian Wijaya. Tunangannya Bellina, sepupu Yuna.”

 

“Oh. Ada apa?”

 

“Malam ini ada waktu? Aku mau ngajak kalian makan malam”

 

“Di mana?”

 

Lian menyebutkan salah satu restoran mewah yang ada di sebelah utara kota Surabaya.

 

“Oke.” Yeriko langsung mematikan teleponnya.

 

“Siapa?” tanya Yuna.

 

“Mantan pacarmu!”

 

“Hah!? Kok, bisa dapet nomer telepon kamu?”

 

Yeriko mengedikkan pundaknya.

 

“Kirain makanan,” celetuk Yuna. “Kenapa dia telepon kamu?”

 

“Ngajak nge-date.”

 

“Hah!?”

 

Yeriko tersenyum ke arah Yuna. “Bercanda.”

 

“Hmm ... kirain, kamu suka sama laki-laki juga.”

 

“Nggak lah. Aku cuma suka kamu,” sahut Yeriko.

 

“Kali aja kamu abnormal,” celetuk Yuna.

 

“Apa!?”

 

“Abnormal!”

 

Yeriko langsung menjepit hidung Yuna. “Apa semalam masih kurang?” dengus Yeriko sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna.

 

“Kurang apa?” tanya Yuna sambil menahan senyumannya.

 

“Kurang membuktikan kalau aku laki-laki normal. Mau nambah lagi?” tanya Yeriko sambil menelungkupkan tubuhnya ke atas ke tubuh Yuna.

 

“Yang semalam masih sakit,” sahut Yuna.

 

“Sakit atau enak?”

 

Yuna tersenyum kecil menanggapi pertanyaan Yeriko. “Sakit, sakit enak,” jawabnya sambil meringis.

 

Yeriko tersenyum dan langsung mencium Yuna. Tangannya mulai berjalan perlahan di atas tubuh Yuna yang terendam di dalam air.

 

“Siapa lagi sih! Ganggu aja!” celetuk Yeriko saat ponselnya kembali berdering. Ia langsung menjawab panggilan telepon tersebut. “Oke. Tunggu sebentar!” Ia keluar dari bathtub dan langsung memakai handuk.

 

“Siapa?” tanya Yuna.

 

“Makanan yang aku pesen tadi,” jawab Yeriko sambil keluar dari kamar mandi. Ia bergegas mengambil makanan yang ia pesan dan meletakkannya di atas meja.

 

“Mana makanannya?” tanya Yuna saat Yeriko kembali masuk ke kamar mandi.

 

“Hah!? Mau makan di sini?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Aku udah laper banget. Kamu pesen makanan apa?”

 

“Ada roti, mau?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko bergegas mengambilkan roti dan minuman untuk Yuna.

 

“Makasih!” ucap Yuna manja saat Yeriko memberikan makanan kepadanya.

 

“Masih mau berendam?” tanya Yeriko.

 

Yuna mengangguk sambil menyuap roti ke mulutnya.

 

“Aku mandi duluan.”

 

Yuna mengangguk, ia menikmati suasana hatinya yang sedang bahagia.

 

“Lian ngajak makan malam bareng,” tutur Yeriko sambil menyalakan shower dan membasahi tubuhnya.

 

“Makan sama kamu doang?”

 

“Kita.”

 

“Nggak mau ah!”

 

“Kenapa?”

 

Yuna menatap kiss mark yang ada di dadanya. Ia langsung keluar dari bathtub dan menatap tubuhnya di cermin.

 

“Kamu bikin kiss mark banyak banget. Aku malu ketemu sama orang,” tutur Yuna sambil memerhatikan beberapa kiss mark yang ada di leher dan dadanya.

 

“Malu kenapa? Kita udah nikah, nggak ada yang aneh kan?”

 

“Iya, sih.” Yuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menghampiri Yeriko dan mandi bersama seperti biasanya.

 

((Bersambung ...))


 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas