Usai menghadiri
pertemuan, Yuna dan Yeriko kembali ke kamar hotel. Yuna langsung mandi dan
berbaring di tempat tidur.
Yuna menatap tubuhnya
sendiri berkali-kali. Ia sibuk memikirkan bagaimana memenuhi permintaan ibu
mertuanya.
“Duh, gimana ya?” tanya
Yuna sambil menggigit jari-jarinya.
Yuna mengacak-ngacak
rambutnya sendiri. Ia meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja dan mencari
beberapa referensi di internet agar bisa melayani suaminya dengan baik.
“Belum tidur?” tanya
Yeriko saat ia baru keluar dari kamar mandi.
Yuna menggelengkan
kepala tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.
“Main apa? Tegang
banget?” tanya Yeriko sambil duduk di samping Yuna.
Yuna langsung menyembunyikan
ponsel ke dadanya saat Yeriko berusaha mengintip layar ponselnya. “Lagi baca
berita,” jawab Yuna gugup.
“Berita apaan? Baca
berita bisa bikin muka kamu semerah ini?”
“Eh!?” Yuna langsung
menyentuh kedua pipi dengan telapak tangan dan menjatuhkan ponselnya begitu
saja.
Yeriko melirik headline
artikel yang terpampang di layar ponsel Yuna. Ia tersenyum kecil dan langsung
mengambil ponsel Yuna. “Oh ... lagi baca berita ...”
Yuna langsung menyambar
ponsel di tangan Yeriko. Wajahnya semakin merah. Ia langsung berbaring
membelakangi Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil.
Ia memeluk Yuna dari belakang dan membalikkan tubuh Yuna perlahan menghadap ke
wajahnya.
“Kamu kenapa?” tanya
Yeriko sambil menurunkan telapak tangan Yuna perlahan.
Yuna merasa jantungnya
berdebar sangat kencang. Ia tidak tahu harus berbuat apa. “Aku ...” Bibir Yuna
langsung membeku saat Yeriko menatapnya begitu hangat.
Yeriko langsung
mengecup lembut bibir Yuna, mengulumnya begitu dalam hingga membuat jantung
Yuna semakin berdebar kencang. Tangannya yang kekar mulai menyingkap baju Yuna
perlahan.
Yuna tak lagi bisa
mengendalikan dirinya saat Yeriko menghisap lehernya. Tubuhnya semakin membeku
dan ia tenggelam dalam kenikmatan yang Yeriko hadirkan dalam setiap sentuhan di
tubuhnya.
“Hmm ...!” desahan
kecil yang keluar dari bibir Yuna, membuat Yeriko semakin bergairah. Perasaan
yang tertahan selama ini, akhirnya bisa terluapkan dan mereka tak lagi bisa
mengendalikan diri. Sama-sama tenggelam dalam romansa cinta yang panas dan menggairahkan.
“I Love you ...” bisik
Yeriko sambil mengecup bibir Yuna. Ia mengusap keringat yang mengucur deras di
dahinya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Yuna akan memberikan kenikmatan
malam ini juga. Ia telah menantikannya begitu lama. Bisa memiliki Yuna
seutuhnya.
Yuna tersenyum sambil
merangkul leher Yeriko yang masih asyik bermain di tubuhnya. Ia menghisap kuat
bibir Yeriko agar tetap bisa menikmati rasa sakit yang begitu menggoda.
Waktu terus bergulir, tak
ada satu pun yang bisa menghentikannya. Tapi, Yeriko harus segera menghentikan
permainannya saat petang bersiap menyambut mentari yang hangat.
Yeriko menjatuhkan
tubuhnya ke atas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Tubuhnya basah kuyup
karena keringat yang mengucur dari tubuhnya. Malam ini, ia bekerja sangat
keras. Ia menoleh ke arah Yuna yang berbaring di sisinya dan tersenyum manis.
“Mau ke mana?” tanya
Yeriko saat Yuna bangkit dari tempat tidur.
“Mau mandi. Udah kan?”
Yeriko menggeleng, ia
menarik kembali tubuh Yuna ke dalam pelukannya.
“Ini sudah pagi, kita
belum tidur. Kamu nggak ngantuk?” tanya Yuna.
Yeriko menganggukkan
kepala. “Kalau gitu, kita tidur dulu!” pintanya sambil menarik selimut untuk
menutupi tubuh mereka yang tak lagi mengenakan pakaian.
“Mandi dulu, baru
tidur,” sahut Yuna.
Yeriko menggelengkan
kepala. “Mandinya nanti aja!” pinta Yeriko sambil memejamkan matanya.
“Tapi ...”
Yeriko langsung
membenamkan kepala Yuna ke dadanya.
Yuna tersenyum bahagia
dan terlelap dalam pelukan Yeriko.
Beberapa jam kemudian
...
Yuna membuka matanya
perlahan, ia memicingkan mata sambil mencari-cari ponselnya.
“Jam berapa ini?” tanya
Yuna sambil meraih ponsel dan melihat jam yang ada di ponselnya.
“Nggak usah pedulikan
ini jam berapa. Aku masih ngantuk banget.”
“Ini udah jam dua
siang!” seru Yuna sambil menepuk dada Yeriko.
“Emang kenapa?” tanya
Yeriko sambil membuka sebelah matanya.
“Aku laper,” jawab Yuna
lirih.
Yuna langsung bangkit
dan duduk di atas tempat tidurnya. “Aku juga laper.”
“Ayo, bangun!” ajak
Yuna.
Yeriko mengangguk dan
langsung turun dari tempat tidur.
“Aw ...!” teriak Yuna
sambil memegangi pinggulnya saat akan turun dari tempat tidur.
“Kenapa?” tanya Yeriko
langsung menoleh ke arah Yuna.
“Sakit,” jawab Yuna
lirih.
Yeriko langsung
menghampiri Yuna. “Apanya yang sakit?”
“Badanku sakit semua.
Kayaknya, tulang-tulangku pada rontokan,” jawab Yuna lemas.
Yeriko tertawa kecil.
Ia langsung mengangkat tubuh Yuna dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.
Yeriko meletakkan tubuh Yuna perlahan ke dalam bathtub dan menyalakan kran air.
“Udah pesen makanan?”
tanya Yuna sambil menatap Yeriko yang duduk di hadapannya.
“Belum.”
“Laper,” rengek Yuna.
“Iya, aku pesenin
makan. Mau makan apa?” tanya Yeriko sambil mengambil ponselnya.
“Apa aja,” jawab Yuna.
Yeriko langsung memesan
beberapa makanan dan minuman. Ia kembali masuk ke kamar mandi dan ikut berendam
di dalam bathtub bersama Yuna.
“Yun, makasih untuk
malam ini,” bisik Yeriko.
Yuna tersenyum menatap
Yeriko. “Aku juga makasih karena kamu sudah melakukan banyak hal buat aku.
Selalu sabar menghadapi aku yang masih kekanak-kanakkan ini.”
“Apa saat ini kamu
bahagia?” tanya Yeriko.
Yuna menganggukkan
kepala. “Sangat bahagia,” jawabnya sambil memainkan hidungnya ke hidung Yeriko.
Yeriko tersenyum kecil
dan langsung mengulum bibir Yuna.
Dering ponsel Yeriko,
membuyarkan kemesraan mereka.
“Makanan?” tanya Yuna.
Yeriko menggelengkan
kepala.
“Siapa?”
“Nomer baru,” jawab
Yeriko sambil menatap nomor yang tertera di layar ponselnya.
“Itu makanan yang kamu
pesan kali. Angkat!” pinta Yuna.
Yeriko langsung menekan
menu answer dan menjawab telepon. “Halo ...!”
“Halo ... ini Pak
Yeriko?”
“Iya.”
“Aku Wilian Wijaya.
Tunangannya Bellina, sepupu Yuna.”
“Oh. Ada apa?”
“Malam ini ada waktu?
Aku mau ngajak kalian makan malam”
“Di mana?”
Lian menyebutkan salah
satu restoran mewah yang ada di sebelah utara kota Surabaya.
“Oke.” Yeriko langsung
mematikan teleponnya.
“Siapa?” tanya Yuna.
“Mantan pacarmu!”
“Hah!? Kok, bisa dapet
nomer telepon kamu?”
Yeriko mengedikkan
pundaknya.
“Kirain makanan,”
celetuk Yuna. “Kenapa dia telepon kamu?”
“Ngajak nge-date.”
“Hah!?”
Yeriko tersenyum ke
arah Yuna. “Bercanda.”
“Hmm ... kirain, kamu
suka sama laki-laki juga.”
“Nggak lah. Aku cuma
suka kamu,” sahut Yeriko.
“Kali aja kamu abnormal,”
celetuk Yuna.
“Apa!?”
“Abnormal!”
Yeriko langsung
menjepit hidung Yuna. “Apa semalam masih kurang?” dengus Yeriko sambil
mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna.
“Kurang apa?” tanya
Yuna sambil menahan senyumannya.
“Kurang membuktikan
kalau aku laki-laki normal. Mau nambah lagi?” tanya Yeriko sambil menelungkupkan
tubuhnya ke atas ke tubuh Yuna.
“Yang semalam masih
sakit,” sahut Yuna.
“Sakit atau enak?”
Yuna tersenyum kecil
menanggapi pertanyaan Yeriko. “Sakit, sakit enak,” jawabnya sambil meringis.
Yeriko tersenyum dan
langsung mencium Yuna. Tangannya mulai berjalan perlahan di atas tubuh Yuna
yang terendam di dalam air.
“Siapa lagi sih! Ganggu
aja!” celetuk Yeriko saat ponselnya kembali berdering. Ia langsung menjawab
panggilan telepon tersebut. “Oke. Tunggu sebentar!” Ia keluar dari bathtub dan
langsung memakai handuk.
“Siapa?” tanya Yuna.
“Makanan yang aku pesen
tadi,” jawab Yeriko sambil keluar dari kamar mandi. Ia bergegas mengambil makanan
yang ia pesan dan meletakkannya di atas meja.
“Mana makanannya?”
tanya Yuna saat Yeriko kembali masuk ke kamar mandi.
“Hah!? Mau makan di
sini?”
Yuna menganggukkan
kepala. “Aku udah laper banget. Kamu pesen makanan apa?”
“Ada roti, mau?”
Yuna menganggukkan
kepala.
Yeriko bergegas
mengambilkan roti dan minuman untuk Yuna.
“Makasih!” ucap Yuna
manja saat Yeriko memberikan makanan kepadanya.
“Masih mau berendam?”
tanya Yeriko.
Yuna mengangguk sambil
menyuap roti ke mulutnya.
“Aku mandi duluan.”
Yuna mengangguk, ia menikmati
suasana hatinya yang sedang bahagia.
“Lian ngajak makan
malam bareng,” tutur Yeriko sambil menyalakan shower dan membasahi tubuhnya.
“Makan sama kamu
doang?”
“Kita.”
“Nggak mau ah!”
“Kenapa?”
Yuna menatap kiss mark
yang ada di dadanya. Ia langsung keluar dari bathtub dan menatap tubuhnya di
cermin.
“Kamu bikin kiss mark
banyak banget. Aku malu ketemu sama orang,” tutur Yuna sambil memerhatikan
beberapa kiss mark yang ada di leher dan dadanya.
“Malu kenapa? Kita udah
nikah, nggak ada yang aneh kan?”
“Iya, sih.” Yuna
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menghampiri Yeriko dan mandi bersama
seperti biasanya.
((Bersambung ...))
0 komentar:
Post a Comment